Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Estimasi Laju Sirkulasi Pelarut (Absorbent) Pada Proses Absorbsi Gas di Kolom Absorber dengan Metode Grafis Arluky Novandy
Swara Patra Vol 8 No 1 (2018): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Memperkirakan laju sirkulasi pelarut (absorbent) pada proses gas absorbsi adalah sangat penting guna menghemat biaya operasi dalam pelaksanaannya. Laju sirkulasi pelarut (absorbent) pada proses gas absorbsi ini sangat terkait erat dengan komposisi gas yang akan diserap oleh pelarut. Umumnya setiap lapangan gas memiliki komposisi gas yang berbeda-beda, sehingga nomograf penentuan laju sirkulasi pelarut (absorbent) untuk absorbsi gas di suatu lapangan gas tertentu akan berbeda dengan lapangan gas yang lainnya. Permasalahan penggunaan nomograf ini juga ditemui di suatu lapangan gas yang peralatan absorbernya telah mengalami modifkasi karena perubahan komposisi gas umpan. Dikarenakan keterbatasan tersebut penggunaan nomograf tersebut, maka diperlukan suatu pemahaman fundamental dalam menentukan laju sirkulasi pelarut (absorbent) untuk proses absorbsi gas. Secara teori, perhitungan penentuan laju sirkulasi pelarut (absorbent) dengan metode grafs ini dapat diaplikasikan meskipun penggunaannya tidak sesederhana penggunaan nomograf.
EVALUASI PENYIMPANGAN FORMULA BLENDING VISKOSITAS DAN FLASH POINT TERHADAP RIIL DI LAPANGAN (LABORATORIUM) Arluky Novandy
Swara Patra Vol 2 No 1 (2012): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Blending adalah salah satu proses perbaikan mutu BBM dengan mencampurkan beberapa BBM yang memiliki karakteristik yang berbeda sehingga didapatkan BBM hasil blending yang sesuai dengan sales product yang diinginkan. Sebelum dilakukan blending di lapangan tentunya seorang operator melakukan perhitungan awal untuk menentukan berapa kebutuhan BBM yang diperlukan untuk menghasilkan suatu sales product yang diinginkan. Setelah dilakukan perhitungan maka dilakukan kegiatan blending di lapangan dengan segala persiapan yang ada. Ternyata, terdapat beberapa perbedaan yang terjadi antara perhitungan dan kenyataan di lapangan. Percobaan kali ini dilakukan pembandingan antara blending produk BBM yang dilakukan di laboratorium dengan hasil perhitungan teoritis yang mengacu pada teori blending Chevron Company, dimana dalam percobaan tersebut didapatkan bahwa hasil blending flash point antara produk solar dengan kerosine tidaklah berbeda jauh dengan hasil blending antara produk solar dengan kerosine yang menggunakan hitungan dengan metode Chevron. Begitupula untuk hasil blending viskositas antara produk solar dengan produk HVI 60. Tentunya hasil percobaan blending di laboratorium tidaklah sama bila di terapkan di lapangan (kilang) karena di lapangan (kilang) banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Dan hal ini akan menjadi khasanah/wawasan bagi Widyaiswara yang mengampu mata diklat Blending dan instruktur yang memandu praktik di laboratorium.
EVALUASI INJEKSI PENAMBAHAN BAHAN KIMIA UNTUK PENCEGAHAN PEMBENTUKAN GAS HIDRAT Arluky Novandy
Swara Patra Vol 4 No 2 (2014): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada sistem distribusi gas alam di pipa seringkali digunakan suatu bahan kimia yang diinjeksikan untuk mencegah pembentukan hidrat. Pembentukan hidrat ini sangat dihindari mengingat hidrat dapat menimbulkan plugging di pipa distribusi gas sehingga perbedaan tekanan gas distribusi menjadi tinggi. Untuk menghindari pembentukan hidrate ini biasanya diinjeksikan bahan kimia inhibitor di pipa, tentunya dalam penambahan bahan kimia inhibitor ini diperlukan perhitungan yang ekonomis mengingat bahan kimia yang digunakan sangatlah mahal. Persamaan baru yang dikembangkan ini memiliki perbedaan dari beberapa persamaan yang ada sebelumnya.
