Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Pengaruh Suhu dan Konsentrasi terhadap Proses Pemisahan Nikel dari Logam Pengotor Menggunakan Metode Leaching Ade Yanti Nurfaidah; Dheana Putri Lestari; Rheisya Talitha Azzahra; Dian Ratna Suminar
Fluida Vol 13 No 2 (2020): FLUIDA
Publisher : Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v13i2.2388

Abstract

Abstrak Nikel merupakan unsur logam yang penggunaannya sudah dikenal dalam industri, terutama pada pelapisan logam dan paduan. Pengolahan nikel dari bijih nikel laterit (jenis Limonit) menggunakan proses hidrometalurgi Atmospheric Pressure Acid Leaching (APAL) yang dinilai lebih ekonomis karena pemakaian energi dan biaya operasional cukup rendah. Media pelarut yang digunakan berupa larutan asam sulfat (H2SO4). Sebelum dilakukan pengolahan, karakterisasi bijih dilakukan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD), X-Ray Flourscence (XRF), dan Scanning Electron Microscopy (SEM). Metode penelitian yang dilakukan yaitu literature review. Hasil review dari beberapa artikel jurnal menunjukkan bahwa kadar nikel yang terkandung pada suatu bijih sekitar 1,42%, 2,94 dan 0,95% serta sisanya adalah pengotor. Kondisi operasi yang tepat akan menghasilkan pemurnian nikel yang cukup tinggi. Parameter kondisi operasi yang dapat memengaruhi proses pemisahan nikel diantaranya suhu operasi yang ditunjukan dengan semakin meningkatnya % ekstraksi nikel seiring dengan kenaikan suhu. Selain suhu operasi, konsentrasi pelarut juga salah satu parameter yang mempengaruhi % ekstraksi karena semakin tinggi ion H+ akan memudahkan proses pelarutan sehingga akan mengikat Nikel Oksida yang terdapat pada bijih. Suhu paling optimal untuk menghasilkan nikel dengan kemurnian tinggi dalam operasi pelindian atmosferik adalah 90°C dan konsentrasi asam sulfat 5 M. Kata Kunci: Nikel, pelindian, suhu, konsentrasi Abstract Nickel is a metal element whose use is well known in industry, especially in metal and alloy plating. The processing of nickel from laterite nickel ore (Limonite type) uses a hydrometallurgical process of Atmospheric Pressure Acid Leaching (APAL) which is considered more economical because energy consumption and operational costs are quite low. The solvent medium used is a solution of sulfuric acid (H2SO4). Prior to processing, ore characterization was carried out using X-Ray Diffraction (XRD), X-Ray Flourscence (XRF), and Scanning Electron Microscopy (SEM). The research method literature review article. The results of reviews from several journal articles show that the nickel content contained in an ore is around 1.42%, 2.94% and 0.95% and the rest is impurity. The right operating conditions will result in relatively high nickel refining. The operating condition parameters that can affect the nickel separation process include the operating temperature which is indicated by the increasing % nickel extraction along with the increase in temperature. In addition to operating temperature, solvent concentration is also one of the parameters that affects the% extraction because the higher the H+ ion will facilitate the dissolving process so that it will bind to the Nickel Oxide contained in the ore. The optimal temperature to produce high-purity nickel in atmospheric leaching operations is 90°C and a sulfuric acid concentration of 5 M. Keywords: Nickel, leaching, temperature, concentration
Sintesis dan Karakterisasi Lithium Iron Phosphate (LiFePO4) Menggunakan Metoda Solid State Reaction Sebagai Katoda Pada baterai Lithium-Ion Oki Putra; Rusdan Fadila; Eko Andrijanto; Dian Ratna Suminar
Fluida Vol 14 No 2 (2021): FLUIDA
Publisher : Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v14i2.2632

