Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

ANALISIS SPASIAL FENOMENA URBAN HEAT ISLAND MENGGUNAKAN ALGORITMA LAND SURFACE TEMPERATURE KOTA KENDARI La Ode Alwi; La Gandri; Herlan Hidayat; Eka Rahmatiah Tuwu; Irawati Irawati; Sahindomi Bana; Vivi Fitriani; Lies Indriyani
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 23, No 2 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v23i2.852

Abstract

Konversi terhadap lahan-lahan bervegatasi menjadi lahan-lahan terbangun akibat perkembangan kota dan arus urbanisasi dapat memicu terjadinya fenomena urban heat island di beberapa kota di Indonesia. Berdasarkan data peningkatan jumlah penduduk dan ekspansi ruang terbangun yang tidak terkendali di Kota Kendari, ada dugaan bahwa telah terjadi fenomena urban heat island. Mengidentifikasi serta mengukur karakteristik spasial temporal urban heat island sejak dini akan sangat penting bagi pengambil keputusan untuk merumuskan kebijakan demi mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fenomena urban heat island Kota Kendari perode tahun 2001 dan tahun 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah brightness temperature dengan menggunakan logaritma yang diformulasikan pada alat pengolahan Citra Landsat 7 untuk data tahun 2001 dan Citra Landsat 8 OLI untuk data tahun 2019. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstraksi land surface temperatur menggunakan citra Satelit Landsat-7 tahun 2001 menunjukkan nilai suhu minimum sebesar 19,099 oC dan suhu maksimum sebesar 34,459 oC.  Hasil perhitungan urban heat island treshold sebesar  25,95 0C. Sehingga dengan menentukkan urban heat island index disimpulkan bahwa pada tahun 2001 wilayah Kota Kendari telah mengalami fenomena Urban Heat Island dengan wilayah paparan sebesar 1,021% dari total luas wilayah. Sedangkan pada tahun 2019, ekstraksi land surface temperatur menggunakan citra Satelit Landsat-8 OLI, menunjukkan nilai suhu minimum sebesar 14,27 0C dan suhu udara maksimum sebesar 35, 426 0C. Hasil perhitungan urban heat island treshold sebesar 24,6 0C. Dengan menentukkan urban heat island index disimpulkan bahwa pada tahun 2019 telah terjadi peningkatan fenomena urban heat island dengan wilayah paparan yang lebih luas yakni 18,92% dari luas wilayah.
ESTIMASI KETINGGIAN PLANETARY BOUNDARY LAYER INDONESIA MENGGUNAKAN DATA ECMWF REANALYSIS ERA-INTERM Vivi Fitriani; Ahmad Bey; Tania June
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 18, No 1 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v18i1.283

Abstract

Planetary Boundary Layer (PBL) merupakan bagian dari troposfer yang mendapat pengaruh secara langsung dari permukaan bumi, yang memiliki peranan penting dalam iklim, cuaca dan kualitas udara. PBL dikenal sangat sulit untuk diobservasi dari luar angkasa dikarenakan strukturnya yang sangat kompleks dan berubah-ubah. Salah satu properties yang paling relevan dan fundamental untuk diselidiki adalah ketinggian PBL. Ketinggian PBL dihitung menggunakan tujuh metode berbasis gradien dari kelembaban relatif (RH), temperatur virtual (Tv), temperatur potensial ( ), temperatur potensial virtual ( ), kelembaban spesifik (q), refraktiviti atmosfer (N), dan Kecepatan angin (V) yang diperoleh dari data ECMWF Reanalisis Era Interm selama enam bulan di wilayah 100LU–100LS, 900BT –1500BT dengan resolusi spasial 2.50 x 2.50. Beberapa metode menunjukkan hasil yang indentik untuk ketinggian PBL pada waktu dan tempat tertentu. Metode gradien  dan V konsisten memberikan ketinggian PBL yang tinggi, sementara metode q dan N menghasilkan ketinggian PBL terendah signifikan. Tingginya variasi bulanan dan harian umumnya ditemukan diseluruh wilayah daratan, sedangkan wilayah lautan relatif konstan. Beberapa sumber dari kedua parametrik dan struktur ketidakpastian dari nilai ketinggian PBL diestimasi secara statistik menggunakan lima uji statistik, yaitu uji Student’s t, Uji F, Uji Kormogoorv Sminorv, Uji Korelasi Pearson, dan Uji Korelasi NonParametrik Spearman. Ditemukan adanya perbedaan yang signifikan secara statistik antara ketujuh metode. Rata-rata median ketinggian PBL berbeda ratusan hingga ribuan meter untuk kebanyakan metode yang dibandingkan. Estimasi ketinggian PBL di Indonesia menggunakan metode RH berada di ketinggian 2000 m-4000m pada siang hari dan pada malam hari berada di bawah 2500  m.
PELATIHAN KONSERVASI AIR TANAH PADA KAWASAN TERBANGUN DI DAS WANGGU KOTA KENDARI SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN BANJIR La Ode Alwi; Abdul Gafaruddin; La Gandri; Lies Indriyani; Sahindomi Bana; Vivi Fitriani
Jurnal Pengabdian NUSANTARA Vol 2, No 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jpnus.v2i1.26291

