Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Waktu Proses pada Desalinasi Air Laut dengan Metode Elektrokoagulasi secara Batch Rifki Ardiansyah; Triyoga Meiditama Putra; Dian Ratna Suminar; Agustinus Ngatin
Fluida Vol 14 No 2 (2021): FLUIDA
Publisher : Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v14i2.2828

Abstract

ABSTRAK Salah satu upaya untuk menjaga persediaan air yaitu dengan cara menurunkan parameter air laut agar memenuhi parameter air tawar menggunakan metode elektrokoagulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh waktu proses elektrokoagulasi terhadap penurunan TDS, kekeruhan, kadar Cl, dan kadar Fe. Selain itu, untuk mengetahui perbandingan antara elektroda Al dan Fe. Air laut diambil dari Pantai Pelabuhan Ratu. Elektroda yang digunakan adalah Al dan Fe dengan ukuran 15x10 cm2. Tegangan yang digunakan yaitu 5 volt atau rapat arus sebesar 0,137 A/dm2 dengan waktu proses 15, 30, 45, dan 60 menit serta volume bahan bakunya 4 Liter. Penelitian dengan waktu proses 30 menit dan proses pengendapan selama satu hari mampu menurunkan kekeruhan hingga 2,28 NTU (55,07%); TDS hingga 1.010 mg/L (3,71%); kadar Cl hingga 271,98 mg/L (3,52%); dan kadar Fe 0,05 mg/L (40,65%). Proses elektrokoagulasi menggunakan elektroda aluminium lebih baik dibandingkan elektroda besi pada waktu proses 30 menit. ABSTRACT One of the efforts to maintain water supply is by lowering seawater parameters to meet freshwater parameters using the electrocoagulation method. This study aims to study the effect of electrocoagulation process time on the decrease in TDS, turbidity, Cl content, and Fe content. In addition, to determine the comparison between Al and Fe electrodes. Seawater is taken from Pelabuhan Ratu Beach. The electrodes used are Al and Fe with a size of 15x10 cm2. The voltage used is 5 volts or a current density of 0,137 A/dm2 with processing times of 15, 30, 45, and 60 minutes and the volume of the raw material is 4 liters. Research with a processing time of 30 minutes and sedimentation for one day was able to reduce turbidity up to 2,28 NTU (55,07%); TDS up to 1.010 mg/L (3,71%); Cl content up to 271,98 mg/L (3,52%); and Fe content of 0,05 mg/L (40,65%). The electrocoagulation process using aluminum electrodes was better than iron electrodes at a processing time of 30 minutes.
Pemberdayaan Masyarakat Desa Kampung Panjang melalui Pembentukan Sanggar Budaya dan Reaktualisasi Kearifan Lokal Basiacuong Erdiasnyah; M Arifin Ilham; Muhammad Farhan Nasrul; Rifki Ardiansyah; Nelfa Valianti; Rifa Aska Auliya; Riyan Saputra; Habiburrahman Lathif; Ratih Asri Audina; Serliza; Nuraryo Patria; Juandono; Veni Rahmawati
Aksi Kita: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 1 No. 5 (2025): OKTOBER
Publisher : Indo Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63822/qgmmsq72

Abstract

Program PPK Ormawa UKM BATRA Universitas Riau dilaksanakan di Desa Kampung Panjang, Kecamatan Kampar Utara, Kabupaten Kampar, dengan tujuan untuk melestarikan dan merevitalisasi tradisi lisan Basiacuong sebagai bentuk kearifan lokal masyarakat Melayu Kampar. Program ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR) yang menempatkan masyarakat sebagai subjek aktif dalam setiap tahap kegiatan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, hingga refleksi. Kegiatan utama meliputi pembentukan Sanggar Budaya Kampung Panjang, pelatihan seni tutur Basiacuong, penyusunan modul pendidikan karakter berbasis budaya lokal, pembuatan konten digital. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat, khususnya generasi muda, dalam pelestarian budaya lokal. Sanggar budaya berfungsi sebagai wadah pembelajaran dan ekspresi kreatif yang memperkuat identitas sosial dan kebanggaan masyarakat terhadap budaya leluhur. Melalui sinergi antara mahasiswa, pemerintah desa, dan tokoh adat, program ini berhasil menghidupkan kembali nilai-nilai kearifan lokal sebagai dasar pembangunan masyarakat menuju desa budaya yang mandiri dan berkelanjutan