Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Prosedure (SSOP) pada Proses Pengalengan Ikan Lemuru (Sardinella longicep) dengan Media Saus Tomat Ahadin FF Ma’roef; YH Sipahutar; Nur Hidayah
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 8 (2021): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL VIII KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengalengan merupakan salah satu bentuk pengolahan dan pengawetan ikan secara modern dikemas secarahermatis dan disterilkan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui penerapan Good Manufacturing Practices(GMP) dan Sanitation Standard Operating Prosedure (SSOP) pada tahapan proses pengalengan ikan lemuru media saus tomat. Metode dilakukan dengan survei dan observasi langsung mengikuti kegiatan proses pengalengan dengan melakukan pengujian terhadap mutu organoleptik dan kimia, pengamatan suhu serta pengamatan GMP dan SSOP. Analisa data dilakukan dengan deskriptif. Hasil pengujian suhu ikan segar rata-rata 0,35°C, suhu proses pengisian rata-rata 3,8°C, Suhu Exhoust Box 90°C dan suhu retort 118°C. Nilai organoleptik bahan baku rata-rata 8 dan produk akhir rata-rata 7. Kadar histamin berkisar 27,82 mg/kg - 29,91 mg/kg. Hasil uji ALT bahan baku adalah 1,6×10³ koloni/gram dan produk akhir <1×101 koloni/gram. Pengamatan GMP meliputi penerimaan bahan baku, penanganan dan pengolahan, persyaratan bahan pembantu dan bahan kimia, pengemasan, penyimpanan dan stuffing. Penerapan SSOP meliputi : keamanan air dan es, peralatan dan pakaian kerja dan pencegahan kontaminasi silang, toilet dan tempat cuci tangan, bahan kimia dan saniter, syarat label dan penyimpanan, kesehatan karyawan dan pengendalian pest. GMP dan SSOP telah dilaksanakan dengan baik untuk mengurangi kontaminasi produk akhir dan telah sesuai dengan standard prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA PRODUK IKAN TERI NASI ASIN (Stolephorus sp) DAN KARAKTERISTIK PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL KOTA MEDAN Aef Permadi; Nur Hidayah; Nur Afifah; Heny Budi Purnamasari; Niken Dharmayanti; Resmi R Siregar; Yuliati H Sipahutar
Buletin Jalanidhitah Sarva Jivitam Vol 4, No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bjsj.v4i1.11067

Abstract

Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Provinsi Sumatera Utara, dimana Kota Medan merupakan kota yang memproduksi ikan teri nasi (Stolephorus sp) yang tinggi.  Ikan teri nasi (Stolephorus sp) kering mudah didapatkan di seluruh Kota Medan, oleh karena itu menjadi salah satu ikan yang cukup banyak dikomsumsi sebagai lauk-pauk. Tujuan penelitian ini adalah mengamati proses pengolahan ikan teri nasi asin dari penerimaan bahan baku hingga pemasaran, melakukan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif pada produk ikan teri nasi asin yang dijual di pasar tradisional Kota Medan khususnya di daerah Belawan, Marelan, Martubung, Brayan, Helvetia, Kurnia, Gabion. Dan mengetahui karakteristik serta pengetahuan tentang formalin dipasar tradisional Kota Medan dan nelayan. Metode penelitian dengan melakukan pengamatan langsung dan pengujian formalin di Laboratorium dan metode survey. Pengujian formalin dari 32 sampel terdapat 19 sampel positif (59%) dan 13 sampel negative (41%) dan kadar formalin tertinggi terdapat di pasar Marelan Sore yaitu 1,6 mg/kg.. Karakteristik pedagang pada pasar tradisional Kota Medan meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan lama berjualan. Umur pedagang berkisar 15-45 tahun dan pedagang yang paling banyak yaitu pada umur 31-35 tahun sebanyak (31%). Pendidikan pedagang dipasar tradisional kota Medan dimulai dari tidak bersekolah hingga tamatan SMA dan pedagang yang paling banyak adalah SD dan SMP (31%). Karakteristik pedagang berdasarkan jenis kelamin di pasar tradisional Kota Medan lebih banyak pedagang perempuan (63%) dibanding dengan pedagang laki-laki (37%). Dan pengetahuan dari responden mengenai formalin adalah 60% menjawab tidak tahu dan 40% menjawab tahu. Kata Kunci : ikan teri nasi asin, formalin, pedagang, pasar tradisional medan
Estimated of Shelf Life Salem Fish Crackers (Scomber japonicus) with Polypropylene Plastic Packaging and Metalized Plastic in Poklahsar Mina Sejahtera, Tangerang Aef Permadi; Rufnia Ayu Afifah; Dian Latifa; Nur Hidayah; Randi B.S. Salampessy; Yudi Prasetyo Handoko; Aghitia Maulani
PELAGICUS Volume 3 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/plgc.v3i2.11066