Abstract

Kendari City is part of the Wanggu watershed, which is one of the cities that still has problems related to waterlogging and flooding. Based on historical data in the last 10 years, Kendari City is an area that floods occurs almost every year. Therefore, to deal with problems in the Wanggu watershed, especially in Kendari City, it is necessary to apply water conservation technology by applying biopore infiltration holes. The purpose of this community dedication is to conduct water conservation education for flood prevention to youth groups and the community through environmental care Action. The method used in groundwater conservation activities is a participatory approach through a pilot unit involving the youth group and the local community. This activity has succeeded in making biopori infiltration holes which are applied to places that are flooded when it rains. The making and installation of biopore infiltration holes was carried out to 15 points of standing water as a pilot. the performance of the installed biopori goes well and functions as it should. This process has been monitored at the stage of monitoring and evaluation activities during the process and after the implementation of the activities.
PENINGKATAN PENGETAHUAN MASYARAKAT MELALUI EDUKASI TENTANG APLIKASI AGROFORESTRI UNTUK MENDUKUNG SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DESA LAKAMBARA KAB. KONAWE SELATAN Vivi Fitriani; Kahirun Kahirun; La Baco Sudia; La Ode Midi
Anoa : Jurnal Pengabdian Masyarakat Sosial, Politik, Budaya, Hukum, Ekonomi Vol 3, No 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52423/anoa.v3i2.29285

Abstract

The management of agricultural land that is still conventional and the lack of information related to land management has caused the condition of several agricultural lands in Lambakara Village to be quite concerning. The condition of Lambakara Village which is directly adjacent to the village with hilly topography and steep slopes can cause Lambakara Village to be prone to landslides and flooding. In addition, the quality and quantity of soil can decrease as a result of long-term agricultural management. One alternative to overcome the problems faced by Lambakara Village is the application of the Agroforestry system. the purpose of this service is to provide knowledge and learning to farmers as an effort to increase public knowledge about agroforestry applications. The initial stage was carried out in the form of a location survey stage to find out which community lands could be used and have the potential to implement the Agroforestry system. The socialization stage was in the form of interviews and coordination with village officials, related stakeholders, and the community in introducing the Agroforestry system as an effort to conserve agricultural land to support sustainable agriculture. The implementation stage is in the form of public education regarding the Agroforestry system and direct planting of forestry plants on community agricultural land. All stages of community service activities in Lambakara Village were carried out well. The involvement of village officials and the local community is the main indicator of achieving the target of this activity. As many as 300 nutmeg seedlings were successfully planted on the community's agricultural land
ANALISIS HUBUNGAN LAND SURFACE TEMPERATURE (LST) DAN INDEKS KERAPATAN VEGETASI (NDVI) DAS WANGGU, SULAWESI TENGGARA Vivi Fitriani; La Gandri; Lies Indriyani; Sahindomi Bana; La De Ahmaliun
JURNAL ILMU-ILMU KEHUTANAN Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/jiik.7.1.49-57

