Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

IDENTIFIKASI POTENSI NILAI EKONOMI HASIL HUTAN BUKAN KAYU DI UPT KPH BULUSARAUNG (Studi Kasus Resort Kabupaten Pangkep) Aisyah putri Putri; Andi Nur Imran; Nirawati Nirawati; Andi Khairil A.Samsu
Jurnal Eboni Vol 3 No 2 (2021): November
Publisher : Program Studi Kehutanan Universitas Muslim Maros

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.354 KB)

Abstract

Types of non-timber forest products found in UPT KPH Bulusaraung case study in Pangkep Regency is bamboo, pine resin, candlenut, honey and sugar palm. The purpose of this study was to determine the types of non-timber forest products at UPT KPH Bulusaraung (a case study of Pangkep Regency resort), and to analyze the potential economic value of non-timber forest products at UPT KPH Bulusaraung (a case study of Pangkep Regency resort). The method used is the purposive sampling technique in the form of a 20 m x 20 m plot with the object of observation of non-timber forest product types, and the interview was conducted using a questionnaire method. The types of non-timber forest products found in the UPT KPH Bulusaraung area (a case study of Pangkep Regency resort) are bamboo, pine resin, candlenut, honey, and palm sugar and The 2 economic value of timber forest products found located in the UPT KPH Bulusaraung area (a case study of Pangkep Regency resort), the highest potential economic value is found in pine resin NTFPs (Monotropahypopitys) which are produced per year amounting to Rp. 147,420,000,000 with a presentation value of 98.59% and the lowest potential economic value is found in the lowest NTFP type (Arenga pinnata (WURMB) MERR)) which is produced annually at Rp. 45,000,050 from the calculation of Potential Economic Value (PE) with a presentation of 0.03%. Keywords: Potentian, Economic Value, Non-timber Forest Product
KARAKTERISTIK MORFOLOGI TEGAKAN AREN GENJAH (Arenga pinnata ( Wurmb) Merr.) DI DESA TAMEMONGGA, KECAMATAN TOMMO, KABUPATEN MAMUJU, SULAWESI BARAT. GUNAWAN M GUNAWAN; Muliana Djafar; Nirawati Nirawati
Jurnal Eboni Vol 3 No 2 (2021): November
Publisher : Program Studi Kehutanan Universitas Muslim Maros

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT Gunawan M, Morphological Characteristics of Early Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) stands in Tamemongga Village, Tommo District, Mamuju Regency, West Sulawesi, supervised by Muliana Djafar and Nirawati. This research was conducted in Tamemongga Village, Tommo District, Mamuju Regency, Sulawesi. This location was chosen with the consideration that there is still a lack of research on the morphological characteristics of early maturing sugar palm stands. The observation method used is the observation method with the location selected by purposive sampling. Observations were made on the sugar palm population in Tamemongga Village, Tommo District, Mamuju Regency, West Sulawesi. Parameters observed were morphological characters which included vegetative and generative characters. The results showed that almost all vegetative characters had various coefficients of diversity, and generative morphological characteristics for all parameters had low diversity. Keywords: Palm sugar early, vegetative, Generative Diversity.
EKSPLORASI JENIS BAMBU (BAMBUSA, SP) BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI di KABUPATEN MAROS Sar Mila; Nirawati Nirawati
Jurnal Eboni Vol 4 No 1 (2022): Juli
Publisher : Program Studi Kehutanan Universitas Muslim Maros

