Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

5. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN KECIL BERDASARKAN INDIKATOR NILAI TUKAR NELAYAN (NTN) (Studi Kasus di Desa Tanjung Luar Kabupaten Lombok Timur) Syarif Husni; Broto Handoko; Abubakar, L; Muhammad Yusuf
JURNAL AGRIMANSION Vol 19 No 3 (2018): JURNAL AGRIMANSION DESEMBER 2018
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v19i3.251

Abstract

ABSTRAK Konsep Nilai Tukar Nelayan ini dikembangkan untuk mengetahui indikator kesejateraan nelayan yang diungkapkan melalui kalkulasi Nilai Tukar Nelayan masih dapat dipertahankan sebagai salah satu refrensi dasar yang amat berharga untuk merumuskan kebijakan pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Penelitian ini bertujuan (1). Menganalisis pendapatan rumahtangga nelayan kecil dari kegiatan on-fishing dan off- fishing (2). Menganalisis pengeluaran rumahtangga nelayan kecil untuk pangan dan non pangan(3). Mengukur Nilai Tukar Nelayan kecil di Desa Tanjung Luar Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Luar Kabupaten Lombok Timur melalui studi kasus dengan jumlah Responden 60 orang. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik wawancara. Hasil penelitian menunjukan (1).Rata-rata total pendapatan rumah tangga Nelayan kecil di Desa Tanjung Luar Kabupaten Lombok Timur adalah Rp 3.341.379/bulan terdiri dari kegiatan on-fishing sebesar Rp.3.341.379/bulan dan off-fishing sebesar Rp. 1.510.00/bulan. (2).Total pengeluaran rumah tangga Nelayan kecil di Desa Tanjung Luar Kabupaten Lombok Timur sebesar Rp 1.823.735 terdiri dari pengeluaran pangan sebesar Rp.1.377.412/bulan dan Non-Pangan sebesar Rp. 446.323/bulan sehingga (3). Nilai Tukar Nelayan di Desa Tanjung Luar Kabupaten Lombok Timur sebesar 2,58 atau>1. Artinya rumahtangga nelayan kecil memiliki tingkat kesejahteraan cukup untuk memenuhi kebutuhan primer dan berpotensi dapat memenuhi kebutuhan non primer atau menabung. ABSTRACT Exchange Rate Fishermen concept was developed to determine the indicators of the welfare of fishermen expressed through the calculation of the Exchange Rate Fishermen can still be maintained as a valuable reference base for formulating development policy marine and fisheries sector. The aim of this study (1).Analyzing household income of small fishing-fishing activities on and off-fishing (2).Analyzing small fishing household expenditures for food and non food (3).Measuring Exchange Rate small fisherman in the village of East Lombok Tanjung Luar This research was conducted in the village of Tanjung Luar East Lombok through case studies the number of respondents 60 people. While the data collection was done by interview techniques. The results showed (1).Average total household income in the small fisherman village of Tanjung Outer East Lombok district is Rp.3,341,379/month-on activities consist of fishing for Rp.3.341.379/month and off-fishing Rp.1.510.00/month. (2).Total household expenditure in the small fisherman village of Tanjung Outer East Lombok district is Rp 1,823,735 consist of Food expenditure is Rp. 1,377,412/month and Non-Food Rp.446 323/month so that (3).Exchange Rate Fishermen in the village of East Lombok Tanjung Luar of 2.58 or> 1. means small fishing households have welfare level sufficient to meet the primary needs and can potentially meet the needs of non-primary or saving.
DAMPAK HUTAN KEMASYARAKATAN TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAHTANGGA SEKITAR HUTAN DI KECAMATAN BATUKLIANG UTARA KABUPATEN LOMBOK TENGAH Addinul Yakin; Sukardi Malik; Muhammad Yusuf; Syarif Husni
JURNAL AGRIMANSION Vol 20 No 1 (2019): Jurnal Agrimansion April 2019
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v20i1.259