Abstract

LST and NDVI analysis in Das Wanggu utilizes Landsat 9 satellite remote sensing. LST calculations usde thermal band 10 and NDVI used Red band (Band 4) and InfraRed Band (Band 5). There are 5 LST classes, 17.25 oC -19.66 oC with an area of 908.16 Ha, 19.66 0C-22.08 oC covering 6973.71 Ha, 22.08 oC -24.49 oC covering 21748.26 Ha, 24.49 oC -26.90 oC covering an area of 4235.37 Ha, and 26.90 oC -29.31 oC with a wide coverage of 81.18 Ha, while NDVI values obtained 3 classes namely NDVI <0.2 of 1783.643 Ha, NDVI with a range of 0.2 – 0.5 covering an area of 28617.74 Ha, and areas with NDVI > 0.5 covering an area of 3544.87 Ha. The amount of LST is highly dependent on the type of land cover and land use. NDVI indicates the presence of vegetation in the study area. A negative relationship was found between LST and NDVI in Das Wanggu with a Correlation Coefficient of -0.179.
Penguatan Organisasi Kelompok Remaja Peduli Lingkungan Sekitar Kawasan Hutan Nur Arafah; Umar Ode Hasani; Sahindomi Bana; Lade Ahmaliun; La Gandri; La Baco Sudia; Kahirun Kahirun; Vivi Fitriani; Lies Indriyani
GERVASI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 7, No 1 (2023): GERVASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/gervasi.v7i1.4887

Abstract

Kaderisasi kelompok remaja dipandang perlu untuk meningkatkan kesadaran cinta alam dan tanggung jawab dalam menjaga kelestarian lingkungan di Suaka Margasatwa Tanjung Peropa. Tujuan kegiatan penguatan organisasi kelompok remaja adalah untuk membentuk dan menguatkan kelompok remaja peduli lingkungan. Kegiatan dilaksanakan di Desa Laonti dan Desa Puundirangga, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan yang berbatasan langsung dengan Suaka Margasatwa Tanjung Peropa. Metode yang digunakan pada kegiatan adalah pendekatan partisipatif dan melibatkan semua remaja di dua Desa. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa penguatan kelompok remaja peduli lingkungan terdiri dari lima kegiatan yang terintegrasi yaitu orientasi masalah lapangan, sosialisasi peran kelompok peduli lingkungan di instansi pendidikan, pembentukan dan penguatan kelompok peduli lingkungan, sosialisasi penguatan organisasi kelompok peduli lingkungan dan pelatihan konservasi melalui aksi peduli lingkungan. Program penguatan kelompok organisasi peduli lingkungan terlaksana dengan baik dan memberikan dampak positif berupa terbentuknya kelompok remaja peduli lingkungan di Desa Puundirangga dan Desa Laonti masing-masing empat kelompok remaja peduli lingkungan yang terdiri dari 4-5 orang/kelompok.
Evaluation of the suitability of a sugarcane plant in mount argopura's volcanic land using a geographic information system Basuki Basuki; Marga Mandala; Cahyoadi Bowo; Vivi Fitriani
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem Vol 10 No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan & Agroindustri (Fatepa) Universitas Mataram dan Perhimpunan Teknik Pertanian (PERTETA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2779.083 KB) | DOI: 10.29303/jrpb.v10i1.315