Abstract

ABSTRAK Perkembangan baterai tak luput dari kebutuhan energi yang kian meningkat. Meskipun sumber energi tidak terpaku pada baterai, namun baterai banyak diminati karena dapat menampung cukup banyak energi, relatif aman, dan bersifat portable. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesa dan mengetahui karakteristik salah satu jenis katoda baterai lithium-ion yaitu Lithium Iron Phosphate (LiFePO4) dengan variasi mol reagent berdasarkan perbandingan stoikiometri dan suhu proses kalsinasi 600°C, 700°C, dan 800°C selama 3x3 jam menggunakan metode solid state reaction dengan Li2SO4.H2O, FeSO4.7H2O, dan KH2PO4 sebagai reagent. Produk hasil kalsinasi 800°C dengan variasi 0.1 mol dijadikan sampel untuk dianalisa dan dikarakterisasi karena memiliki penurunan berat endapan BaSO4 tertinggi. Hasil karakterisasi menggunakan FTIR menunjukan gugus fungsi P-O yang cukup kuat, sementara hasil karakterisasi menggunakan SEM/EDX menunjukan partikel yang terbentuk memiliki ukuran sekitar 160nm hingga 14µm dan terdapat atom S yang merupakan impurities dalam produk. Pola difraksi hasil uji XRD menunjukan terbentuknya sejumlah fasa seperti LiFePO4, LiFeP2O7, dan Li3PO4. ABSTRACT The development of batteries is inseparable from the increasing energy needs. Although energy sources are not available for batteries, batteries are in great demand because they can store a lot of energy, are relatively safe, and are portable. This study aims to synthesize and determine the characteristics of one type of lithium-ion battery cathode, namely Lithium Iron Phosphate (LiFePO4) with various mole reagents based on stoichiometric ratios and calcination process temperatures of 600oC, 700oC, and 800oC for 3x3 hours using the solidstate reaction method with Li2SO4.H2O, FeSO4.7H2O, and KH2PO4 as reagents. The 800oC calcined product with 0.1 mol variation was sampled for analysis and characterization because it had the highest weight loss of BaSO4 deposits. The results of characterization using FTIR showed that the functional group P-O are quite strong, while the results of characterization using SEM/EDX showed that the particles formed had a size of about 160nm to 14µm and contained S atoms which were impurities in the product. The diffraction pattern of XRD test results shows the formation of phase numbers such as LiFePO4, LiFeP2O7, dan Li3PO4.
Pengaruh Waktu Proses pada Desalinasi Air Laut dengan Metode Elektrokoagulasi secara Batch Rifki Ardiansyah; Triyoga Meiditama Putra; Dian Ratna Suminar; Agustinus Ngatin
Fluida Vol 14 No 2 (2021): FLUIDA
Publisher : Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v14i2.2828

Abstract

ABSTRAK Salah satu upaya untuk menjaga persediaan air yaitu dengan cara menurunkan parameter air laut agar memenuhi parameter air tawar menggunakan metode elektrokoagulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh waktu proses elektrokoagulasi terhadap penurunan TDS, kekeruhan, kadar Cl, dan kadar Fe. Selain itu, untuk mengetahui perbandingan antara elektroda Al dan Fe. Air laut diambil dari Pantai Pelabuhan Ratu. Elektroda yang digunakan adalah Al dan Fe dengan ukuran 15x10 cm2. Tegangan yang digunakan yaitu 5 volt atau rapat arus sebesar 0,137 A/dm2 dengan waktu proses 15, 30, 45, dan 60 menit serta volume bahan bakunya 4 Liter. Penelitian dengan waktu proses 30 menit dan proses pengendapan selama satu hari mampu menurunkan kekeruhan hingga 2,28 NTU (55,07%); TDS hingga 1.010 mg/L (3,71%); kadar Cl hingga 271,98 mg/L (3,52%); dan kadar Fe 0,05 mg/L (40,65%). Proses elektrokoagulasi menggunakan elektroda aluminium lebih baik dibandingkan elektroda besi pada waktu proses 30 menit. ABSTRACT One of the efforts to maintain water supply is by lowering seawater parameters to meet freshwater parameters using the electrocoagulation method. This study aims to study the effect of electrocoagulation process time on the decrease in TDS, turbidity, Cl content, and Fe content. In addition, to determine the comparison between Al and Fe electrodes. Seawater is taken from Pelabuhan Ratu Beach. The electrodes used are Al and Fe with a size of 15x10 cm2. The voltage used is 5 volts or a current density of 0,137 A/dm2 with processing times of 15, 30, 45, and 60 minutes and the volume of the raw material is 4 liters. Research with a processing time of 30 minutes and sedimentation for one day was able to reduce turbidity up to 2,28 NTU (55,07%); TDS up to 1.010 mg/L (3,71%); Cl content up to 271,98 mg/L (3,52%); and Fe content of 0,05 mg/L (40,65%). The electrocoagulation process using aluminum electrodes was better than iron electrodes at a processing time of 30 minutes.
Pengaruh Perbandingan Katalis ZSM-5 dengan Katalis Alumina terhadap Pembentukan Biofuel dengan Bahan Baku Minyak Jelantah Paqih Purnama Alam; I Wayah Adithama Nugraha; Mukhtar Ghozali; Dian Ratna Suminar
Fluida Vol 14 No 2 (2021): FLUIDA
Publisher : Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v14i2.2868