EVALUASI HASIL ANALISIS BENSIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ASTM D 86 DAN ASTM D 7345 Arluky Novandy
Swara Patra Vol 3 No 3 (2013): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ASTM D 86 dan ASTM D 7345 adalah metode uji untuk penentuan trayek titik didih pada produk-produk minyak bumi. Metode ini merupakan salah satu metode uji yang terdapat di laboratorium minyak bumi yang digunakan sebagai sarana diklat, dan sekaligus sebagai sarana uji sample. Pada metode uji ASTM D 86, sebanyak 100 ml sample uji dipanaskan secara perlahan lahan dan kemudian uap hidrokarbon yang teruapkan tersebut akan menetes setelah melalui kondensor. Tetesan uap hidrokarbon tersebut selanjutnya tertampung di gelas receiver kapasitas 100 ml, dan setiap memperoleh tetesan sebanyak 10 ml kenaikann suhunya di catat. Kenaikan suhu setiap memperoleh 10 ml tetesan uap hidrokarbon disebut dengan temperatur pada setiap 10 % volum recovery. Penentuan trayek titik didih sample uji dengan menggunakan metode ASTM D 86 ini memerlukan waktu uji yag cukup lama, yaitu berkisar antara 45 s/d 60 menit. Tentunya penentuan trayek titik didih sample uji dengan menggunakan metode ASTM D 86 ini akan menjadi tidak efisien bilamana dibandingkan dengan menggunakan metode ASTM D 7345. Pada metode ASTM D 7345 ini hanya diperlukan sample uji sebanyak 10 ml dengan waktu pengujian tidak lebih dari 15 menit. Laboratorium minyak bumi selama ini selalu menggunakan metode uji ASTM D 86 dalam penentuan trayek titik didih sample uji. Hal ini dikarenakan pendapat para analis dan instruktur diklat di laboratorium minyak bumi menganggap bahwa metode uji ASTM D 7345 memberikan hasil uji yang kurang memuaskan, sedangkan di satu sisi beberapa stake holder menggunakan metode ASTM D 7345 dalam pengujiannya. Tentunya hal ini perlu didukung suatu percobaan nyata sehingga para instruktur praktikum di laboratorium minyak bumi mampu memberikan penjelasan sesuai hasil percobaan yang ada bahwa hasil uji akan berbeda bila metode uji yang digunakan juga berbeda pula. Hasil percobaan dengan menggunakan metode uji ASTM D 86 dan metode uji ASTM D 7345 membuktikan bahwa sample Bensin 88 yang diuji dengan menggunakan metode ASTM D 86 manual dan metode ASTM D 7345 adalah memberikan hasil uji yang tidak sama. Secara umum, hasil uji Bensin 88 dengan menggunakan ASTM D 86 manual memberikan hasil uji yang lebih besar bila dibandingkan dengan hasil uji dengan menggunakan alat uji microditilasi ASTM D 7345.
PENENTUAN MASA PENGGANTIAN PELUMAS MELALUI MONITORING PELUMAS Arluky Novandy
Swara Patra Vol 2 No 3 (2012): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Produk Pelumas adalah produk olahan dari minyak bumi yang berfungsi untuk melumasi mesin, baik mesin kendaraan maupun mesin industri. Pelumas diformulasikan untuk memperpanjang usia mesin ketika beroperasi, sehingga kemampuan pelumas dalam membentuk lapisan film adalah modal utama dalam melapisi mesin sehingga bisa mengurangi gesekan antar logam. Masa penggunaan pelumas umumnya bergantung pada manual dari peralatan yang kita pakai. Tentunya dalam hal ini, pelumas yang harus digunakan adalah pelumas yang sesuai dengan rekomendasi bawaan alat tersebut. Kekurangannya adalah harga pelumas bawaan alat tersebut sangatlah mahal karena pelumas tersebut harus di import.Dengan mahalnya harga pelumas bawaan alat maka tentunya ada keinginan dari si pemakai alat untuk mengganti jenis pelumas bawaan alat tersebut dengan pelumas buatan lokal (dalam negeri) sehingga bisa menekan biaya operasi suatu perusahaan. Bergantinya jenis pelumas tentunya guidance masa penggantian pelumas sangatlah diperlukan, sedangkan guidance masa penggantian pelumas bawaan alat adalah sesuai dengan pelumas bawaan alat itu sendiri. Nah, disinlah diperlukan suatu monitoring performa pelumas untuk mengetahui kapan penggantian pelumas sebaiknya dilakukan, sehingga ketergantungan terhadap pelumas import bawaan alat bisa di eliminir.
