Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Hubungan Kekerabatan Fenetik Beberapa Varietas Pisang Lokal Kalimantan Selatan Sasi Gendro Sari; Badruzsaufari Badruzsaufari
Jurnal Penelitian Sains Vol 16, No 1 (2013)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.047 KB) | DOI: 10.56064/jps.v16i1.83

Abstract

Hubungan kekerabatan fenetik pisang dapat diketahui dengan teknik analisis kromosom akar pisang, yaitu dengan membuat kariotipe kromosom sehingga jenis genom dan tingkat ploidi kromosom pisang terlihat dengan jelas. Selain itu, jenis genom dan tingkat ploidi kromosom pisang dapat ditentukan dengan metode skoring berdasarkan ekspresi fenotif Musa acuminata dan Musa balbisiana. Kesemua varietas lokal pisang Ka-limantan Selatan, yaitu pisang Ambon, pisang Mahuli, pisang Palembang dan pisang Raja tidak berkerabat dekat. Pisang Ambon bergenom AAA dengan subgroup Cavendish, pisang Mahuli bergenom AA dengan subgroup pisang Mas dan pisang Raja memiliki genom ABB dan termasuk subgroup Kepok. Untuk pisang Pa-lembang, tidak dapat diketahui genom dan subgroupnya karena analisis kromosom akar pisangnya tidak jelas.
KUALITAS AIR SUNGAI PITAP BERDASARKAN INDEKS AUTOTROPIK DI KALIMANTAN SELATAN Sasi Gendro Sari; Siti Hanna Aprida
EnviroScienteae Vol 14, No 3 (2018): EnviroScienteae Volume 14 Nomor 3, November 2018
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.903 KB) | DOI: 10.20527/es.v14i3.5697

Abstract

An epilithic benthic algae functions as a primary producer living on rock substrates. The Autotrofic Index (AI) was measured to understand the level of water pollutions by quantifying an autotrofy organism. This research determined water quality of Pitap river based on the autotrofic level of an epilithic benthic algae and to understand the correlation between the autotrofic level and physicochemical parameters. The measurement of water quality based on Ash-Free Dry Mass (AFDM), the amount of chlorophyll-a and physicochemical parameters were taken every month with two repetitions on September and October 2014. Five sampling sites were selected using a purposive sampling method based on the variety of environmental conditions around the Pitap river. The results showed that the water quality in the upstream (Ajung and Langkap villages) were classified non-pollution (dominated by autotrof compounds) until less pollution (dominated by autotrof-heterotof compounds). Other locations in downstream (Tebing Tinggi, Sungsum and Juuh villages) were determined pollution of water quality by dominance of autotrof-heterotrof components to dominance by heterotof components. Spearman correlation explained that autotrofic index on September 2014 was closely correlated with water temperature and water velocity with their value are 0,954 and -0,794 at significantly α=0,01. On October 2014 water temperature was closely correlated with its value 0,681 at significantly α=0,05.
DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN BERBASIS TOMAT PADA KELOMPOK WANITA TANI KAMBANG TANJUNG DESA PARIGI KACIL KABUPATEN TAPIN Lya Agustina; Sasi Gendro Sari; Susi Susi; Udiantoro Udiantoro
JURNAL PENGABDIAN AL-IKHLAS UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARY Vol 5, No 1 (2019): AL-IKHLAS JURNAL PENGABDIAN
Publisher : Universitas Islam kalimantan MAB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.664 KB) | DOI: 10.31602/jpaiuniska.v5i2.2368