Abstract

The average consumption rate of cooking oil in Indonesia on 2019 was 61 million litre. Because of that makes the waste cooking oil produces very high to. To prevent the consument littering the waste cooking oil, we can recycle it to be biofuel with many fraction such as biodiesel, biogasoline, and biokerosene. There are many ways to process the waste cooking oil to be, biofuel one of them is catalytic cracking. This study is induct by observe the biofuel that form from the catalytic cracking process with cooking oil as the base material using a hybrid catalyst ZSM-5/Alumina. The purpose of this study is to observe the influence of ZSM-5 and Alumina ratio as heterogenic catalyst and also the used of the catalyst frequently. The highest conversion of liquid product was produce with value 41,67% at alumina variation of 17,5%. The used of catalyst frequently will affect the decrease amount of liquid product that produce. The analysis of chemical properties using GC-MS obtained the amount of kerosene 29,917 %; gasoline 3,996 %; and diesel 10,1 %. The other product was carboxylics acids,alcohol, and unidentified compound. Keyword : Cooking oil, biofuel, ZSM-5, Alumina, catalytic cracking
Analisis Laju Korosi Pada Plat Baja Spcc dengan Pengaplikasian Sistem Proteksi Katodik Impressed Current Magfira Ayunda Salsabilla; Destri Muliastri; Dian Ratna Suminar
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol 13 No 01 (2022): Vol 13 (2022): Prosiding 13th Industrial Research Workshop and National Seminar
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (645.298 KB) | DOI: 10.35313/irwns.v13i01.4313

Abstract

Korosi logam merupakan masalah yang merugikan terutama aspek finansial. Baja SPCC (Steel Plate Cold Coil) digunakan oleh industri sebagai material tangki. Dalam hal ini pengendalian korosi sangat diperlukan untuk menekan laju korosi. Salah satu teknik pengendalian korosi yaitu Impressed Current Cathodic Protection (ICCP). Penelitian ini menganalisis laju korosi dan mengukur tegangan potensial korosi dengan pengaplikasian Sistem ICCP pada baja SPCC. Variasi yang digunakan dalam penelitian yaitu tegangan dan lama perendaman. Variasi tegangan yaitu 3.5 Volt, 2 Volt, dan 1.5 Volt, sedangkan variasi lama perendaman yaitu 24 jam, dan 48 jam. Pengujian laju korosi menggunakan metode weight loss dan potensiodinamik. Struktur mikro untuk melihat korosi sumuran dilakukan menggunakan mikroskop optik. Hasil pengukuran tegangan potensial menghasilkan tegangan 2 Volt berada di dalam batas potensial proteksi katodik. Pengujian metode weight loss dan potensiodinamik menghasilkan laju korosi terendah yaitu variasi 2 Volt sebesar 0,46 mmpy pada metode weight loss dan 0,0821 mmpy pada metode potensiodinamik. Semakin lama perendaman dengan ICCP laju korosi semakin cepat, sedangkan pada variasi tanpa ICCP laju korosi meningkat yaitu sebesar 0,8371 mmpy pada metode weight loss dan 0,0965 mmpy pada metode potensiodinamik. Pengamatan mikroskop menghasilkan kedalaman korosi sumuran pada variasi tanpa sistem ICCP lebih dalam dari variasi menggunakan sistem ICCP.
Pemanfaatan Ekstrak Daun Jambu Biji Sebagai Inhibitur Korosi Baja Paduan dalam Medium Larutan NaCl Agustinus Ngatin; Annisaa Fitri Wulandari; Asri Dwi Saffanah; Dian Ratna Suminar; Sinta Setyaningrum
Fluida Vol 15 No 2 (2022): FLUIDA
Publisher : Department of Chemical Engineering, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v15i2.3923