MONITORING KEAJEGAN KINERJA ANALIS LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN CONTROL CHARTTOOL Arluky Novandy
Swara Patra Vol 4 No 3 (2014): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengukuran keajegan kinerja dari suatu organisasi bisa merupakan penggambaran kinerja dari setiap individu yang terlibat di dalam organisasi tersebut sehingga pengukuran keajegan kinerja dari individu saat ini sangatlah penting. Ada beberapa tool yang bisa digunakan untuk memonitoring keajegan kinerja dari setiap individu. Salah satu tool yang umumnya di gunakan di industri adalah penggunaan control chart. Efektifitas penggunaan tool ini diujicobakan pada analis laboratorium penguji di Pusdiklat Migas Cepu. Disimpulkan bahwa penggunaan tool ini terlihat cukup efektif dalam mengevaluasi kinerja dari analis, bahkan bisa juga digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari peralatan yang digunakan para analis untuk menganalisis sample uji di laboratorium.
KORELASI ANGKA OKTAN DAN NILAI KALOR BENSIN Arluky Novandy
Swara Patra Vol 3 No 4 (2013): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi (Pusdiklat Migas) adalah lembaga pemerintah yang bergerak dalam bidang peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya di bidang migas.Pengembangan yang dilakukan tidak terbatas hanya untuk para professional keteknikan di bidang teknologi migas, namun juga pengembangan SDM bagi aparat pemerintah baik pusat maupun daerah. Beberapa mata diklat yang ada yang saat ini masih diminati oleh para aparatur pemerintah baik pusat maupun daerah adalah yang terkait dengan BBM, baik dari segi teknologi pengolahan, karakteristik BBM, distribusi BBM, serta yang terkait dengan kebijakan. Sedangkan judul judul diklat yang memuat mata diklat-mata diklat tentang BBM adalah Introduksi Migas, Pengawasan Suplai dan Distribusi BBM dan Pelumas, Pengawasan SPBU, Pengendalian Mutu BBM dan lain lain. Tentunya dari beberapa mata diklat tersebut seringkali terlontar adanya beberapa pertanyaan dari peserta diklat yang terkait dengan opini yang dibangun oleh beberapa pegusaha SPBU yang ada di Indonesia.Ada sebagian SPBU dimana dalam usaha memasarkan dagangannya, yaitu BBM Non Subsidi, mencantumkan nilai kalori yang dimilikinya jauh lebih tinggi dari BBM Bensin pada umumnya dengan angka oktan yang sama. Merujuk pada beberapa literatur yang ada menyatakan bahwa tidak ada keterkaitan antara angka oktan bensin dengan nilai kalori yang dikandungnya.Nilai Kalori dari suatu bahan bakar ditentukan berdasarkan adanya kandungan sulfur, air, densitas dan kandungan abu dari suatu bahan bakar.Sehingga menurut literatur yang ada tersebut, kenaikan angka oktan tidak mempengaruhi nilai kalori dari bensin, begitu pula sebaliknya.Disamping itu, dikatakan pula bahwa keberadaan bensin yang beredar di Indonesia saat ini adalah bensin yang harus sesuai dengan keputusan Ditjend Migas No. 3674 K/24/DJM/2006. Sehingga jika spesifikasi BBM jenis Bensin ini telah ditetapkan maka secara logika kandungan nilai kalori dari setiap bensin yang beredar di Indonesia ini adalah sama. Hal ini disebabkan karena kandungan sulfur, dan densitas dari bensin yang beredar di Indonesia adalah sama sesuai dengan keputusan dari Ditjend Migas. Percobaan kali ini bermaksud ingin membuktikan bahwa tidak ada keterkaitan antara nilai kalori bensin dengan angka oktan, dan kandungan nilai kalori dari bensin yang sesuai dengan keputusan Ditend Migas adalah rata-rata sama (tidak jauh berbeda). Hasil percobaan nilai kalori dengan menggunakan metode uji ASTM D 250 untuk setiap merk bensin yang di uji coba menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara nilai kalori dengan angka oktan bensin, dan nilai kalori dari beberapa merk bensin yang beredar di Indonesia rata rata sama (tidak berbeda secara siknifikan).
