Fitrotun Nafsiyah
Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Tipologi Kitab Al-Atraaf; Sejarah dan Perkembangannya Fitrotun Nafsiyah
AL-THIQAH : Jurnal Ilmu Keislaman Vol 3 No 01 (2020): April
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

At{ra>f pada awalnya dipakai oleh pelajar hadis untuk memudahkan dalam menghafal hadis, yang mana metode penulisan ini sudah ada sejak abad I H, dan dari kemudahan yang diperoleh tersebut, maka ulama setelahnya menjadikannya sebagai salah satu metode dalam melakukan takhri>j hadis, yakni sebagai kamus untuk mencari tempat hadis dalam kitab aslinya, dengan menyertakan beberapa sanad sehingga dapat dilakukan i’tiba>r dengannya, dan dapat diketahui bahwa ada atau tidaknya sha>hid ataupun ta>bi’ untuk memperkuat status hadis atau bahkan mengangkat derajat hadis.
Tradisi Membaca Shalawat Diba’ pada Malam Jumat di Pondok Pesantren Nurusshaleh Desa Katol Timur Kokop Bangkalan Takwallo Takwallo; Sama’un Sama’un; Fitrotun Nafsiyah
Al-Thiqah : Jurnal Ilmu Keislaman Vol 4 No 1 (2021): April
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam penelitian ini akan membahas tentang sebuah tradisi dalam kajian living hadis yaitu tradisi membaca shalawat diba’ pada malam Jumat di Pondok Pesantren Nurusshaleh Desa Katol Timur Kecamatan Kokop Kabupaten Bangkalan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa shalawat merupakan salah satu bentuk pujian, sanjungan, dan doa yang ditujukan kepada Rasulullah Saw sebagai bukti dari rasa hormat, cinta dan terimakasih kita kepadanya. Di Pondok Pesantren Nurusshaleh Katol Timur Kokop Bangkalan pembacaan shalawat diba’ telah menjadi sebuah tradisi setiap malam Jumat. Hal ini bermula karena minimnya ilmu pengetahuan agama masyarakat di Desa Katol Timur. Sehingga bagi mereka pembacaan shalawat diba’ merupakan sesuatu yang asing. Kemudian KH. Abdullah Nawawi menerapkan agar membaca shalawat diba’ seminggu satu kali di Pondok Pesantren Nurusshaleh supaya mereka mengetahui dan dapat mempraktikkan di lingkungannya masing-masing.
Ibn Jawzi (W. 597 H) dan Metode Penyelesaian Hadis Mushkil Fitrotun Nafsiyah
AL-THIQAH : Jurnal Ilmu Keislaman Vol 2 No 02 (2019): Oktober
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi adanya kesenjangan antara dalil dengan kenyataan, dalam dalil dijelaskan bahwa dalil maqbul(shahih) tidak mongkin bertentangan dengan dalil maqbul(shahih) juga. Akan tetapi pada kenyataanya ada dalil maqbul bertentangan dengan sendirinya, juga dengan dalil lain, dalam istilah ilmu hadis ini lebih dikenal dengan h}adi>th mukhtalif atau h}adi>th mushkil. Sebab itu banyak ulama menaruh perhatian khusus padanya, salah satunya ibn al-Jawzi>, ulama ini memiliki metode khusus dalam menyelesaikan hadis mushkil. Hasil dari penelitian ini yaitu: Pertama, Ibn al-Jawzi> dalam menyelesaikan hadis mushkil mengunakan metode sharah al-h}adi>th. 2. Kedua, dalam menghilangkan kontradiksi hadis ia mengikuti mazhab jumhur hadis yaitu a. Al-Jam’uh (memadukan), b. Al-Naskh (menghapus), c. Al-Tarjih (memilih), d. Al-Tawaquf (diam/berhenti). 3. Ketiga, implikasi dari metode penyelesaian hadis mushkil ini adalah mencegah pandangan negatif terhadap hadis mushkil serta menjadi sebuah alternative dalam menyelesaikan hadis mushkil.
Hermeneutika Muhammad Syahrur Mohammad Lutfianto; Fitrotun Nafsiyah
Al-Thiqah : Jurnal Ilmu Keislaman Vol 5 No 1 (2022): April
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56594/althiqah.v5i1.62

Abstract

Salah satu tokoh yang memiliki peran besar dalam merekonstruksi konsep sunnah adalah Muhammad Syahrur (untuk selanjutnya ditulis Syahrur). Ia menawarkan pembacaan kontemporer terhadap sumber hukum Islam termasuk sunnah. Dalam pandangannya, untuk memahami teks keagamaan tidak perlu selamanya mengedepankan penafsiran ulama tradisional. Sebab semestinya ditafsirkan sebagaimana zamannya. prinsip hermeneutika yang Syahrur yakini adalah; pertama, pembaca sangat mungkin mengetahui maksud penulis dengan membaca teks saja, tanpa harus merujuk pada penulis teks. Kedua, tidak seorang pun yang berhak mengklaim keabsolutan pemahaman atas apa yang dia baca. Ketiga, ketiadaan seorang Nabi pasca Nabi Muhammad, meniscayakan bahwa pemahaman terhadap teks-teks keagamaan akan selalu relatif. Keempat, fleksibilitas makna dapat diterapkan sesuai kondisi sosial yang berubah. Kelima, al-Qur’an dan teks keagamaan lainnya -termasuk sunnah- tidak mengalami redudansi, semantik dan sinonimitas (persamaan makna suatu kata) absolut.