Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

ANALISA FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALU LINTAS PADA SEGMEN JALAN BY-PASS KRIAN – BALONGBENDO (KM. 26+000 – KM. 44+520) Utomo, Nugroho
Kern : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 2, No 2 (2012): Jurnal Ilmiah Teknik Sipil KERN
Publisher : Kern : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Suatu peristiwa kecelakaan lalu lintas sangat beragam baik dari proses kejadiannya maupun faktor penyebabnya. Untuk kepentingan penanggulangannya diperlukan suatu adanya suatu pola yang dapat menggambarkan karakteristik proses kejadian suatu kecelakaan lalu lintas, agar dapat disimpulkan faktor penyebabnya supaya dapat dirumuskan pula upaya penanggulangannya.Banyaknya kejadian kecelakaan yang terjadi pada ruas jalanBy-Pass Krian – Balongbendo mengakibatkan banyaknya kerugian, baik kerugian materil dan non materiil pada para pengendara tersebut. Dengan dasar ini perlu dilakukan analisa kecelakaan terhadap tingginya tingkat kecelakaan sehingga dapat diketahui faktor–faktor penyebabnya, daerah rawan kecelakaan (blackspot), dan mencari solusi penyelesaian yang tepat untuk meminimalisasi kecelakaan yang sering terjadi pada ruas jalan tersebut.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian  deskriptif–analitis. Deskriptif berarti memaparkan suatu kejadian sesuai dengan kondisi yang ada, sedangkan Analitis berarti data–data yang terkumpul disusun, dianalisa dan dijelaskan sesuai dengan parameter yang ada. Model analisa dengan menggunakan Anova untuk uji pengaruh ruas jalan terhadap jumlah kecelakaan, uji validitas dan reliabilitas dari pendapat responden tentang faktor kecelakaan pada ruas jalan tersebut. Sehingga diperoleh gambaran kecelakaan yang jelas dan dapat dicari  solusi penyelesaiannya.Dari hasil analisa didapatkan faktor–faktor kecelakaan pada ruas jalan By-Pass Krian – Balongbendo adalah faktor manusia (79,91 %), faktor kendaraan (12,66 %), faktor jalan (4,37 %) dan faktor lingkungan (3,06 %). Daerah rawan kecelakaan terdapat pada Km 37+300 – Km 40+400 dan didominasi sepeda motor (41,23 %). Salah satu alternatif penyelesaian adalah dengan diberi kanalisasi atau jalur khusus berupa marka jalan untuk kendaraan sepeda motor.Kata kunci : kecelakaan lalu lintas,by-pass Krian – Balongbendo
TINGKAT PELAYANAN JALUR PEJALAN KAKI DAN PENINGKATAN FASILITAS TRANSPORTASI UMUM DENGAN PERENCANAAN TELUK BIS Utomo, Nugroho
Kern : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2011): Jurnal Ilmiah Teknik Sipil KERN
Publisher : Kern : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kawasan Jalan Tunjungan, Jalan Gubernur Suryo dan Jalan Pemuda di Kota Surabaya merupakan pusat perdagangan dan perkantoran yang sangat pesat perkembangannya. Hal ini membawa konsekuensi terjadinya konsentrasi pejalan kaki dan berpengaruh terhadap kelancaran lalu lintas kendaraan dalam kota, maka dibutuhkan fasilitas bagi para pejalan kaki yang memadai dan peningkatan fasilitas transportasi umum dengan perencanaan teluk bis. Analisa ini memerlukan data masukan dalam menentukan tingkat pelayanan jalur pejalan kaki (Pedestrian Level of Service) dan perencanaan teluk bis, yakni volume pejalan kaki, waktu tempuh rata-rata pejalan kaki dan waktu headway bis kota yang melewati daerah pengamatan pada saat jam-jam sibuk. Berdasarkan hasil analisa tingkat pelayanan jalur pejalan kaki diketahui bahwa tingkat pelayanan jalur pejalan kaki di Jalan Tunjungan, Jalan Gubernur Suryo dan Jalan Pemuda berada pada level of service A. Dengan demikian, lebar trotoar sudah sesuai dengan kebutuhan pejalan kaki sehingga pengembangan trotoar tidak perlu dilakukan. Sedangkan dari hasil survei traffic counting diperoleh waktu headway bis kota yakni tiap 10 menit, sehingga berdasarkan korelasi antara tingkat pelayanan jalur pejalan kaki (Pedestrian Level of Service) dan Pedestrian Level of Service Adjustment Factors yang digunakan untuk menentukan Bus Level of Service teluk bis dapat direncanakan dengan satu jalur tunggu untuk menampung satu buah bis.Kata kunci:  pejalan kaki, pedestrian level of service, adjustment factors, bus level of service, teluk bis.
Analisa Kebutuhan Ruang Pandangan Bebas Pada Perlintasan Sebidang Tanpa Palang Pintu Di Desa Gelam, Kabupaten Sidoarjo Nugroho Utomo
FORUM MEKANIKA Vol 10 No 1 (2021): JURNAL FORUM MEKANIKA
Publisher : Sekolah Tinggi Teknik - PLN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33322/forummekanika.v10i1.1272