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46918/eboni.v4i1.1490

Abstract

ABSTRAK Sesuai dengan data diatas, Bambu merupakan sumber daya yang sangat melimpah dan memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi, tapi pada kenyataannya adalah tidak semua jenis bambu yang dikenal oleh masyarakat dengan baik (Elizabeth 2004). Tanaman bambu belum teridentifikasi secara jelas di Kabupaten Maros, dari hal tersebut dilakukan penelitian mengenai Identifikasi morfologi khususnya di Kecamatan Simbang dan Kecamatan Tanralili. Metode yang digunakan adalah teknik purposive sampling, yaitu teknik yang dilakukan secara acak dengan mengidentifikasi karakteristik morfologi yang telah ditentukan, meliputi tipe akar, warna rebung, permukaan rebung, jumlah buluh /rumpun, model percabangan, tipe dan warna pelepah buluh.Hasil penelitian diperoleh 7 jenis bambu yang tersebar di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Simbang terdapat 4 jenis dan Kecamatan Tanralili terdapat 5 jenis bambu. Jenis bambu yang tumbuh di Kecamatan Simbang ada 4 jenisJenis bambu yang tumbuh di Kecamatan Simbang ada 4 jenis yaitu Bambusa vulgaris var. striata, Bambu biumeana/ Bambu Ori, Bambusa bambos (L.) voss. dan Gigantochloa Atter) (Hassk). Kurz dan Kecamatan Tanralili terdapat 6 jenis bambu yaitu Bambusa sp, Bambusa vulgaris var. striata, Bambu biumeana/ Bambu Ori, Bambusa bambos (L.) voss., Gigantochloa Atter) (Hassk) Kurz dan Schizostachyum jaculans Holttum. Kata Kunci : Bambu, Morfologi, Identifikasi, Karakteristik
Isolasi dan Identifikasi Bakteri Pelarut Fosfat dari Rhizosfer Tanaman Aren (Arenga Pinnata (Wurb)Merr) syarwani Wani; Siti Aisyah; Hadija S; Nirawati N
Jurnal Eboni Vol 4 No 2 (2022): November
Publisher : Program Studi Kehutanan Universitas Muslim Maros

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46918/eboni.v4i2.1496

Abstract

Unsur hara fosfat kedua setelah nitrogen dan unsur hara makro yang penting bagi pertumbuhan serta perkembangan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi jumlah dan keragaman bakteri pelarut fosfat dari rhizosfer tanah tanaman aren, serta menguji kemampuannya dalam melarutkan fosfat. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Analisis yang dilakukan menggunakan deskriptif meliputi karakteristik makroskopis dan mikroskopis serta uji indeks bakteri pelarut fosfat (BPF). Nilai indeks pelarutan fosfat diukur dengan membandingkan total diameter koloni dan zona bening holozon diameter koloni pada media Pikovskaya agar. Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah bakteri pelarut fosfat tertinggi diperoleh pada lokasi 2 lapisan 1 dengan nilai 57,5 x 10-8 CFU/ml dan terendah diperoleh lokasi 2 lapisan 2 dengan nilai 40,5 x 10-8 CFU/ml. Hasil karakterisasi secara morfologi menunjukkan hasil yang cukup beragam. Sedangkan uji kemampuan melarutkan fosfat yang tertinggi ditemukan lokasi 2 lapisan 2 dengan nilai indeks 3,75. Dimana memiliki potensi yang cukup tinggi sehingga, dapat diperlukan pengujian lebih lanjut.
Implementation of forest extension methods in improving the knowledge and skills of forest farmers in Maros District: Case study on forestry extension methods in Tompobulu District, Maros Regency Andi Nur Imran; Nirawati; Andi Khairil A. Samsu
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 11 No. 2 (2022)
Publisher : Foresty Faculty of Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (951.445 KB) | DOI: 10.18330/jwallacea.2022.vol11iss2pp89-99