Abstract

Tomat sangat berpotensi untuk dikembangkan, namun masih terkendala penguasaan teknologi yang masih minim. Buah tomat akan segera mengalami kerusakan jika tanpa perlakuan saat pasca panen. Disisi lain muncul permasalahan utama yaitu “harga tomat yang tidak stabil” sehingga membuka peluang bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kambang Tanjung untuk melakukan pengolahan terhadap komoditas ini. Salah satu usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan pengolahan tomat terutama ketika harga sedang anjlok menjadi sebuah produk yang bisa meningkatkan nilai tambah. Pada program ini diversifikasi produk yang ditawarkan adalah pengolahan tomat menjadi Tomkur (Tomat kurma), Tomat Krispi dan PazTo (Bumbu inti). Metode yang akan dilakukan adalah memberikan pelatihan dan pendampingan kepada mitra dalam teknologi proses pengolahan produk, pengemasan, desain kemasan, manajemen keuangan dan pemasaran. Hasil yang ingin dicapai adalah mitra sudah bisa memproduksi produk hasil olahan tomat, melakukan pemasaran baik secara konvensional maupun dengan media sosial serta mitra sudah bisa mengelola keuangan sederhana.
PENGARUH PENAMBAHAN ABU LAYANG BATU BARA PADA TANAH GAMBUT TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BAYAM (Amaranthus blitum L) SERTA ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERATNYA Sunardi Sunardi; Gunawan Gunawan; Sasi Gendro Sari
Jurnal Sains dan Terapan Kimia Vol 3, No 1 (2009)
Publisher : Program Studi Kimia, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.029 KB) | DOI: 10.20527/jstk.v3i1.2026

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan abu layang batu bara pada tanah gambut sebagai media tanam tanaman bayam (Amaranthus Blitum L) berdasarkan analisis pertumbuhan tanaman serta kandungan logam beratnya. Analisis pertumbuhan tanaman meliputi ketinggian tanaman, jumlah daun serta berat kering setelah pemanenan serta analisis logam berat meliputi logam krom, kadmium serta timbal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan abu layang pada media tanam tanah gambut dengan penambahan abu layang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman bayam yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan berat kering tanaman meskipun kurang signifikan. Hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa sayuran yang ditanam pada media tanah gambut yang diberi penambahan abu layang relatif aman dikonsumsi dengan indikasi tidak adanya pengaruh pada kandungan logam berat Cr, Cd dan Pb pada tanaman bayam. Kata kunci: abu layang, bayam, logam berat, gambut 
POTENSI LEGUM DALAM MENINGKATKAN BAHAN ORGANIK TANAH KRITIS CEMPAKA, BANJARBARU Legume Potency In Improving Soil Organic Carbon Of Cempaka Critical Land, Banjarbaru Sasi Gendro Sari; Risna Ariyanti; Evi Mintowati Kuntorini
Jurnal Hutan Tropis Vol 5, No 3 (2017): JURNAL HUTAN TROPIS VOLUME 5 NOMER 3 EDISI NOVEMBER 2017
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.495 KB) | DOI: 10.20527/jht.v5i3.4792

Abstract

Tanah kritis lahan Cempaka di daerah Banjarbaru, Kalimantan Selatan merupakan lahan bekas penambangan intan yang mengandung kadar besi yang tinggi dan rendah akan unsur hara. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah di lahan kritis Cempaka dengan menggunakan biomasa legum sebagai pupuk hayati. Sebanyak lima jenis legum digunakan sebagai pupuk hayati, yaitu Mucuna pruriens, Gliricidia sepium, Leucaena leucocephala, Vigna unguiculata, Centrosema pubescens. Jagung manis sebagai tanaman uji ditanam selama 45 hari dan kemudian diukur rasio C/N dan pertumbuhan tanaman jagung. Hasil menunjukkan bahwa Leucaena leucocephala memiliki rasio C/N yang terbaik bila dibandingkan pangkasan legum lainnya dan tumbuhan ini berpotensi sebagai alternative pupuk hayati di tanah kritis Cempaka.Kata kunci: Legum, organik tanah, lahan kritis CempakaCempaka critical land in Banjarbaru, South Kalimantan is an ex-diamond mining site which has a high amount of iron and low soil organik carbon. The research aimed to improve soil organik of Cempaka critical land using local legum biomass as the fertilizer. Five local legums were used as fertilizer such as Mucuna pruriens, Gliricidia sepium, Leucaena leucocephala, Vigna unguiculata, Centrosema pubescens. The sweet corn was planted for 45 days and then the plant was observed the ratio between soil carbon and soil nitrogen. The result showed that Leucaena leucocephala had the primmest result of C/N ratio than other local legums and it could be concluded that Leucaena leucocephala had a potency of alternative fertilizer in Cempaka critical land.
KUALITAS AIR SUNGAI MARON DENGAN PERLAKUAN KERAMBA IKAN DI KECAMATAN TRAWAS KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR Sasi Gendro Sari
Bioscientiae Vol 4, No 1 (2007): Bioscientiae Volume 4 No 1
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (52.78 KB) | DOI: 10.20527/b.v4i1.160