Abstract

Railway crossing are amongst the most complex of road safety handling systems, due to the conflicts between road vehicles and rail infrastructure operations. Railway crossing until now is still become the one of major accident cause for road users. Mainly caused by indiscipline acts of road users when pass a railway crossing such as opening an illegal crossing, trespassing closed crossing gate and unaware road users. In the area that growing into an industrial and commercial area, the origins of road network that is local road type changed to collector road type. This roads transformation affected to appears of unprotected railway level crossings which existing railways and roads are closed to each other. In Province of East Java especially at Sidoarjo Municipality there are two railway crossing which indicating to this serious matters located at JPL 69 Gelam 1 and JPL 70 Gelam 2. These two railway crossing showing an incomplete standard safety facilities which required such as railway warning sign and others. By this urgency, paperwork is held to discussing about standard safety facilities identifications and analyzing availability of clear visible zone according with Guidance of Technically Design of Railway Crossing. As a results explained that JPL 69 Gelam 1 is not recommended for safety reasons and JPL 70 Gelam 2 is recommended with several conditions that must be equipped.
Analisis Hubungan Antara Porositas Dengan Penyerapan Air Dian Purnamawati Solin; Nugroho Utomo; Siti Zainab
KERN Vol 5 No 2 (2019): Jurnal KERN : Oktober 2019
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.192 KB) | DOI: 10.33005/kern.v5i2.17

Abstract

Soils is one of key of infrastructure and agriculture development. Therefore, it is necessary to identify the behavior of soil. In this paper, the relation between porosity and water absorption were identified by using laboratory test. Based on the results of laboratory testing, the porosity value of the soil in the coastal areas tends to be small, with the largest porosity value = 0.388. Meanwhile, for water absorption, the largest percentage of water that can be absorbed in the soil is 35,925. By using a linear mathematical model found a relationship between soil porosity with water absorption y = 204.91x-44.4 with a regression value R2 = 0.9954.
Analisa Kekuatan Struktur Jalan Kereta Api dengan Penambahan Lapisan Geotekstil pada Perencanaan Jalur Ganda Jombang – Peterongan (KM.69+100 – KM.76+100) Nugroho Utomo; Fithri Estikhamah
KERN Vol 6 No 1 (2020): Jurnal KERN: April 2020
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (988.362 KB) | DOI: 10.33005/kern.v6i1.24