Abstract

Korosi merupakan masalah yang tak dapat dihindari oleh industri. Salah satu upaya untuk menekan laju korosi adalah dengan menggunakan inhibitor korosi. Daun jambu biji (Psidium guajava L.) mengandung antioksidan berupa tanin yang dapat dimanfaatkan sebagai inhibitor korosi organik ramah lingkungan pada baja paduan tinggi dalam medium larutan NaCl 3,56% (b/v). Ekstrak daun jambu biji didapatkan dengan metode maserasi, sedangkan pengkorosian dengan metode perendaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh konsentrasi inhibitor ekstrak daun jambu biji dan waktu pengkorosian terhadap laju korosi dengan efisiensi inhibisinya pada baja paduan tinggi dalam medium larutan NaCl 3,56%. Hasil penelitian menujukkan bahwa laju korosi terendah dicapai pada konsentrasi inhibitor ekstrak 400 ppm sebesar 0,0244 mm/y dengan efisiensi inhibisi 53,03%. Pengaruh waktu pengkorosian baja paduan tinggi pada konsentrasi inhibitor ekstrak 400 dan 800 ppm menghasilkan laju korosi terendah pada waktu 192 jam, yaitu 0,0301 dan 0,0282 mm/y. Penggunaan ekstrak daun jambu biji sebagai inhibitor korosi berhasil menurunkan laju korosi baja paduan tinggi dalam medium larutan NaCl 3,56%.
Karakteristik Hydrocyclone untuk Pemisahan Minyak dan Air Dian Ratna Suminar; Nurcahyo Nurcahyo
Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan Vol. 4 No. 2 (2020): October 2020
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1228.374 KB) | DOI: 10.33795/jtkl.v4i2.160

Abstract

Eksplorasi minyak bumi dari sumur-sumur yang sudah tua menghasilkan minyak dengan kandungan air tinggi. Hydrocyclone suatu alat yang berfungsi untuk pemisahan cair-cair berdasarkan perbedaan berat jenis setiap komponen. Pemisahan ini terjadi dikarenanakan adanya gaya sentrifugal dan gaya gravitasi yang dihasilkan dari bentuk hydrocyclone yang seperti kerucut. Perancangan dan pembuatan hydrocyclone menghasilkan alat dengan spesifikasi sebagai berikut : diameter pipa masukan : 25,4 mm, diameter cylindrical section : 120 mm, tinggi cylindrical section : 120 mm, tinggi cone section : 600 mm, diameter pipa overflow : 25,4 mm, diameter pipa underflow : 25,4 mm. Laju alir optimum untuk pemisahan air-minyak tanah pada hydrocyclone adalah 91,8 liter/menit dengan kadar minyak tanah di overflow sebesar 11,4% dan kadar minyak tanah di underflow sebesar 3%. Petroleum exploration from old wells produces oil with a very high water content. Hydrocyclone is a device that functions for liquid-liquid separation based on differences in specific gravity of each component. This separation occurs due to the presence of centrifugal forces and gravitational forces resulting from cone-like forms of hydrocyclone. The design and manufacture of hydrocyclone produces tools with the following specifications: input pipe diameter: 25.4 mm, cylindrical section diameter: 120 mm, high cylindrical section: 120 mm, cone section height: 600 mm, overflow pipe diameter: 25.4 mm, underflow pipe diameter: 25.4 mm. The optimum flow rate for the separation of water-kerosene on hydrocyclone is 91.8 liters / minute with the level of kerosene in overflow of 11.4% and the level of kerosene in underflow of 3%.
Pengaruh Kedalaman Anoda pada Metode Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) dalam Degradasi Pewarna Tekstil Remazol Red Dian Ratna Suminar; Nelson Saksono
Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan Vol. 2 No. 2 (2018): October 2018
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (892.228 KB) | DOI: 10.33795/jtkl.v2i2.74