Abstract

Pemerintah Indonesia mencanangkan swasembada gula nasional sejak tahun 2015. Di sisi lain luas areal lahan pertanian di Jawa terutama Jawa Timur semakin menurun, sedangkan konsumsi gula nasional meningkat 1,51% per tahun. Peningkatan konsumsi tidak diimbangi dengan peningkatan produksi tebu di lahan, rata-rata produksi tebu di lahan di bawah 60 ton/ha menurun 50% dari 15 tahun terakhir. Tujuan dari penelitian adalah mengevaluasi kesesuaian lahan aktual dan potensial dengan sistem informasi geografis (SIG) guna meningkatkan produktivitas tanaman tebu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2021 di Kecamatan Sumberbaru Kabupaten Jember. Metode penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan masalah adalah metode deskriptif eksploratif dengan me-matching-kan data karakteristik tanah dan lingkungan dengan deskripsi lingkungan tumbuh ideal bagi tanaman tebu yang dilanjutkan dengan pemetaan spasial menggunakan analisis SIG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kecamatan Sumberbaru Kabupaten Jember berdasarkan matching dan analisis spasial dengan SIG didapatkan luas kelas kesesuaian lahan aktual kelas tidak sesuai (N) seluas 7224,97 ha (46,38%), sesuai marginal (S3) seluas 5226,31 ha (33,55%), cukup sesuai (S2) seluas 3124,89 ha (20,06%). Kesesuaian lahan potensial untuk tanaman tebu kelas tidak sesuai (N) dengan luas sebesar 7224,97 ha (46,38%), kelas sesuai marginal (S3) luas 5226,31 ha (33,55%), dan kelas sesuai (S1) luas 3124,89 ha (20,06%). Desa yang potensial untuk pengembangan tanaman tebu kelas S1 di Kecamatan Sumberbaru meliputi Desa Jamintoro, Desa Yosorati, Desa Pringgowirawan, dan Desa Rowotengah.
Analisis Spasial Temporal Environmental Critical Index (ECI) Kota Kendari: Spatial Temporal Analysis of Environmental Critical Index (ECI) in Kendari LIES INDRIYANI; LA GANDRI; NUR ARAFAH; SAHINDOMI BANA; VIVI FITRIANI; BASUKI BASUKI
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 24 No. 2 (2023)
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jtl.2023.996

Abstract

ABSTRACT Changes in land use from vegetated land to developed land can reduce environmental quality such as increasing air temperature and trigger disasters such as landslides and floods. Land conversion from vegetated land to developed land have an impact on microclimate changes in urban areas. Analysis to determine the quality of the environment is to identify the environmental criticality index (ECI). ECI is defined as an index to determine critical areas based on the distribution of surface temperature and vegetation cover. The purpose of this study was to analyze the environmental criticality index of Kendari city based on Land Surface Temperature (LST) and Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) algorithms. Observation of the dynamics of surface temperature and vegetation density in Kendari City in two periods, 2014 and 2021, using Landsat-8 satellite imagery. This study uses Band 10 to estimate the brightness temperature value and convert it to surface temperature and Band 4 and Band 5 to calculate NDVI. In this study, the ECI class was divided into 3 classes, Low, Medium, and High, with range 0–10, 10–30, and > 30 respectively. In 2021, there was an increase in the area that experienced high environmental criticality when compared to the conditions in 2014. The area that experienced a high ECI in 2014 was 11.81 ha, and in 2021 it increasing to 103.95 ha. The increase in the area of high environmental criticality could be caused by changes in LST and vegetation density. ABSTRAK Perubahan alih fungsi lahan dari lahan bervegetasi ke lahan terbangun dapat menurunkan kualitas lingkungan seperti suhu udara yang meningkat dan dapat memicu timbulnya bencana seperti kejadian longsor dan banjir. Alih fungsi lahan dari lahan bervegetasi menjadi lahan terbangun memberi dampak pada perubahan iklim mikro di kawasan perkotaan. Analisis yang dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas lingkungan adalah dengan mengidentifikasi Environmental Critical Index (ECI). ECI didefinisikan sebagai indeks untuk menentukan kawasan area kritis berdasarkan distribusi suhu permukaan dan ketersediaan tutupan vegetasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis indeks kekritisan lingkungan Kota Kendari berdasarkan algoritma Land Surface Temperature (LST) dan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). Pengamatan dinamika suhu permukaan dan kerapatan vegetasi di Kota Kendari dilakukan pada dua periode, yakni pada tahun 2014 dan 2021 dengan memanfaatkan citra satelit Landsat-8. Penelitian ini menggunakan Band 10 untuk mengestimasi nilai brightness temperature dan dikonversi ke suhu permukaan serta Band 4 dan Band 5 untuk menghitung NDVI. Pada penelitian ini, kelas ECI dibagi menjadi 3 kelas yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi dengan rentang berturut-turut yaitu 0–10, 10–30, dan > 30. Pada tahun 2021, terjadi peningkatan luas wilayah yang mengalami kekritisan lingkungan yang tinggi bila dibandingkan dengan kondisi di tahun 2014. Peningkatan luasan wilayah yang mengalami ECI tinggi yaitu pada tahun 2014 seluas 11,81 ha mengalami peningkatan luasan pada tahun 2021 menjadi 103,95 ha. Peningkatan luasan wilayah yang mengalami kekritisan lingkungan tinggi dapat diakibatkan oleh perubahan LST dan kerapatan vegetasi.
Assessing Leaching Requirement an Ameliorated Saline Soil in a Lysimeter Experiment Cahyoadi Bowo; Vivi Fitriani; Marga Mandala
JOURNAL OF TROPICAL SOILS Vol 29, No 1: January 2024
Publisher : UNIVERSITY OF LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5400/jts.2024.v29i1.1-9