PENENTUAN BANYAKNYA UAP YANG DILEPASKAN KE UDARA DARI SUATU CAIRAN YANG TERSIMPAN DI TANGKI SIMPAN DENGAN PENDEKATAN TEORI NERACA ENERGI Arluky Novandy
Swara Patra Vol 6 No 1 (2016): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Isu lingkungan tentang clean production memaksa beberapa industri untuk bersungguh sungguh dalam menangani uap hidrokarbon yang terlepas ke udara bebas karena uap hidrokarbon dapat menyebabkan pencemaran di atmosfer. Tentunya dalam pelepasan hidrokarbon ke udara ini bila ditangani dengan serius akan menghasilkan nilai ekonomis tersendiri sehingga dirasa perlu bagi para process engineer untuk menghitung secara pasti besarnya uap hidrokarbon yang dilepaskan ke udara. Pada tulisan ini, disampaikan suatu Teori Neraca Energi untuk membahas besarnya uap yang dilepaskan dari suatu tangki yang dilengkapi dengan Katup Pernafasan (Breather Valve). Dimana pada Teori Neraca Energi pada tulisan ini sampai pada suatu kesimpulan bahwa Teori Neraca Energi masih memungkinkan untuk digunakan menghitung besarnya uap yang dilepaskan dari suatu tangki simpan.
PENGARUH PEMANASAN AWAL GELAS BEKER PADA ANALISIS EXISTENT GUM ASTM D 381 Arluky Novandy
Swara Patra Vol 6 No 4 (2016): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Existent gum adalah metode analisis untuk mengetahui keberadaan gum (getah purwa) dari suatu bahan bakar. Analisis ini dilakukan dilaboratrium uji BBM dengan menggunakan bath pemanas yang telah diatur sebelumnya. Tentunya dalam pengaturan alat uji akan berbeda beda untuk setiap jenis bahan bakar yang akan diuji. Analis laboratorium uji BBM seringkali menemui permasalahan terhadap uji yang berkaitan dengan gravimetri. Analisis existent gum ini dilaporkan dalam satuan berat per volum, sehingga hasil akhir dari analisis ini adalah penimbangan residu gum yang terbentuk di gelas beker setelah melalui proses penguapan di evaporator bath dan pendinginan di desikator. Hasil analisis existent gum ini sering ditemui “kurang memuaskan” karena selalu didapatkan hasil yang negatif. Penelusuran hasil analisis yang negatif ini dilakukan dengan cara melakukan serangkaian percobaan uji exixtent gum terhadap contoh bensin di laboratorium uji BBM. Dari kegiatan penelusuran tersebut didapatkan bahwa
METODE SEDERHANA PENENTUAN HARGA BARU KONSTANTA KAPILARITAS VISKOMETER (C) UNTUK PENGUJIAN VISKOSITAS KINEMATIK ASTM D 445 Arluky Novandy
Swara Patra Vol 5 No 3 (2015): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Laboratorium Minyak Bumi Pusdiklat Migas adalah laboratorium yang digunakan sebagai sarana diklat/praktikum. Disamping sebagai tempat untuk praktikum para peserta diklat, Laboratorium Minyak Bumi juga digunakan sebagai tempat uji kompetensi dan analisis produk produk minyak bumi. Karena kegunaannya yang sangat penting tersebut, terutama tentang presisi alat ujinya, maka beberapa peralatan uji di laboratorium tersebut secara berkala di cek untuk mengetahui lebar penyimpangannya. Salah satu peralatan uji yang sedang dilakukan pengecekan presisinya adalah peralatan uji Viskositas Kinematik ASTM D 445. Pada peralatan uji ini, akhir akhir ini memberikan hasil data uji yang cukup jauh dari harapan analis. Setelah dilakukan investigasi secara menyeluruh terhadap peralatan uji ini, terungkap bahwa harga konstanta kapiler dari viskometer perlu dilakukan perubahan meskipun viskometer tersebut adalah viskometer yang baru.