Abstract

Limbah pewarna tekstil yang mempunyai komponen utamanya zat pewarna sintesis berbahaya bagi lingkungan sekitar. Pengolahan limbah pewarna tekstil secara fisika dan biologi kurang efektif. Elektrolisis plasma dengan menggunakan metode Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) merupakan bagian dari pengolahan secara kimiawi, yang efektif dalam mengolah limbah pewarna batik. Parameter kedalaman anoda sangat mempengaruhi dalam proses elektrolisis plasma metode CGDE. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kedalaman anoda terhadap produksi •OH, energi yang digunakan proses degradasi, persen dekolorisasi Remazol Red RB 133, serta mengetahui penurunan konsentrasi COD limbah pewarna batik Remazol Red RB 133. Kedalaman anoda dalam penelitian ini adalah 1,5 cm dimana produksi •OH sebesar 11,63 mmol dan energi proses selama 30 menit adalah 806,4 KJ. Persen dekolorisasi Remazol Red RB 133 pada konsentrasi 250 ppm, terbesar selama 30 menit mencapai 99,66 %, pada kedalaman 4,5 cm dengan energi 1075,212 KJ. Nilai COD limbah pewarna batik Remazol Red RB 133 menurun dari 169 mg/L menjadi 3,6 mg/L setelah proses CGDE selama 180 menit (sesuai dengan baku mutu limbah). Textile dye waste having the main component of synthetic dye is hazardous to the surrounding environment. Textile dye waste treatment is physically and biologically less effective. Electrolysis plasma that used Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) method is part of chemical treatment. The anode depth parameters greatly affect the electrolysis CGDE method. The purpose of this study was to determine the effect of anode depth on • OH production, the energy used in the degradation process, percent decolorization of Remazol Red RB 133, as well as knowing the decrease in COD concentration of Remazol Red batik dye RB 133. The anode depth in this study is 1.5 cm where the production of OH • 11.63 mmol and the processing energy for 30 minutes is 806.4 KJ. The largest Percentage degradation of Remazol Red RB 133 at concentration 250 ppm is 99,66%, that’s reach at depth 4.5 cm for 30 minutes with energy 1075,212 KJ. COD value has decreased from 169 mg/L to 3,6 mg/L after 180 minutes CGDE process (conform to waste quality standards).
Sintesis Asam Levulinat Melalui Metode Esterifikasi dengan Etanol 96% menggunakan Katalis Heterogen Berbasis Biomassa untuk Pembuatan Zat Aditif Bahan Bakar Suminar, Dian Ratna; Anindita, Faradila; Fajriati, Ramadhana Suci; Sihombing, Rony Pasonang
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol. 14 No. 1 (2023): Vol 14 (2023): Prosiding 14th Industrial Research Workshop and National Semina
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/irwns.v14i1.5433

Abstract

Indonesia menjadi negara dengan polusi udara terbesar di asia tenggara, penyebab polusi udara salah satunya ialah asap kendaraan, oleh karena itu perlu dilakukannya solusi untuk mengurangi masalah tersebut. Etil levulinat merupakan senyawa kimia yang dihasilkan dari lignoselulosa yang dapat digunakan di berbagai bidang khususnya sebagai zat aditif bahan bakar yang bagus untuk mengurangi emisi gas Cox dan NOx. Pembuatan etil levulinat dari asam levulinat dan etanol dilakukan melalui metode esterifikasi menggunakan katalis heterogen karbon sulfonat. Katalis didapat dari sekam padi yang telah melalui proses karbonisasi dengan suhu 550oC selama ± 75 menit, yang dilanjutkan dengan proses sulfonasi menggunakan asam sulfat 98% dengan suhu 150oC selama 4 jam. Proses sintesis dilakukan dengan variasi waktu 3 jam, 6 jam, dan 9 jam, rasio molar asam levulinat dan etanol (1:4, 1:8, dan 1:12), dan jumlah katalis (5%,10%, dan 15%). Dihasilkan konversi optimum sebesar 85% Pada waktu 6 jam perbandingan rasio mol 1:12 dengan katalis loading 10%.