Abstract

The forestry extension method is a service system that helps the community, especially farmers and communities around the forest, in education, knowledge, implementation of techniques, and methods of utilizing and preserving forest resources. The study aimed to determine the forms of forestry extension methods in Tompobulu District and analyze the effect of forestry extension learning methods in increasing the knowledge and skills of forest farmers in Maros District. Data analysis was carried out to analyze forestry extension methods using qualitative descriptive analysis with a Likert scale. While the analysis used to analyze the forestry extension method in improving the knowledge and skills of forest farmers in Tompubulu District is quantitative analysis with t-test. The results of the study stated that the forestry extension methods implemented were 1) direct communication method, 2) method through teaching aids messages, 3) method based on individual approach, 4) method based on group approach, 5) participatory method, and 6) technology-based method, information, and communication (ICT). The effect of forestry extension methods that have a significant effect in increasing the knowledge and skills of forest farmers are direct communication methods, methods based on individual approaches, and participatory methods. At the same time, the methods that do not significantly affect the increase in knowledge and skills of forest farmers are the method through the message of teaching aids, the method based on the group approach, and the method based on technology, information, and communication (ICT)
PENDAMPINGAN KELOMPOK USAHATANI POLA DUSUNG DALAM MENYIKAPI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKSI TANAMAN PALA DI NEGERI MAMALA KECAMATAN LEIHITU KABUPATEN MALUKU TENGAH Jan Willem Hatulesila; Thomas Melianus Silaya; Nirawati Nirawati
BAKIRA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3 No 2 (2022): BAKIRA : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The traditional farming pattern of dusung as a form of agroforestry in the Maluku archipelago, namely Ambon Island, Seram Island and Lease Islands, has taken place and developed simultaneously with the socio-cultural life of the local community as a form of local wisdom. As an effort to increase the production of nutmeg commodities as one of the superior commodities in the local market, the national market and even to the point of being traded in the international market, the efforts to assist farmer groups of dusung patterns need and always from the impact of climate change that occurs so that the cultivation and maintenance of nutmeg crops by dusung farmers will provide good results to increase the income and income of nutmeg farmers themselves. In this mentoring and strengthening activity of nutmeg farming groups, there are also various important inputs as solutions to a number of problems related to farming patterns and various encouragements to farmers to be able to innovate starting from the cultivation, handling and maintenance processes to the utilization of product products in the form of diversification of nutmeg products.
KONTRIBUSI DAN KELAYAKAN USAHA MADU HUTAN DI DESA LABUAJA KECAMATAN CENRANA KABUPATEN MAROS Andi Nur Imran; nirawati nirawati nirawati; muliana djafar
AGROVITAL : Jurnal Ilmu Pertanian Vol 8, No 1 (2023): AGROVITAL VOLUME 8, NOMOR 1, MEI 2023
Publisher : Universitas Al Asyariah Mandar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35329/agrovital.v8i1.3980

Abstract

Potensi hutan yang ada di kecamatan Cenrana cukup besar yang jika diambil hasilnya akan memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat setempat serta memiliki kelayakan untuk diusahakan oleh petani Hutan. Hasil madu hutan, telah menjadi sumber mata pencaharian tambahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dan dari segi usaha cukup layak dikembangkan dimasa akan datang. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui kontribusi usaha madu hutan terhadap pendapatan masyarakat di Desa Labuaja Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros, dan 2) mengetahui kelayakan usaha madu hutan di Desa Labuaja Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros. Lokasi penelitian adalah di wilayah hutan yang memiliki potensi Madu hutan di Desa Labuaja,, Kecamatan  Cenrana kabupaten Maros dengan waktu penelitian elama 3 bulan mulai  bulan Februari sampai dengan April 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani hutan didesa Labuaja yang mengambil lebah madu hutan di Desa Labuaja yang jumlahnya sebanyak 112 orang petani. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah diambil dari populasi petani hutan dengan persentase 20 % dari jumlah populasi atau sekitar 21 orang sampel petani hutan, dengan metode pengambilan sampel secara acak sederhana (Random sampling). Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan kuisioner. Sementara itu metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa kontribusi usaha madu hutan terhadap pendapatan masyarakat di Desa Labuaja adalah 23,74% dengan pendapatan sebesar Rp. 6.899.575/thn. Sedangkan untuk tingkat kelayakan usaha Madu Hutan yang dilakukan oleh Petani hutan adalah layak (feasible) diusahakan dan dikembangkan dimasa akan datang, dengan hasil perhitungan R/C Ratio yaitu 26,5. Atau 26,5 > 1.
Implementasi Konsep Desa Membangun dengan Kearifan Lokal Petani di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Nur Zaman; Ahmad Firman Ashari; Nirawati Nirawati; Hertasning Yatim
JURNAL TRITON Vol 14 No 2 (2023): JURNAL TRITON
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47687/jt.v14i2.458

