Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

LIFE STRESS SEBAGAI PREDIKTOR PERFORMANCE SATISFACTION PADA ATLET LIGA MAHASISWA Bima Devanda Manggala Putra; Afif Kurniawan
Berajah Journal Vol. 3 No. 1 (2023): February
Publisher : Penerbit Lafadz Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47353/bj.v3i1.221

Abstract

Atlet mahasiswa menghadapi tuntutan yang relatif lebih berat dibanding rekan mahasiswa non-atlet, di antaranya latihan, pertandingan, hubungan dengan rekan satu tim, dan sebagainya sehingga berisiko lebih tinggi mengalami permasalahan baik fisik maupun mental. Liga Mahasiswa sebagai kompetisi olahraga antar perguruan tinggi paling bergengsi di Indonesia, masih belum memiliki kebijakan yang berupaya meminimalisasi munculnya permasalahan kesehatan mental yang dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap performa kompetitif atlet mahasiswa. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran life stress sebagai prediktor performance satisfaction pada atlet Liga Mahasiswa. Penelitian menggunakan metode survei cross-sectional dengan total 66 partisipan. Hasil penelitian menunjukkan peran signifikan life stress sebagai prediktor performance satisfaction pada atlet Liga Mahasiswa (F(1, 64) = 8.68, p = 0.004, R2 = 0.119). Kemudian, analisis keseluruhan dimensi life stress diketahui mampu memprediksi performance satisfaction secara signifikan (F(8, 57) = 2.59, p = 0.017, R2 = 0.267). Namun apabila ditinjau dari masing-masing dimensi life stress, terlihat bahwa tidak ada satu pun dimensi yang berperan signifikan dalam memprediksi performance satisfaction.
HUBUNGAN ANTARA AUTONOMY-SUPPORTIVE COACHING STYLE DENGAN ATHLETE ENGAGEMENT PADA ATLET MUDA SEPAK BOLA Anastasia Syahidah; Afif Kurniawan
Berajah Journal Vol. 3 No. 2 (2023): May
Publisher : Penerbit Lafadz Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47353/bj.v3i2.226

Abstract

Engagement merupakan salah satu permasalahan yang kerap muncul pada atlet muda, tak terkecuali pada cabang olahraga sepak bola. Transisi dari tingkat junior ke senior dianggap sebagai yang paling menuntut dan sulit dalam lintasan menuju level elit (profesional) dalam olahraga. Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi engagement seorang atlet, yaitu kurangnya enjoyment, persepsi kompetensi, tekanan sosial, termasuk faktor pelatih. Penelitian ini menguji hubungan antara autonomy-supportive coaching style dengan athlete engagement pada atlet muda. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survei yang diikuti oleh 72 responden yang merupakan pemain sepak bola aktif usia 12 – 18 tahun, laki-laki, dan tergabung dalam klub/akademi/SSB. Penelitian ini menggunakan analisis korelasi. Diperoleh hasil yaitu (r=.774, CI95=[0.660, 0.853], nilai p<.001). Autonomy-supportive coaching style terbukti berhubungan secara positif dengan athlete engagement. Penelitian selanjutnya diharapkan mengkaji lebih lanjut mengenai peran autonomy-supportive coaching style terhadap athlete engagement pada atlet muda secara spesifik dan pelatih juga diharapkan dapat menerapkan gaya kepelatihan sesuai kebutuhan atletnya.
Efektivitas Pelatihan Manajemen Stress Untuk Menurunkan Stress Siswa Baru Di Sekolah Ikatan Dinas X Syaiful Anwar Prasetyo; Nurul Hartini; Afif Kurniawan
Jurnal Diversita Vol. 9 No. 1 (2023): JURNAL DIVERSITA JUNI
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/diversita.v9i1.8941

