Ahmad Bey
Institut Pertanian Bogor (IPB)

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

SIMULASI KESEIMBANGAN ENERGI PERMUKAAN DI JAKARTA DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN MODEL NUMERIK MM5 Yopi Ilhamsyah; Kurnia Endah Komalasari; Rima Novianti; Ahmad Bey; Rahmat Hidayat
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 16, No 2 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v16i2.271

Abstract

Studi simulasi keseimbangan energi permukaan di Jakarta dan daerah sekitarnya menggunakan model numerik Fifth-Generation Penn State/NCAR Mesoscale Model (MM5) telah dilakukan. Empat domain dengan resolusi spasial 9 km yang menggambarkan daerah Jakarta dan sekitarnya disimulasikan selama 5 hari pada tanggal 04-08 Agustus 2004 untuk memperoleh hubungan radiasi dan keseimbangan energi di wilayah tersebut. Hasil menunjukkan bahwa keseimbangan energi lebih tinggi pada siang hari terjadi di perkotaan dibandingkan daerah lainnya. Sementara itu, komponen energi seperti fluks bahang terindera dan laten di permukaan masing-masing menunjukkan bahwa wilayah laut dan perkotaan lebih tinggi daripada daerah lainnya. Sebaliknya, fluks bahang tanah menunjukkan daerah rural di bagian timur Jakarta lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya. Secara umum, keseimbangan radiasi dan energi pada siang hari lebih tinggi daripada malam hari di seluruh daerah. Rasio Bowen di wilayah kota yang mencerminkan kawasan bangunan dan perkotaan lebih tinggi daripada di daerah rural yang didominasi oleh lahan pertanian beririgasi. Hal ini sesuai dengan perubahan sifat fisik tutupan lahan seperti albedo, kelembaban tanah dan karakteristik bahang. A study of surface energy balance simulation in Jakarta and surrounding areas by using Fifth-Generation Penn State/NCAR Mesoscale Model (MM5) numerical model was done. Four domains that presented the outermost and the innermost of Jakarta and surrounding areas were utilized. All domains have spatial resolutions of 9 km. The model was simulated for 5 days on August 4-8, 2004. The relation of radiation and energy balance at the surface was derived from the model output. The result showed that the energy balance was higher in the city during the daytime. Meanwhile, the energy component, i.e., surface sensible and latent heat flux showed that sea and city were higher than others, respectively. Moreover, ground flux showed the eastern rural area was higher than others. In general, radiation and energy balance was higher during daytime and lower in the nighttime for all areas. The calculation of the Bowen ratio was also higher in the city that reflected the urban and built-upland. Meanwhile, the Bowen ratio in the rural area dominated by irrigated cropland was lower than the city. It is consistent with changes in land cover properties, i.e., albedo, soil moisture, and thermal characteristics.
ESTIMASI KETINGGIAN PLANETARY BOUNDARY LAYER INDONESIA MENGGUNAKAN DATA ECMWF REANALYSIS ERA-INTERM Vivi Fitriani; Ahmad Bey; Tania June
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 18, No 1 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v18i1.283

Abstract

Planetary Boundary Layer (PBL) merupakan bagian dari troposfer yang mendapat pengaruh secara langsung dari permukaan bumi, yang memiliki peranan penting dalam iklim, cuaca dan kualitas udara. PBL dikenal sangat sulit untuk diobservasi dari luar angkasa dikarenakan strukturnya yang sangat kompleks dan berubah-ubah. Salah satu properties yang paling relevan dan fundamental untuk diselidiki adalah ketinggian PBL. Ketinggian PBL dihitung menggunakan tujuh metode berbasis gradien dari kelembaban relatif (RH), temperatur virtual (Tv), temperatur potensial ( ), temperatur potensial virtual ( ), kelembaban spesifik (q), refraktiviti atmosfer (N), dan Kecepatan angin (V) yang diperoleh dari data ECMWF Reanalisis Era Interm selama enam bulan di wilayah 100LU–100LS, 900BT –1500BT dengan resolusi spasial 2.50 x 2.50. Beberapa metode menunjukkan hasil yang indentik untuk ketinggian PBL pada waktu dan tempat tertentu. Metode gradien  dan V konsisten memberikan ketinggian PBL yang tinggi, sementara metode q dan N menghasilkan ketinggian PBL terendah signifikan. Tingginya variasi bulanan dan harian umumnya ditemukan diseluruh wilayah daratan, sedangkan wilayah lautan relatif konstan. Beberapa sumber dari kedua parametrik dan struktur ketidakpastian dari nilai ketinggian PBL diestimasi secara statistik menggunakan lima uji statistik, yaitu uji Student’s t, Uji F, Uji Kormogoorv Sminorv, Uji Korelasi Pearson, dan Uji Korelasi NonParametrik Spearman. Ditemukan adanya perbedaan yang signifikan secara statistik antara ketujuh metode. Rata-rata median ketinggian PBL berbeda ratusan hingga ribuan meter untuk kebanyakan metode yang dibandingkan. Estimasi ketinggian PBL di Indonesia menggunakan metode RH berada di ketinggian 2000 m-4000m pada siang hari dan pada malam hari berada di bawah 2500  m.
SIMULASI KESEIMBANGAN ENERGI PERMUKAAN DI JAKARTA DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN MODEL NUMERIK MM5 Yopi Ilhamsyah; Kurnia Endah Komalasari; Rima Novianti; Ahmad Bey; Rahmat Hidayat
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 16 No. 2 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v16i2.271