Abstract

Soil salinity problems in the coastal hinterland region of East Java diminish agricultural development and land productivity. Soil leaching is expected to reduce soil salinity. This study investigated the effectiveness of different ameliorant compositions and leaching requirements (LR) in the leaching process. The experiment involved applying ameliorants (T) and leaching (L) treatments to lysimeters filled with saline soil. The ameliorant treatments included biochar, organic matter, and gypsum. The results showed the leaching requirement capacity to reduce electrical conductivity from 5.7 dS m-1 to below 2 dS m-1. Leaching for T0 (without ameliorants) and T1 (10 Mg ha-1 of biochar) required 943 mm of water, while T2 (20 Mg ha-1 of biochar) and T3 (40 Mg ha-1 of compost) required 1052 mm. The T4 (10 Mg ha-1 of compost and 2 Mg ha-1 of gypsum) necessitated 1154 mm of leaching water. The ameliorants’ application and assortment increased the water demand for leaching. The findings indicated a consistent relationship between TDS and salinity, indicating the soil’s dominant presence of salty ions.
Penguatan Organisasi Kelompok Remaja Peduli Lingkungan Sekitar Kawasan Hutan Nur Arafah; Umar Ode Hasani; Sahindomi Bana; Lade Ahmaliun; La Gandri; La Baco Sudia; Kahirun Kahirun; Vivi Fitriani; Lies Indriyani
GERVASI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 7 No. 1 (2023): GERVASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/gervasi.v7i1.4887

Abstract

Kaderisasi kelompok remaja dipandang perlu untuk meningkatkan kesadaran cinta alam dan tanggung jawab dalam menjaga kelestarian lingkungan di Suaka Margasatwa Tanjung Peropa. Tujuan kegiatan penguatan organisasi kelompok remaja adalah untuk membentuk dan menguatkan kelompok remaja peduli lingkungan. Kegiatan dilaksanakan di Desa Laonti dan Desa Puundirangga, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan yang berbatasan langsung dengan Suaka Margasatwa Tanjung Peropa. Metode yang digunakan pada kegiatan adalah pendekatan partisipatif dan melibatkan semua remaja di dua Desa. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa penguatan kelompok remaja peduli lingkungan terdiri dari lima kegiatan yang terintegrasi yaitu orientasi masalah lapangan, sosialisasi peran kelompok peduli lingkungan di instansi pendidikan, pembentukan dan penguatan kelompok peduli lingkungan, sosialisasi penguatan organisasi kelompok peduli lingkungan dan pelatihan konservasi melalui aksi peduli lingkungan. Program penguatan kelompok organisasi peduli lingkungan terlaksana dengan baik dan memberikan dampak positif berupa terbentuknya kelompok remaja peduli lingkungan di Desa Puundirangga dan Desa Laonti masing-masing empat kelompok remaja peduli lingkungan yang terdiri dari 4-5 orang/kelompok.