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas pelatihan manajemen stress untuk menurunkan stress pada siswa baru di sekolah kedinasan X. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain yang berbentuk non-randomized pretest-posttest control group design. Subjek penelitian adalah Siswa baru sebanyak 109 orang yang dibagi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrument penelitian yang digunakan adalah skala stress pada Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) untuk mengukur tingkat stress subjek. Berdasarkan hasil pengujian data, diketahui bahwa terdapat perbedaan skor stress antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Hasil nilai N Gain pada uji hipotesis kedua kelompok kelompok memperoleh nilai sig. 0,002<0,05 artinya pelatihan manajemen stress mampu menurunkan stress siswa baru secara signifikan. Pelatihan manajemen stress bermanfaat menambah pengetahuan siswa baru tentang stress dan bagaimana mengidentifikasi stressor serta mendapatkan keterampilan manajemen stress sehingga mampu mengelola stress dengan baik selama melaksanakan pendidikan di sekolah kedinasan X.
Efektifitas Terapi Kelompok Cognitive Behaviour Therapy untuk Menurunkan Kecemasan Sosial pada Dewasa Gagap Erizza Farizan Adani; Afif Kurniawan
Humanitas (Jurnal Psikologi) Vol 7 No 1 (2023)
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28932/humanitas.v7i1.5613

Abstract

Adults seeking treatment for stuttering presented a comorbid diagnosis of social anxiety. The development of social anxiety may be related to negative conditioning experiences from an early age regarding people’s responses when reacting to stuttering such as confusion, interrupting, mocking, distancing, or ignoring stuttering speech. Repeated exposure to negative social reactions causes people who stutter to form beliefs that negative evaluations will occur in all social situations. The high level of social anxiety is more concerning given the data showing that increased anxiety can increase the frequency of stuttering. The purpose of group therapy with Cognitive Behavior Therapy is to reduce social anxiety and negative thoughts related to social anxiety in stuttering adults. The method used is a quantitative method supported by qualitative data from interviews. The results showed a decrease in social anxiety and negative thoughts in the group’s average score after undergoing therapy. In addition, there were changes in behavior, thoughts, and feelings after the session as evidenced from the follow-up interview a month after the end of therapy.
Psychological Dynamics of Individuals Who Have Comorbid Avoidant Personality Disorder with Dysthymia Balqis Shabrina; Afif Kurniawan
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 12, No 1 (2024): Volume 12, Issue 1, Maret 2024
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v12i1.13872

Abstract

Avoidant Personality Disorder is a pervasive pattern of social inhibition, feelings of inadequacy, and hypersensitivity to negative evaluation that begins by early adulthood and is present in a variety of contexts. The average prevalence of avoidant personality disorder is 3.3%. Avoidant personality disorder is one of the personality disorders most often associated with depression, which appears more often in people with dysthymic disorder. The aim of this research is to describe the psychological dynamics of MRP through a series of psychological assessments. This research uses qualitative methods with case study techniques. The participant of this research was MRP who was a 24 years old unemployed man.  The series of assessments carried out were structured interviews and psychological tests (WB, graphic tests, SSCT, and TAT). The results of this study indicate that MRP has avoidant personality disorder and dysthymic disorder based on DSM-IV-TR. MRP finds it difficult to convey what he thinks because he fear of criticism and rejection from others, so MRP cannot interact with anyone unless his family asks him. This confirms MRP's thoughts that no one cares about him, he is increasingly insecure and worthless, and feels hopeless about his future. Therefore, MRP feels empty in his daily life and only keeps himself busy by walking in the morning, playing games at the internet cafe, and not doing anything at home.Gangguan kepribadian menghindar adalah pola pervasif pada terhambatnya sosial, perasaan tidak mampu, dan hipersensitif terhadap penilaian negatif yang diawali sejak masa dewasa awal serta muncul diberbagai konteks. Rata-rata prevalensi dari gangguan kepribadian menghindar sebesar 3,3%. Gangguan kepribadian menghindar merupakan salah satu gangguan kepribadian yang paling sering dikaitkan dengan depresi, terutama pada orang dengan gangguan distimia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dinamika psikologis MRP melalui serangkaian asesmen psikologi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik studi kasus. Partisipan yang mengikuti penelitian ini berjumlah satu orang yaitu MRP yang merupakan seorang laki-laki berusia 24 tahun dan tidak memiliki pekerjaan. Rangkaian asesmen yang dilakukan meliputi wawancara terstruktur dan tes psikologi (WB, tes grafis, SSCT, dan TAT). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa MRP mengalami gangguan kepribadian menghindar dan gangguan distimia berdasarkan DSM-IV-TR. MRP merasa kesulitan dalam menyampaikan apa yang dipikirkannya karena takut akan penilaian negatif dan penolakan dari lingkungan sehingga MRP tidak bisa berinteraksi dengan siapapun kecuali jika keluarganya bertanya kepada dirinya. Hal tersebut menguatkan pemikiran MRP bahwa tidak ada siapapun yang peduli dengan dirinya, semakin tidak percaya diri dan tidak berharga, serta merasa putus asa akan masa depannya. Oleh karena itu, MRP merasa kosong dalam kesehariannya dan hanya menyibukkan dirinya dengan berjalan pagi, bermain game di warnet, dan tidak melakukan apa-apa di rumah.
Quality of Friendship on Identity Formation in Adolescents in Surabaya Theodora Carelina Khristi; Afif Kurniawan
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 12, No 1 (2024): Volume 12, Issue 1, Maret 2024
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v12i1.12827