Abstract

ABSTRAK Kawasan pegunungan Rinjani, khususnya resort Setiling Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah memiliki fungsi biologi, ekologis, dan estetika serta sosial-ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan. Deforestrasi sering dikaitkan dengan tingkat kemiskinan masyarakat sekitar hutan, sehingga dengan diberikannya Hutan Kemasyarakatan (HKm) di wilayah tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan menekan kemiskinan. Penelitian ini telah dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif-eksploratif-partisipatif dengan mengkombinasikan studi dokumen, wawancara terstruktur, indepth interview, serta diskusi kelompok terarah (FGD) terbatas. Penelitian dilakukan desa Aik Berik dan Desa Setiling dengan jumlah responden sebanyak 40 orang, dengan juga melibatkan tokoh masyarakat di wilayah tersebut. Data yang telah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif analisis pendapatan rumahtangga dan pendapatan per kapita yang kemudian digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan masyarakat berdasarkan tiga standar yang berbeda, yaitu Sajogyo, BPS, dan Bank Dunia. Hasil studi menunjukkan bahwa: 1) rata-rata total pendapatan rumahtangga masyarakat sekitar hutan mencapai Rp. 20.057.950 yang terdiri dari Rp. 13.597.950 (67,79%) dari sektor pertanian dan Rp. 6.460.000 (32,21%) dari sektor non pertanian dengan pendapatan per kapita sebesar Rp. 4.667.549,- per tahun; 2) berdasarkan kriteria BPS, masyarakat sekitar hutan di kecamatan Batukliang Utara masuk kategori tidak miskin, selanjutnya berdasarkan kriteria Sayogyo menghasilkan kategori hampir miskin, dan Kriteria bank Dunia manghasilkan kategori miskin, sehingga ketiganya memberikan tingkat kesejahteraan yang relatif berbeda; 3) Adanya Hkm telah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan karena mampu meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat sebesar 22,18 persen dan telah mampu mengentaskan kemiskinan 7,5 sampai 22,5 persen. Oleh karena itu disarankan agar perbaikan ekonomi masyarakat sekitar hutan harus dipercepat melalui pola pembinaan dan pengembangan pada bidang-bidang usaha yang menjadi kekuatan utama mereka yaitu kehutanan, peternakan, dan perkebunan serta juga mendorong peningkatan kegiatan perdagangan dan ekonomi produktif skala rumahtangga. ABSTRACT The Rinjani mountain region, especially the North Batukliang Setiling resort of Central Lombok district holds functions biological, ecological, and aesthetical and socio-economic functions for the community near the forest. Deforestation is often associated with the level of poverty of the community near the forest, so that introduction of the Community Forest (HKm) in the region may increase people's income and reduce poverty. This research has been carried out using a descriptive-exploratory-participatory method by combining document studies, structured interviews, in-depth interviews, and limited focus group discussions. The research was conducted at the villages of Aik Berik and Setiling with 40 respondents, as well as community leaders in the area. The collected data was analyzed descriptively by analysis of household income and per capita income which was then used to analyze the level of community welfare based on three different standards, namely Sajogyo, BPS, and the World Bank. The results of the study show that: 1) the average total household income of the community near the forest reaches Rp. 20,057,950 consisting of Rp. 13,597,950 (67.79%) from the agricultural sector and Rp. 6,460,000 (32.21%) from the non-agricultural sector with a per capita income of Rp. 4,667,549, - per year; 2) based on BPS criteria, the community around the forest in the North Batukliang sub-district is categorized as not poor, then based on the Sayogyo criteria produces an almost poor category, and the World Bank Criteria produce a poor category, so the three provide relatively different levels of welfare; 3) The presence of Hkm has been able to improve the welfare of the community near the forest because it is able to increase the per capita income of the community by 22.18 percent and has been able to alleviate poverty 7.5 to 22.5 percent. Therefore, it is suggested that the economic improvement of the community near the forest should be accelerated through policy interventions in business sectors which are on their main strengths, namely forestry, livestock, and plantations, as well as in non agricutural sector such as trade and other economic activities (such as home agroindustry).
ANALISIS STRATEGI PENGHIDUPAN DAN KESEJAHTERAAN EKONOMI RUMAHTANGGA NELAYAN DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN LEMBAR KABUPATEN LOMBOK BARAT Muhammad Yusuf; Syarif Husni; Abubakar Abubakar
JURNAL AGRIMANSION Vol 20 No 2 (2019): Jurnal Agrimansion Agustus 2019
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v20i2.301

