Untung Merdijanto
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN METODE TELESEISMIC DOUBLE DIFFERENCE UNTUK ANALISIS POLA TEKTONIK DI WILAYAH LAUT MALUKU Tio Azhar Prakoso Setiadi; Supriyanto Rohadi; Untung Merdijanto; Nova Heryandoko
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 17, No 2 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4698.527 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v17i2.526

Abstract

RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI WILAYAH SUMATRA BARAT MENGGUNAKAN METODE MODIFIED JOINT HYPOCENTER DETERMINATION Andy Rachmadan; Supriyanto Rohadi; Untung Merdijanto; Damianus Tri Heryanto
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 17, No 2 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v17i2.527

Abstract

ANALISIS RESPON IONOSFER TERHADAP GERHANA MATAHARI 9 MARET 2016 DARI DATA GPS PALU Bambang Sunardi; Buldan Muslim; Untung Merdijanto; Damianus Tri Heryanto; Joni Efendi; Yoga Andrian
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 17, No 3 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v17i3.328

Abstract

Respon ionosfer terhadap gerhana matahari total 9 Maret 2016 telah diteliti menggunakan data Global Positioning System (GPS) stasiun PALP di Palu. Slant Total Electron Content (STEC) diturunkan dari data jarak kode yang diukur dari satelit GPS dengan PRN 24 pada dua frekuensi yang berbeda. STEC pada tanggal 8 Maret 2016 digunakan sebagai nilai referensi STEC pada kondisi normal atau tidak terpengaruh oleh gerhana matahari. Pengurangan STEC tanggal 9 Maret 2016 saat gerhana terhadap STEC 8 Maret 2016 menunjukkan respon ionosfer terhadap gerhana matahari berupa penurunan STEC sekitar -12 TECU. Selama gerhana matahari terdapat histeresis ionosfer. Laju penurunan STEC saat radiasi matahari berkurang sebelum mencapai gerhana matahari total lebih lambat jika dibandingkan dengan laju kenaikan STEC selama proses kenaikan radiasi matahari dari gerhana matahari total mulai berakhir hingga selesainya gerhana matahari. Setelah gerhana matahari selesai, nilai STEC tidak kembali ke keadaan awal sebelum gerhana matahari terjadi. Hasil penelitian ini mengkorfirmasi hasil penelitian sebelumnya dan melengkapi dengan tambahan adanya histeresis respon ionosfer terhadap gerhana matahari total 9 Maret 2016
ANALISIS RESPON IONOSFER TERHADAP GERHANA MATAHARI 9 MARET 2016 DARI DATA GPS PALU Bambang Sunardi; Buldan Muslim; Untung Merdijanto; Damianus Tri Heryanto; Joni Efendi; Yoga Andrian
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 17 No. 3 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v17i3.328

Abstract

Respon ionosfer terhadap gerhana matahari total 9 Maret 2016 telah diteliti menggunakan data Global Positioning System (GPS) stasiun PALP di Palu. Slant Total Electron Content (STEC) diturunkan dari data jarak kode yang diukur dari satelit GPS dengan PRN 24 pada dua frekuensi yang berbeda. STEC pada tanggal 8 Maret 2016 digunakan sebagai nilai referensi STEC pada kondisi normal atau tidak terpengaruh oleh gerhana matahari. Pengurangan STEC tanggal 9 Maret 2016 saat gerhana terhadap STEC 8 Maret 2016 menunjukkan respon ionosfer terhadap gerhana matahari berupa penurunan STEC sekitar -12 TECU. Selama gerhana matahari terdapat histeresis ionosfer. Laju penurunan STEC saat radiasi matahari berkurang sebelum mencapai gerhana matahari total lebih lambat jika dibandingkan dengan laju kenaikan STEC selama proses kenaikan radiasi matahari dari gerhana matahari total mulai berakhir hingga selesainya gerhana matahari. Setelah gerhana matahari selesai, nilai STEC tidak kembali ke keadaan awal sebelum gerhana matahari terjadi. Hasil penelitian ini mengkorfirmasi hasil penelitian sebelumnya dan melengkapi dengan tambahan adanya histeresis respon ionosfer terhadap gerhana matahari total 9 Maret 2016
RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN METODE TELESEISMIC DOUBLE DIFFERENCE UNTUK ANALISIS POLA TEKTONIK DI WILAYAH LAUT MALUKU Tio Azhar Prakoso Setiadi; Supriyanto Rohadi; Untung Merdijanto; Nova Heryandoko
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 17 No. 2 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v17i2.526