Abstract

Berdasarkan Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) oleh Direktorat Jendral Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (2011), pada tahun 2030 diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah pergerakan orang menggunakan kereta api di Pulau Jawa sebesar 858,5 juta orang/tahun dan pergerakan barang sebesar 534 juta ton/tahun. Sehingga untuk mengakomodasi kebutuhan ini maka prasarana jalan kereta api berupa jalur ganda (double track) pada lintas utara dan selatan di Pulau Jawa sudah harus siap untuk dioperasikan dan aman ditinjau dari kelayakan struktur. Jalur kereta api eksisting yang telah terbangun di Pulau Jawa untuk lintas utara (Surabaya – Jakarta) sepanjang 727 km sudah memenuhi terhadap kebutuhan jalur ganda (double track), sedangkan untuk lintas selatan baru terkoneksi oleh jalur ganda adalah lintas Yogyakarta sampai Nganjuk dan sudah dioperasikan. Untuk lintas Nganjuk – Jombang jalur ganda sudah selesai tetapi belum siap untuk dioperasikan dan lintas Jombang – Mojokerto sedang dalam proses penyelesaian. Fokus utama dalam penelitian ini adalah meninjau struktur jalan kereta api jalur ganda pada lintas Jombang – Mojokerto, petak Jombang – Peterongan (KM.69+100 – KM.76+100). Struktur jalan kereta api jalur ganda pada petak Jombang – Peterongan yang ditinjau ini adalah kelayakan struktur bawah jalan kereta api yang diberi penambahan lapisan geotekstil terhadap aspek pembebanan kereta api rencana KA Sancaka. Pedoman yang digunakan dalam desain ini adalah Peraturan Dinas No 10 Tahun 1986 dari PT. KAI. Sebagai hasil dari penelitian ini adalah tinjauan faktor aman akibat keruntuhan beban mati struktur jalan kereta api, faktor aman penggelinciran lereng dan lateral terhadap perkuatan lapisan geotekstil memenuhi syarat.
Analisis Kepatuhan Siswa/i Tingkat SMP Dalam Berlalu Lintas Fithri Estikhamah; Nugroho Utomo
KERN Vol 6 No 1 (2020): Jurnal KERN: April 2020
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.267 KB) | DOI: 10.33005/kern.v6i1.28

Abstract

Dalam memperlancar kegiatan manusia, sarana yang paling penting dan utama adalah transportasi. Terdapat beberapa macam transportasi yang dapat digunakan untuk mempermudah kegiatan manusia. Tetapi jenis kendaraan yang paling digemari masyarakat adalah sepeda motor. Kepatuhan hukum masyarakat akan pentingnya etika dalam berlalu lintas masih dikategorikan rendah. Seperti misalnya beberapa pengendara kendaraan sepeda motor seringkali menyalip kendaraan lainnya tanpa memperhatikan marka jalan maupun rambu-rambu lalu lintas. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat kepatuhan hukum siswa SMP di Surabaya terhadap etika berlalu lintas menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Penelitian dilakukan di sekitar kampus UPN “Veteran” Jawa Timur. Sampel yang diambil adalah sebanyak 30 siswa SMP/SLTP sederajat dengan metode acak. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kepatuhan hukum siswa SMP di Surabaya terhadap etika berlalu lintas menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, masuk dalam kategori cukup patuh (65,57 %). Artinya siswa/i SMP dikategorikan cukup mematuhi aturan hukum sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Etika Berlalu Lintas. Beberapa responden menyatakan pernah mengendarai sepeda motor tetapi untuk mengendarai sepeda motor ke sekolah memilik skor 12,16 (rendah), artinya bahwa siswa/i mematuhi aturan sekolah yang melarang siswa/i untuk membawa dan mengendarai sepeda motor. Dan secara keseluruhan responden menyatakan bahwa selalu mematuhi rambu-rambu lalu lintas, hal ini ditunjukkan dengan nilai skor sebesar 67,57 yang artinya termasuk dalam kategori cukup patuh.
Studi Okupansi dan Kelayakan Tarif Operasional KRL Commuter Line Lintas Yogyakarta – Solo Balapan Davin Ryan Hafizha; Nugroho Utomo
KERN Vol 7 No 2 (2021): Jurnal KERN : Oktober 2021
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (695.01 KB) | DOI: 10.33005/kern.v7i2.48