Abstract

Penelitian bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi potensi asset rumahtangga dan strategi penghidupan (livelihood strategy) sesuai dengan asset yang dimiliki yang dilakukan oleh rumahtangga nelayan di kawasan pesisir Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat; (2) Menganalisis tingkat pendapatan dan kesejahteraan (livelihood outcome) rumahtangga dari dampak strategi penghidupan yang dilakukan; dan (3) Memformulasi strategi penghidupan ke depan dan model intervensi menurut preferensi rumahtangga serta potensi sumberdaya di kawasan pesisir Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei. Data dianalisis secara deskriptif Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Asset penghidupan masyarakat nelayan di kawasan pesisir Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat meningkat sehingga potensi pengembangan ekonomi mereka ke depan cenerung meningkat pula; (2) Strategi penghidupan utama dari rumahtangga nelayan di kawasan pesisir Kecamatan Lembar adalah melakukan diversifikasi usaha sebagai suatu mekanisme untuk masalah kehidupan mereka dalam rangka mempertahankan dan/atau meningkatkan kesejahteraan mereka; (3) Rata-rata total pendapatan rumahtngga masyarakat nelayan di kawasan pesisir Kecamatan Lembar mencapai Rp 20.572.570,- yang berasal dari berbagai bersumber pendapatan dengan pendapatan per kapitas sebesar Rp 5.143.143,-. Strategi penghidupan melalui diversifikasi usaha mampu meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan di kawasan pesisir Kecamatan Lembar. Kontribusi pendapatan dari sumber penghasilan baru seperti: sumberdaya perikanan, peternakan, perkebunan, pertanian tanaman pangan, yang menjadi daya dukung utama dari masyarakat nelayan di kawasan pesisir ini mencapai 38 % dari total penghasilan rumahtnggga; (4) Berdasarkan kriteria BPS, masyarakat nelayan di kawasan pesisir Kecamatan Lembar tersebut termasuk kategori tidak miskin; kriteria Bank Dunia pendapatan per kapita masyarakat nelayan di kawasan ini tergolong miskin. Sementara itu berdasarkan kriteria Sayogyo menghasilkan kategori yang tenagh-tengah yaitu hamprr miskin; dan (5) Prioritasan program dan bentuk bantuan ke dapan adalah bantuan tunai, tersediaaanya sumber pembiayaan murah, bantuan teknis menyangkut pengetahuan dan ketrampilan, bantuan bahan peralatan untuk memulai usaha, dan membantu program manajemen usaha dan mengembangkan jaringan pemasaran produk.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika dan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Muhammad Yusuf; Jannatin ‘Ardhuha; Hikmawati Hikmawati
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan Vol. 7 No. 2 (2022): Juni
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jipp.v7i2.457

Abstract

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran dengan model problem based learning untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika dan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang layak, praktis, dan efektif. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan model 4D yang terdiri dari Define, Design, Develop dan Disseminate. Produk yang dikembangkan yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan instrumen tes pemahaman konsep serta kemampuan berpikir kritis. Teknik pengumpulan data menggunakan angket lembar validasi, angket respon keterlaksanaan pembelajaran, dan instrumen tes. Validitas produk dinilai oleh enam validator yang selanjutnya dianalisis menggunakan skala Likert. Kepraktisan diperoleh dari penyebaran angket respon melalui google form terkait keterlaksanaan pembelajaran. Keefektifan diperoleh dari peningkatan nilai pretest serta posttest peserta didik yang hasilnya dianalisis menggunakan uji N-Gain dan diinterpretasikan ke dalam tafsiran keefektifan. Hasil validitas berdasarkan penilaian validator menunjukkan keseluruhan perangkat yang dikembangkan memiliki nilai rata-rata persentase 90,48% sampai 93,08% dengan kategori valid dan reliabel. Hasil kepraktisan perangkat pembelajaran berdasarkan angket respon peserta didik menunjukkan nilai 83,8% dengan kategori sangat praktis. Sementara itu, pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis peserta didik mengalami peningkatan dengan hasil rata-rata uji N-Gain sebesar 0,51 dan 0,43 dengan kategori sedang. Sehingga, dapat disimpulkan perangkat pembelajaran dengan model problem based learning yang dikembangkan layak dengan kriteria valid dan reliabel serta sangat praktis. Akan tetapi, kurang efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis peserta didik selama pembelajaran di masa pandemi Covid-19.