Abstract

The aims of this research were to assess water quality of Maron river and to study the relationship between water quality of the river and breeding of fish in keramba.  Chemical and physical parameters observed were water temperature, conductivity, water acidity, dissolved oxygen, total suspended solid and total organic matter. The parameters were compared to water quality standard issued by The Government of East Java Province. The results showed that breeding of fish in keramba reduced water quality of Maron river by increasing total suspended solid and total organic matter of the water.
ETNOMEDISIN TUMBUHAN SUNGKAI (Peronema canescens) OLEH SUKU DAYAK DAN SUKU BANJAR DI KALIMANTAN TENGAH Sasi Gendro Sari; Rimaa Rahmawati; Rusmiati Rusmiati; Susi Susi
EnviroScienteae Vol 19, No 1 (2023): ENVIROSCIENTEAE VOLUME 19 NOMOR 1, FEBRUARI 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/es.v19i1.15736

Abstract

Sungkai Peronema canescens is well known as a medicinal plant at Central Kalimantan. Indiginous people of Dayak and Banjar tribes who are living in East Kotawaringin Regency consume Sungkai plant into traditional medicine. The potential use of sungkai as medicine was identified from three selected villages of East Kotawaringin Regency namely Bagendang Permai, Bagendang Hulu and Bagendang Hilir. Ethnomedicine of sungkai leaves was investigated using a semi structured questionnaire technique and 180 respondents were selected by a purposive sampling. The interviewees were divided into gender and four groups based on their ages to identify knowledge level in using sungkai leaves as a medicinal plant. Their knowledge was analyzed based on gender and ages using Kruskal Wallis test and then Mann Whitney U-test was used to decide the difference of knowledge level. The results showed leaves are the main part to be utilized as medicine. Leaves were preferably boiled by respondents to increase their immune system and to cure fever and some used for puerperal mother bath mixture. The indiginous knowledge level was 82.57 categorized as a high knowledge level. Moreover, both gender and ages had no difference knowledge level on using sungkai as medicine.
UJI PENGARUH PESTISIDA NABATI MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadirachta Indica), SERAI (Cymbopogon Citratus), DAN RIMPANG LAOS (Alpinia Galanga L.) TERHADAP HAMA WALANG SANGIT (Leptocorisa Oratorius F.) PERUSAK KUALITAS GABAH PADA TANAMAN PADI Zahratul - Munawarah; Sasi Gendro Sari; Siswoyo Siswoyo
Bioscientiae Vol 20, No 1 (2023): Bioscientiae Volume 20 No 1
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/b.v20i1.6543