Abstract

Relokasi hiposenter gempabumi penting dilakukan untuk mendapatkan lokasi gempabumi dengan ketelitian yang tinggi, analisa pola tektonik, studi model struktur kecepatan, dan analisis seismisitas untuk studi global maupun studi lokal. Metode relokasi yang digunakan adalah metode teleseismic Double-Difference yang menggunakan model kecepatan seismik 3D. Penelitian ini dilakukan dengan merelokasi gempabumi yang terjadi di sekitar wilayah Laut Maluku. Jumlah gempabumi yang direlokasi adalah sebanyak 7042 dari 8845 gempabumi. Hasil dari relokasi hiposenter menggunakan teleseismic Double-Difference menunjukkan hiposenter yang lebih baik, yaitu gempabumi dengan kedalaman tertentu (fixed depth = 10 km) telah terelokasi dan distribusi hiposenter yang didapat menunjukkan pola penunjaman yang berasosiasi dengan zona subduksi di wilayah Laut Maluku. Earthquake relocation is important to be applied for obtaining high resolution of earthquake location, analyzing tectonic setting, studying velocity structure model, and anlyzing global and local studies of seismicity. One of the relocation methods was teleseismic Double-Difference method which use 3D seismic velocity model. This research has been conducted by relocating the earthquake that occurred in the Mollucas Sea. We relocated 7042 of the 8845 earthquakes. Results of the hypocenter relocation using teleseismic Double-Difference show a better hypocenter, so earthquakes with a certain depth (fixed depth = 10km) has been relocated and the distribution of hypocenter relocation may indicate the tectonic phenomenon such as subduction in Mollucas Sea.
RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI WILAYAH SUMATRA BARAT MENGGUNAKAN METODE MODIFIED JOINT HYPOCENTER DETERMINATION Andy Rachmadan; Supriyanto Rohadi; Untung Merdijanto; Damianus Tri Heryanto
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 17 No. 2 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v17i2.527

Abstract

Lokasi hiposenter yang akurat diperlukan untuk analisis struktur tektonik secara detail, seperti identifikasi pola bidang patahan, pola zona subduksi, identifikasi batas lempeng, dan lain-lain. Sementara dalam sistem peringatan dini yang berkembang saat ini, yang membutuhkan waktu cepat untuk menghasilkan parameter , masih menggunakan model kecepatan satu dimensi yang bersifat global, sehingga parameter yang dihasilkan kurang akurat. Pada penelitian ini digunakan metode MJHD untuk merelokasi wilayah Sumatra Barat dalam rentang tahun 2009-2016. Metode ini menambahkan koreksi stasiun berupa batasan pada kedalaman dan episenter sehingga tetap mampu merelokasi posisi secara akurat walaupun struktur dalam bumi sangat heterogen. Data yang digunakan adalah data arrival time dari katalog BMKG dengan rentang tahun 2009-2016. Hasil relokasi menunjukkan adanya perubahan lokasi hiposenter yang lebih akurat. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai Root Mean Square (RMS) yang kecil dan adanya keterkaitan hasil relokasi dengan kondisi tektonik di wilayah penelitian seperti pola penunjaman, dan aktivitas di wilayah sesar Sumatera. An accurate hypocenter location is required for the analysis of tectonic structure in detail, such as the identification of the fault plane pattern, the pattern of subduction zones, identification plate boundaries, and etc. While the earthquake early warning system that is developing at this time, which requires a quick time to release the parameters of the earthquake, is still using a global one-dimensional velocity model which makes the result is less accurate. The method used in this study is MJHD to relocate all the earthquake appeared on Sumatra Barat in 2009-2016. This method adds a correction station in the form of limitation on the depth and the epicenter so that it remains capable to relocate earthquakes position accurately even if the structure of the earth is very heterogeneous. The data used is the arrival time data from the BMKG catalog (2009-2016). The result indicates a more accurate change on the hypocenter location. This can be proven by small RMS value and the association between the relocation results and the tectonic conditions in the study areas such asthe patterns of subduction, and the activity in the area of the Sumatran fault.