Abstract

Information on the shelf life of food products is one of the information that must be included on the label of food product packaging.  This study aims to obtain the estimated shelf life  of fried salem  fish cracker products  (Scomber japonicus)  packaged in polypropylene plastic  and metalized plastic.  Fried salem fish crackers (Scomber japonicus) are produced by Poklahsar "Mina Sejahtera" in Teluk Naga District, Tangerang Regency.  The estimated shelf life is carried out using the acceleration method with the critical moisture content model (Labuza model). The test results showed that the crackers had a water content of 2.67%. and a critical water content at the 9th hour with a water content of 6.53.%.   The permeability of polypropylene packaging and metalized plastic packaging is 0.0133 and 0.0032, respectively.  The results of the estimated shelf life of fried salem fish crackers (Scomber japonicus) packed with metalized plastic packaging with a thickness of 0.06 mm have a shelf life of 366 days and crackers packed with polypropylene packaging with a thickness of 0.08 mm have a shelf life of 130 days.  This shows that metalized plastic packaging has a better ability to maintain the durability of fried salem fish crackers.
Mutu dan Umur Simpan Cookies yang difortifikasi dengan Hidrolisat Protein Ikan Nur Hidayah; Achmad Poernomo; Nadiah Ismi Rohadatul’aisy; Sugiyono Sugiyono
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 18, No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Politeknik - Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v18i1.941

Abstract

Ikan merupakan sumber protein yang dapat digunakan untuk fortifikasi dalam berbagai produk pangan. Untuk mempermudah proses, protein ikan dapat disediakan dalam bentuk hidrolisat bubuk atau hidrolisat protein ikan (HPI). Penelitian dilakukan untuk mengetahui jumlah  terbaik HPI dalam pembuatan cookies serta pendugaan daya awetnya. Cookies dibuat dengan variasi penambahan HPI 0% (kontrol), 5%, 10% dan 15%, dan konsentrasi terbaik ditentukan dengan uji hedonik oleh 30 panelis. Cookies dengan formula terbaik selanjutnya diuji mutunya (proksimat dan mikrobiologi) dan dilakukan pendugaan umur simpan menggunakan pendekatan kadar air kritis. Cookies dengan formula terbaik adalah dengan penambahan HPI 5%, dan memiliki nilai proksimat berupa kadar protein 7,38%, kadar lemak 14,19%, kadar air 4,09%, kadar abu 1,56% dan kadar karbohidrat 72,77% serta nilai ALT 2,56x103 kol/g; dengan perkiraan umur simpan 957 hari atau 2,62 tahun. AbstractFish is a source of protein that can be used to fortify various food products. To simplify the process, fish protein can be provided in the form of hydrolyzed powder or fish protein hydrolysate (HPI). Research was conducted to determine the best amount of HPI to use in cookies production and to estimate its shelf life. Cookies were made with variations of HPI addition of 0% (control), 5%, 10% and 15%, and the best concentration was determined by a hedonic test of 30 panelists. Cookies with the best formulation were then tested for quality (proximate and microbiological) and shelf life was estimated using the critical moisture content approach. The cookies with the best formula were those with 5% HPI addition and had proximate values of protein content of 7,38%, fat content of 14,19%, moisture content of 4,09%, ash content of 1,56% and carbohydrate content of 72.77% and a microbial load (TPC) of 2,56x103 col/g. The estimated shelf life was 957 days or 2,62 years.