Abstract

Studi simulasi keseimbangan energi permukaan di Jakarta dan daerah sekitarnya menggunakan model numerik Fifth-Generation Penn State/NCAR Mesoscale Model (MM5) telah dilakukan. Empat domain dengan resolusi spasial 9 km yang menggambarkan daerah Jakarta dan sekitarnya disimulasikan selama 5 hari pada tanggal 04-08 Agustus 2004 untuk memperoleh hubungan radiasi dan keseimbangan energi di wilayah tersebut. Hasil menunjukkan bahwa keseimbangan energi lebih tinggi pada siang hari terjadi di perkotaan dibandingkan daerah lainnya. Sementara itu, komponen energi seperti fluks bahang terindera dan laten di permukaan masing-masing menunjukkan bahwa wilayah laut dan perkotaan lebih tinggi daripada daerah lainnya. Sebaliknya, fluks bahang tanah menunjukkan daerah rural di bagian timur Jakarta lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya. Secara umum, keseimbangan radiasi dan energi pada siang hari lebih tinggi daripada malam hari di seluruh daerah. Rasio Bowen di wilayah kota yang mencerminkan kawasan bangunan dan perkotaan lebih tinggi daripada di daerah rural yang didominasi oleh lahan pertanian beririgasi. Hal ini sesuai dengan perubahan sifat fisik tutupan lahan seperti albedo, kelembaban tanah dan karakteristik bahang. A study of surface energy balance simulation in Jakarta and surrounding areas by using Fifth-Generation Penn State/NCAR Mesoscale Model (MM5) numerical model was done. Four domains that presented the outermost and the innermost of Jakarta and surrounding areas were utilized. All domains have spatial resolutions of 9 km. The model was simulated for 5 days on August 4-8, 2004. The relation of radiation and energy balance at the surface was derived from the model output. The result showed that the energy balance was higher in the city during the daytime. Meanwhile, the energy component, i.e., surface sensible and latent heat flux showed that sea and city were higher than others, respectively. Moreover, ground flux showed the eastern rural area was higher than others. In general, radiation and energy balance was higher during daytime and lower in the nighttime for all areas. The calculation of the Bowen ratio was also higher in the city that reflected the urban and built-upland. Meanwhile, the Bowen ratio in the rural area dominated by irrigated cropland was lower than the city. It is consistent with changes in land cover properties, i.e., albedo, soil moisture, and thermal characteristics.
ESTIMASI KETINGGIAN PLANETARY BOUNDARY LAYER INDONESIA MENGGUNAKAN DATA ECMWF REANALYSIS ERA-INTERM Vivi Fitriani; Ahmad Bey; Tania June
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 18 No. 1 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v18i1.283

Abstract

Planetary Boundary Layer (PBL) merupakan bagian dari troposfer yang mendapat pengaruh secara langsung dari permukaan bumi, yang memiliki peranan penting dalam iklim, cuaca dan kualitas udara. PBL dikenal sangat sulit untuk diobservasi dari luar angkasa dikarenakan strukturnya yang sangat kompleks dan berubah-ubah. Salah satu properties yang paling relevan dan fundamental untuk diselidiki adalah ketinggian PBL. Ketinggian PBL dihitung menggunakan tujuh metode berbasis gradien dari kelembaban relatif (RH), temperatur virtual (Tv), temperatur potensial ( ), temperatur potensial virtual ( ), kelembaban spesifik (q), refraktiviti atmosfer (N), dan Kecepatan angin (V) yang diperoleh dari data ECMWF Reanalisis Era Interm selama enam bulan di wilayah 100LU–100LS, 900BT –1500BT dengan resolusi spasial 2.50 x 2.50. Beberapa metode menunjukkan hasil yang indentik untuk ketinggian PBL pada waktu dan tempat tertentu. Metode gradien  dan V konsisten memberikan ketinggian PBL yang tinggi, sementara metode q dan N menghasilkan ketinggian PBL terendah signifikan. Tingginya variasi bulanan dan harian umumnya ditemukan diseluruh wilayah daratan, sedangkan wilayah lautan relatif konstan. Beberapa sumber dari kedua parametrik dan struktur ketidakpastian dari nilai ketinggian PBL diestimasi secara statistik menggunakan lima uji statistik, yaitu uji Student’s t, Uji F, Uji Kormogoorv Sminorv, Uji Korelasi Pearson, dan Uji Korelasi NonParametrik Spearman. Ditemukan adanya perbedaan yang signifikan secara statistik antara ketujuh metode. Rata-rata median ketinggian PBL berbeda ratusan hingga ribuan meter untuk kebanyakan metode yang dibandingkan. Estimasi ketinggian PBL di Indonesia menggunakan metode RH berada di ketinggian 2000 m-4000m pada siang hari dan pada malam hari berada di bawah 2500  m.