Abstract

Wilayah aglomerasi Yogyakarta-Solo merupakan salah satu wilayah yang memiliki jumlah mobilitas orang yang tinggi karena dipengaruhi adanya daya tarik berupa bangkitan destinasi wisata, sarana pendidikan, maupun bisnis yang ada di wilayah ini. Potensi mobilitas orang menjadikan adanya perubahan layanan kereta perkotaan yaitu Kereta Api Prambanan Ekspres menjadi KRL Commuter Line. Pengoperasian KRL Commuter Line Yogyakarta–Solo dengan menambah titik pemberhentian yang belum dilayani oleh Kereta Api Prambanan Ekspres sebelumnya memiliki potensi terhadap bertambahnya okupansi penumpang. Tarif yang dikenakan kepada penumpang KRL Commuter Line Yogyakarta-Solo sama dengan layanan Kereta Api Prambanan Ekspres yaitu berupa sistem dengan tarif flat. Hal ini berbeda dengan tarif yang diterapkan pada basis layanan commuter line di KRL Jabodetabek yang beracuan pada jarak yang ditempuh pengguna atau disebut dengan sistem tarif progresif. Hasil analisis pada penelitian ini diperoleh bahwa okupansi Kereta Api Prambanan Ekspres pada periode tahun 2016 hingga 2020 yaitu sebesar 90,15%. Sementara itu, KRL Commuter Line Yogyakarta-Solo yang beroperasi pada masa pandemi dengan periode tinjauan tanggal 10 Februari sampai 4 April 2021 diperoleh nilai okupansi sebesar 60,11% dengan nilai pertambahan okupansi pengaruh dari 4 stasiun pemberhentian baru sebesar 4,38%. Pada analisis kelayakan tarif dengan metode ability to pay diperoleh nilai sebesar Rp11.098,00 (tarif eksisting < tarif ATP) dan analisis dengan metode willingness to pay diperoleh nilai sebesar Rp8.790,00 (tarif eksisting < tarif WTP). Tarif eksisting yang berlaku ditinjau dari ability to pay maupun willingness to pay sudah sesuai dengan kemampuan dan kesediaan responden. Selanjutnya, skema penerapan tarif progresif diperoleh tarif maksimal sebesar Rp7.000,00 (tarif progresif < tarif WTP) sehingga apabila diterapkan, tarif progresif juga masih sesuai dengan kesediaan membayar responden.
Evaluasi Kinerja Gardu Tol pada Gerbang Exit Tol Waru Utama Khoirus Syahira; Nugroho Utomo
KERN Vol 8 No 1 (2022): Jurnal KERN: April 2022
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.511 KB) | DOI: 10.33005/kern.v8i1.77

Abstract

Jalan tol dapat diakses dengan membayar tol yang telah ditentukan sesuai golongan kendaraan yang dipebolehkan melintas. Namun, proses pembayaran tol menjadi salah satu penyebab antrian yang terjadi di gerbang tol dan bisa menyebabkan kemacetan. Pada penelitian ini, objek penelitian adalah antrian di Gerbang Exit Tol Waru Utama. Gerbang Exit Tol Waru Utama merupakan bagian dari ruas jalan Tol Surabaya-Gempol, memiliki 10 gardu tol, 7 gardu merupakan exit dari arah Gempol dengan pola pelayanan tunggal (Single Channel) dan 3 gardu dari arah Tanjung Perak tanpa transaksi. Gerbang tol ini mengalami antrian kendaraan lebih dari 1 kilometer pada jam puncak. Analisis yang dilakukan adalah analisis komponen antrian (tingkat kedatangan (????), tingkat keberangkatan (????), dan waktu pelayanan) menggunakan metode M/M/N. Hasil evaluasi yang dilakukan pada 14-20 desember 2020 adalah pada tanggal 14 Desember sesi pagi di gardu 2, 4, 12 counter pembayaran menjadi 2 server sedangkan pada sesi sore di gardu 4 menjadi 2 server, pada 15 Desember sesi pagi di gardu 2 menjadi 2 server dan di gardu 8 menjadi 3 server sedangkan pada sesi sore di gardu 2, 4, 8 menjadi 2 server, pada 16 Desember sesi pagi di gardu 8 menjadi 2 server sedangkan pada sesi sore di gardu 12 menjadi 3 server, pada 17 Desember sesi pagi di gardu 4 dan 8 menjadi 2 server sedangkan pada sesi sore di gardu 2, 4, 8 menjadi 2 server. Hasil ini dipertimbangkan dengan tingkat keberangkatan dan waktu pelayanan kendaraan yang menghasilkan penambahan server dilakukan pada gardu 16 dan gardu 2.
Modal Choice Probability Study from Bus to Train At Jombang – Babat Railway Line Reactivation Design Nugroho Utomo; Fithri Estikhamah
Journal of Civil Engineering Science and Technology (CI-TECH) Vol. 3 No. 2 (2022): October 2022
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL - UPN "VETERAN" JAWA TIMUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/ci-tech.v3i2.64

