Rifai Ibrahim
Poltekkes Kemenkes Palembang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perbandingan Nilai Darah Rutin Dan Berat Badan Anak Pada Pre Dan Post 2 Bulan Terapi Oat Di Rumah Sakit Khusus Paru-Paru Palembang Tahun 2013 Rifai Ibrahim; Billy Setianegara; Herry Hermansyah
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 14 (2014): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.266 KB)

Abstract

Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih merupakan masalah pokok di Negara negaraberkembang, termasuk Indonesia. Angka kejadian baik pada dewasa maupun anak yang masih terus meningkat, yang diperparah oleh masih tingginya penularan aktif dewasa akan mempertinggi kasus TB anak di masyarakat. Diperkirakan di dunia terdapat 1.300.000 kasus TB baru berumur di bawah 15 tahun, TB anak merupakan 5–15% dari seluruh kasus. Diagnosis TB pada anak sampai saat ini masih menjadi masyalah karena tanda dan gejala yang tidak spesifik, sulitnya mendapat spesimen serta populasi basil TB yang rendah pada anak dengan TB. Subyek yang diteliti adalah pasien anak dengan primer kompleks tuberkulosis (PKTB) positif, yang ditetapkan oleh Dr. Spesialis anak di RSK Paru-Paru Palembang dari bulan Juni – Oktober 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemeriksaan darah rutin dan berat badan dapat dijadikan parameter kemajuan pengobatan dan ketepatan diagnosis awal TB pada anak. Subyek penelitian berjumlah 35 anak yang diambil secara berurutan (Consecutive Sampling). Jenis penelitian ini adalah studi evaluasi eksperimen program pengobatan TB dengan OAT setelah 2 bulan pengobatan, terhadap nilai HB, LED, Monosit, limfosit, lekosit dan Berat badan yang telah diperiksa pada awal terapi . Analisis data dilakukan menggunakan statistik inferensial sederhana yaitu uji t-dependent. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan nyata nilai HB, LED, Monosit dan Berat badan antara sebelum dengan sesudah 2 bulan pengobatan OAT, dengan nilai P< 0,000. Tetapi tidak ada perbedaan yang nyata pada nilai lekosit. (P=0.147) dan limfosit. (P=0.168) Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada perbaikan hasil pengobatan yang ditandai peningkatan nilai HB dan berat badan, serta penurunan Monosit dan LED, sesudah 2 bulan terapi OAT. Oleh karena itu, HB, LED, Monosit dan berat badan bisa dipakai untuk menilai kemajuan terapi dan diagnosis TB pada anak.
Hubungan Kerusakan Gigi (Ompong) Dengan Kejadian Anemia Pada Lanjut Usia (Lansia) Di Kecamatan Saku Kota Palembang Rifai Ibrahim; Fandianta Fandianta
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 11 No 2 (2016): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Meningkankan insidensi anemia dihubungkan dengan bertambahnya usia telah menimbulkan spekulasi, bahwa penurunan hemoglobin kemungkinan merupakan konsekuensi dari pertambahan usia. Menurut UU No. 13 Tahun 1998 dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Insidensi anemia bervariasi tetapi diperkirakan sekitar 30% penduduk dunia menderita anemia, dimana prevalensi tertinggi berada di Nagara-negara berkembang. Tahun 2020, Indonesia diperkirakan merupakan Negara urutan ke 4 terbesar jumlah penduduk usia lanjut sesudah China, India, dan Amerika Serikat. Meningkatnya populasi usia lanjut di Indonesia akan membawa pengaruh besar didalam pengelolaan masalah kesehatan dan kesejahteraannya. Hasil Survey Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001 menemukan penyakit tidak menular pada usia lanjut di Indonesia dengan persentase terbesar adalah anemia 46,3% dan penyakit tekanan darah tinggi 42,9%