Abstract

Adolescence is a transition period from childhood to adulthood that has a developmental task to shape their identity. Adolescence is a time when individuals spend more time with friends, interact more with peers and do many activities together with peers. The purpose of this study is to look at the relationship between the quality of friendship and the dimension of identity formation in adolescents. This research is a quantitative survey with the criteria for teenage respondents domiciled in Surabaya aged 12-21 years (N=489) as well as the provisions that have been set by the research in accordance with the research objectives. Data was obtained using open questionnaires related to demographic data and closed questionnaires with friendship quality scale (Friendship Quality Scale) and identity dimension scale (Utrecht-Management of Identity Commitmens Scale). The contained data was analyzed using the Spearman Non Parametic relationship test. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between the quality of friendship and the commitment dimension (r=0,496 and p=0.001) and the depth exploration dimension (r=0,427 and p=0.001) but there was no significant relationship with the commitment review dimension (r=-0,049 and p=0,275). Commitment is an indicator of an individual's success in achieving identity based on an in-depth exploration process with the role of the quality of friends in the process so that the identity achieved by the individual is in accordance with.Remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak menjadi dewasa yang memiliki tugas perkembangan untuk membentuk identitas dirinya. Masa remaja merupakan masa individu menghabiskan waktu lebih banyak bersama dengan teman-teman, lebih banyak berinteraksi dengan teman sebaya serta melakukan banyak aktivitas bersama dengan teman sebaya. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara kualitas pertemanan dan dimensi pembentukan identitas pada remaja. Penelitian ini bersifat kuantitatif survei dengan kriteria responden remaja berdomisili di Surabaya berusia 12-21 tahun (N=489) serta ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan angket terbuka terkait dengan data demografis dan angket tertutup dengan skala kualitas pertemanan (Friendship Quality Scale) dan skala dimensi identitas (Utrecht-Management of Identity Commitmens Scale). Data yang tertampung dianalisis dengan menggunakan uji hubungan Non Parametik Spearman. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pertemanan dengan dimensi komitmen (r=0,496 dan p=0,001) dan dimensi eksplorasi mendalam (r=0,427 dan p=0,001) namun tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan dimensi peninjauan kembali komitmen (r=-0,049 dan p=0,275). Komitmen merupakan indikator keberhasilan individu mencapai identitas berdasarkan proses eksplorasi mendalam dengan peran kualitas perteman dalam proses proses tersebut sehingga identitas yang dicapai oleh individu sesuai dengan dirinya.