Abstract

Pestisida nabati pada dasarnya memanfaatkan senyawa sekunder tanaman sebagai bahan aktifnya. Senyawa ini bekerja sebagai penolak, penarik, dan pembunuh hama serta penghambat nafsu makan hama. Daun mimba mengandung senyawa antara lain -sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin dan nimbine. Minyak lengkuas dan serai sangat efektif dalam insektisida nabati untuk mengendalikan serangan serangga terutama hama. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pestisida nabati menggunakan daun mimba (Azadirachta Indica), serai (Cymbopogon Citratus), dan rimpang laos (Alpinia Galanga) terhadap hama walang sangit (Leptocorisa Oratorius F.) yang merusak gabah pada padi (Oryza sativa). .Metode aplikasi yang digunakan adalah penyemprotan pestisida nabati pada sasaran hama yang dilakukan pada pagi, siang dan sore hari. Hasil pengujian pada penelitian ini didapatkan ekstrak dengan konsentrasi 40 ml lebih efektif dibandingkan dengan ekstrak dengan konsentrasi 60 ml dan 80 ml karena tingkat kematian terlihat lebih cepat menggunakan ekstrak dengan konsentrasi 40 ml. Sehingga dapat dikatakan bahwa pestisida dengan konsentrasi 40 ml lebih dibandingkan dengan pestisida dengan konsentrasi yang terlalu tinggi.Disarankan untuk tidak menggunakan pestisida yang melebihi dosis, karena penggunaan yang terlalu tinggi dan jika dilakukan terus menerus akan menimbulkan beberapa kerugian seperti pencemaran lingkungan, penurunan produktivitas, keracunan pada hewan bahkan dapat menyebabkan keracunan pada manusia.  Kata kunci: Mimba, Lengkuas, Serai, Walang sangit, Pestisida 
UJI PENGARUH PESTISIDA NABATI MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadirachta indica) DAN UMBI GADUNG (Dioscorea hispida Dennst.) TERHADAP WALANG SANGIT PADA TANAMAN PADI Ilmah Noor; Sasi Gendro Sari; Faulina Faulina
Bioscientiae Vol 20, No 1 (2023): Bioscientiae Volume 20 No 1
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/b.v20i1.9712

Abstract

Vegetable pesticides are pesticides whose basic ingredients come from plants. The plants  that can be used  as vegetable pesticides are neem (Azadirachte indica) and Gadung  (Dioscorea  hispida  Dennst.)  plants which contain  active  ingredients  that  can  control  insect  pests. Neem leaves contain active ingredients in the form  of  azadirachtin,  meliantriol,  salanin,  and  nimbin.  Meanwhile,  gadung  tubers are  known  to  contain toxic  active compounds,  namely  dioscorin, diosgenin,  dioscin,  saponins, alkaloids,  and  phenols.  The  purpose of this study was to determine the effectiveness  of  the  effect  of  botanical pesticides  using  extracts  of  neem  leaves and  Gadung  tubers against rice  pests,  namely  Walang Sangit (Leptocorisa  oratorius  F.).  The  method  of application to Walang Sangit was carried out with different concentrations,  namely  40  ml/L,  60  ml/L,  and 80  ml/L. The time of  application of  the  extract  was  carried  out  in  3  treatments,  namely  in  the morning  (08.00  – 10.00  WITA),  in  the  afternoon (11.00  – 12.00 WITA),  and in  the  afternoon  (16.00 – 18.00  WITA).  The  test  results  were  seen  24  hours  after  the application  of  the  extract.  The  results  showed  that  the  concentration  that  had  the  best  results  was  at  a concentration  of  40  ml/liter  which  was  able  to  kill  or  kill  stink  bugs  with a  period  of  48-50  hours.  This  can  be used  as  an alternative  or one of  the recommendations  in controlling  insect  pests,  especially  for  walang  sangit.
Kajian Potensi Tumbuhan Nipah (Nypa fruticans Wurmb.) di Desa Tabanio Kabupaten Tanah Laut Jumidah Jumidah; Anang Kadarsah; Sasi Gendro Sari
Jurnal Natural Scientiae Vol 1, No 1 (2021): November 2021
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jns.v1i1.4424

Abstract

Nipah or Nypa fruticans (Thunb.) Wurmb is a member of the palmae tribe that lives along the river coast grouped in a mangrove forest ecosystem that is influenced by tides. Currently Nipah is used as a source of livelihood for the people of Tabanio Village, Tanah Laut Regency. This study aims to find out information about the potential of stands, the parts of the plant that are used and to study the potential of Nipah plants. This type of research is observative on the Nipah plant. The method used to explore the various potentials of Nipah leaves is done by taking an inventory of the presence of nipah plant stands using the plot sampling method with the compartmental path technique. Furthermore, measurements of plant parts were carried out according to the criteria used, in each plot 3 plant samples were taken. Meanwhile, to explain the use of Nipah leaves by the people of Tabanio Village, data was collected using interviews through questionnaires. Based on the results of this study, the total density of nipah plants was 1,231.3 ind / ha with a plant height of 10.4 m.