Abstract

Currently, the transportation mode which connects Jombang City to Babat City in Lamongan Regency on trip is still using bus. This current transportation mode is under appropriated to serving passengers because there are lack of comfortable, unclean, and long headway time approximately 2 – 3 hours for a same routes. Based on these problems, research about intermodal transportation and modal choice probability is suitable. Intermodal transport is designed to revitalize train routes from Jombang to Babat City. A modal choice probability study obtains the number of predicted passengers which can be switched from the existing transportation mode (bus) to the designed transportation mode (train) by using the Stated Preference method. By creating intermodal transportation, obtained train circulation time plan was 303,49 minutes, the headway time plan was 118,6 minutes, the rolling stock plan requirements are three sets of trains and the ticket price plan is IDR 11.500/passenger. According to the difference between train and bus ticket price when the price of train ticket is lower than bus the result of modal choice probability is 0,88. According to the difference between train and bus travel time when train travel time is faster by 42 minutes than bus the result is 0,87. Then due to departure frequency between train and bus when the number of train departures is more thanfive times per day, the probability analysis results is 0,83.
Studi Pemilihan Moda Transportasi Kereta Api Ekonomi Lokal Kertosono Dan Kereta Api Dhoho (Rute Surabaya – Kertosono) Leny Jely Anggraini; Nugroho Utomo
Ge-STRAM: Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipil Vol. 6 No. 1: March 2023
Publisher : Universitas Dr. Soetomo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25139/jprs.v6i1.5007

Abstract

In Indonesia, services in the transportation sector are one of the things that must be considered. Transportation services and regulations will change over time. One example of proof of service changes, especially in this pandemic era, can be shown by PT. Indonesian Railways, which has implemented all trains using AC facilities, has restricted visitors from entering stations, implemented health protocols, and brought order to street vendors. From these changes, each mode of transportation, especially the local Economy Train Kertosono and Dhoho Train, has different characteristics in terms of travel time, fares, departure times, and others. Travelers will always have their own choice of transportation mode. To find out the probability value of the selected transportation mode, it is necessary to conduct a survey of the factors that will be reviewed by travelers who use the Kertosono Local Economy Railway and Dhoho Railway to Surabaya – Kertosono transportation modes by distributing questionnaires and using the Stated Preference method. Based on the results of research regarding the selection of transportation modes between the Kertosono Local Economy Train and the Dhoho Train which were analyzed using the Microsoft Excel program, significant results were obtained on the magnitude of the probability value of choosing a mode of transportation based on the difference in ticket prices of Rp. 2,000,- then the probability value of PKAD is 0.63 and the probability value of PKAE is 0.37. While the value of the probability of choosing a transportation mode based on the difference in travel time is -7, the probability value of PKAD is 0.65 and the probability value of PKAE is 0.35.