Abstract

Indek Desa Membangun merupakan indeks gabungan yang dibentuk dari indeks ketahanan ekonomi, sosial dan ekologi desa dengan mengelola sumberdaya yang terdapat dalam desa yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Kearifan lokal merupakan bagian dari masyarakat untuk bertahan hidup sesuai dengan kondisi lingkungan, kebutuhan dan kepercayaan yang telah berakar dan sulit untuk dihilangkan untuk membangun suatu peradaban. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi konsep desa membangun dengan kearifan lokal petani yang masih tetap dilestarikan dan dijaga di Desa Tompobulu dalam melaksanakan pembangunan desa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnografi. Spesifikasi dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling, yakni tokoh-tokoh yang paham dan mengetahui tentang kondisi masyarakat dan lingkungan Desa Tompobulu. Hasil penelitian ini menemukan adanya berbagai kegiatan kearifan lokal yang masih tetap dijaga dan dilestarikan hingga saat ini. Kearifan lokal tersebut yaitu (1) mappadendang yang merupakan acara adat sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan panen yang diperoleh, (2) melestarikan lingkungan dengan menanam pohon bagi yang akan menikah, (3) tradisi ammurang sebagai bentuk gotong royong (bekerja sama), dan (4) acara pernikahan warga wajib dilaksanakan pada hari Jum’at yang dianggap hari yang istimewa dan hari raya bagi umat Islam. Kegiatan mappadendang, melestarikan lingkungan, tradisi ammurang dan menikah pada hari Jum’at merupakan kearifan lokal yang masih terus dijaga dan dilestarikan oleh segenap masyarakat dan pemerintah Desa Tompobulu sampai sekarang sebagai strategi dalam menerapkan konsep Desa Membangun untuk menjaga kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya.
Inovasi Biokompos Zero Waste untuk Pengelolaan Limbah Pertanian Berkelanjutan di Desa Macoa, Kabupaten Maros Nirawati Nirawati; Hadija Hadija; Mirnawati Mirnawati
Bima Abdi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 3 (2024): Bima Abdi: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Yayasan Pendidikan Bima Berilmu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53299/bajpm.v4i3.952

Abstract

Limbah pertanian, seperti jerami padi dan kotoran sapi, sering kali tidak dikelola dengan baik di Desa Macoa, Kabupaten Maros. Jerami padi biasanya dibakar, yang menyebabkan pencemaran udara, sedangkan kotoran sapi dibiarkan menumpuk, berisiko mencemari air dan tanah. Pengabdian masyarakat ini dilakukan untuk membantu masyarakat memahami bagaimana limbah-limbah tersebut dapat diolah menjadi biokompos, yaitu pupuk organik yang ramah lingkungan. Pelatihan ini menggunakan pendekatan zero waste, di mana limbah pertanian diubah menjadi sumber daya yang berguna tanpa meninggalkan sisa yang merugikan lingkungan. Metode yang digunakan dalam pelatihan meliputi ceramah tentang manfaat biokompos dan manajemen pengelolaan limbah, serta bimbingan teknis melalui praktik langsung pembuatan biokompos. Hasil pelatihan menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam keterampilan peserta, dengan 89,07% dari peserta berhasil mempelajari dan mempraktikkan pembuatan biokompos. Selain itu, keinginan masyarakat untuk terlibat dalam pengolahan limbah pertanian meningkat dari 61,78% sebelum pelatihan menjadi 88% setelah pelatihan. Kesimpulannya, program ini berhasil memberikan pengetahuan baru dan keterampilan praktis kepada masyarakat Desa Macoa, yang tidak hanya membantu mengurangi limbah pertanian tetapi juga mendukung pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan.