Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PRODUKSI MIKOINSEKTISIDA DARI PROPAGUL KAPANG Beauveria Bassiana Wahyudi, Priyo
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol 9 No 2 (2008)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fungal insecticide or well known as mycoinsecticide is produced from propagules of entomopaghogenous fungi. It is a common knowledge that fungi can kill insects, individually or in epizootics, and methods for isolation and exploration of fungi are well known. Despite these facts, production of commercial preparations with fungi came very late. There is only one commercial product, which is produced on a large scale for several years. Beauveria bassiana is one of entomopathogenic fungus that has been used for biocontrol of many insects of crops. In this article we assess production of mycoinsecticide Beauveria bassiana through all stages of their handling, such as isolation, strain selection and optimation of production procedures both liquid and solid state fermentation. The result showed that the best way to produce mycoinsecticide in a large scale production was solid state fermentation using rice-base medium including cooked-rice and rice flour. The best incubation can be taken place in room temperature for 7 days.
AKTIVITAS ANTIMIKROBA METABOLIT BIOAKTIF MIKROBA ENDOFITIK TANAMAN TRENGGULI (Cassia fistula L.) Kumala, Shirly; Shanny, Fransisca; Wahyudi, Priyo
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol 3, No 2 (2006)
Publisher : Indonesian Research Gateway

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Endophytic microbes are microorganisms that live symptomatically within the living tissue of host plants. Microbe as fungi, yeast and bacteria can associate with the plant; they can help the metabolism of the host plant and produce the potential secondary metabolite. The aims of this experiment were to investigate endophytic microbes that live in the Cassia fistula L (Trengguli) plant and their ability to produce bioactive metabolite as anti microbial agents. Direct seed inoculating technique was used by putting the plant sample on the surface of Nutrient Agar. The agar diffusion method using paper disc was applied to assay the anti microbial activity of bioactive metabolite. The results showed 7 isolate of bacteria had the anti microbial activity toward Staphylococcus aureus, Bacillus subtillis, Escherichia coli, Salmonella typhi and Candida albicans. Endophytic bacteria can be found in Cassia fistula L plant, which can produce potential bioactive metabolite as anti microbial agent. ABSTRAK Mikroba endofit adalah mikroorganisme yang hidup secara simptomatis di dalam jaringan hidup tanaman inangnya. Mikroba tertentu, misalnya jamur, ragi dan bakteri dapat berasosiasi dengan tanaman tersebut; mikroba-mikroba ini dapat membantu metabolisme tanaman inangnya dan memproduksi metabolit sekunder yang potensial. Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki mikroba endofit yang tumbuh di dalam jaringan Trengguli (Cassia fistula L), dan kemampuannya untuk memproduksi  metabolit bioaktif  yang memiliki aktivitas antimikrobial. Dalam penelitian ini digunakan teknik inokulasi langsung dengan jalan meletakkan sampel tanaman langsung di atas permukaan Nutrient Agar. Metoda difusi agar menggunakan cakram kertas digunakan untuk menetapkan aktivitas antimicrobial dari metabolit aktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 isolat bakteri memiliki aktivitas antimikrobial terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtillis, Escherichia coli, Salmonella typhi dan Candida albicans. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di dalam jaringan tanaman Cassia fistula L dapat ditemukan bakteri endofit yang dapat memproduksi metabolit bioaktif sebagai senyawa antimicrobial.
AKTIVITAS ANTIMIKROBA METABOLIT BIOAKTIF MIKROBA ENDOFITIK TANAMAN TRENGGULI (Cassia fistula L.) Kumala, Shirly; Shanny, Fransisca; Wahyudi, Priyo
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 3, No 2 (2006)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35617/jfi.v3i2.76

Abstract

Endophytic microbes are microorganisms that live symptomatically within the living tissue of host plants. Microbe as fungi, yeast and bacteria can associate with the plant; they can help the metabolism of the host plant and produce the potential secondary metabolite. The aims of this experiment were to investigate endophytic microbes that live in the Cassia fistula L (Trengguli) plant and their ability to produce bioactive metabolite as anti microbial agents. Direct seed inoculating technique was used by putting the plant sample on the surface of Nutrient Agar. The agar diffusion method using paper disc was applied to assay the anti microbial activity of bioactive metabolite. The results showed 7 isolate of bacteria had the anti microbial activity toward Staphylococcus aureus, Bacillus subtillis, Escherichia coli, Salmonella typhi and Candida albicans. Endophytic bacteria can be found in Cassia fistula L plant, which can produce potential bioactive metabolite as anti microbial agent. ABSTRAK Mikroba endofit adalah mikroorganisme yang hidup secara simptomatis di dalam jaringan hidup tanaman inangnya. Mikroba tertentu, misalnya jamur, ragi dan bakteri dapat berasosiasi dengan tanaman tersebut; mikroba-mikroba ini dapat membantu metabolisme tanaman inangnya dan memproduksi metabolit sekunder yang potensial. Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki mikroba endofit yang tumbuh di dalam jaringan Trengguli (Cassia fistula L), dan kemampuannya untuk memproduksi  metabolit bioaktif  yang memiliki aktivitas antimikrobial. Dalam penelitian ini digunakan teknik inokulasi langsung dengan jalan meletakkan sampel tanaman langsung di atas permukaan Nutrient Agar. Metoda difusi agar menggunakan cakram kertas digunakan untuk menetapkan aktivitas antimicrobial dari metabolit aktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 isolat bakteri memiliki aktivitas antimikrobial terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtillis, Escherichia coli, Salmonella typhi dan Candida albicans. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di dalam jaringan tanaman Cassia fistula L dapat ditemukan bakteri endofit yang dapat memproduksi metabolit bioaktif sebagai senyawa antimicrobial.
MODIFIKASI RUANG BAKAR DENGAN PENAMBAHAN RUANG BAKAR MULA PADA MOTOR BAKAR SILINDER TUNGGAL UNTUK MENURUNKAN EMISI GAS BUANG WAHYUDI, PRIYO
Jurnal Teknik Mesin Vol 3, No 03 (2015): JTM : Volume 03 Nomor 03 Tahun 2015
Publisher : Jurnal Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Kendaraan bermotor saat ini menjadi sumber yang dominan dari pencemaran udara. Sedangkan teknologi kendaraan  bermotor  yang  masuk  Indonesia  masih  tertinggal  dibandingkan  negara-negara  lain  dalam membuat  kemajuan penerapan  standar emisi  Euro.  Oleh  karena  itu, produksi  kendaraan  bermotor  saat ini dituntut  memenuhi  standart  ambang  batas  emisi  gas  buang.  Penelitian  ini  dilakukan  untuk mengetahui emisi  gas  buang  kendaraan  dengan  penambahan  ruang  bakar  mula  dan  variasi  ukuran main  jet 105,100,95,90. Pengujian sesuai dengan standart pengujian emisi gas buang menurut SNI-097118.3-2005. Untuk    melihat  tingkat polutan  dari   kadar   emisi    gas  buang    yang  ditimbulkan yaitu  O2,  CO2, HC,  CO Penelitian  dilakukan  di  Laboraturium  Pengujian  Performa  Mesin  PPPPTK VEDC  Malang.  Dari  hasil pengujian, Penurunan konsentrasi emisi gas CO terendah yaitu sebesar 0,15% pada 7000 rpm terdapat pada pengujian  dengan  penambahan  ruang  bakar  mula  dan  penggantian ukuran  mainjet  95.  Peningkatan konsentrasi  emisi  gas  CO2 tertinggi  yaitu  sebesar  7,8%  pada  7000 rpm  pengujian  dengan  penambahan ruang  bakar  mula  dan  penggantian  ukuran  mainjet  100. Sedangkan  pengujian  tanpa  penambahan  ruang bakar mula CO2 tertinggi yaitu sebesar 6,7% pada 7000 rpm. Penurunan konsentrasi emisi gas HC terendah yaitu sebesar 1129 ppm pada 5000 rpm terdapat pada pengujian dengan penambahan ruang bakar mula dan ukuran  mainjet  100.  Hasil  terbaik  dari  pengujian didapatkan  konsentrasi  emisi  gas  buang  dan  konsumsi bahan  bakar  serendah-rendahnya  tanpa  terjadi kehilangan  daya  yang  berarti,  motor  dapat  menggunakan ruang bakar mula dengan mainjet 100. Kata Kunci: ruang bakar mula, emisi gas buang, variasi main jet.
ANALISA KANDUNGAN BETA-GLUKAN LARUT AIR DAN LARUT ALKALI DARI TUBUH BUAH JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DAN SHIITAKE (Lentinus edodes) Widyastuti, Netty; baruji, teguh; isnawan, henky; wahyudi, priyo; donowati, donowati
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 13 No. 3 (2011)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.613 KB) | DOI: 10.29122/jsti.v13i3.894

Abstract

Beta glucan is a polysaccharide compound, generally not soluble inwater and resistant to acid. Beta glucan is used as an immunomodulator (enhancing the immune system) in mammals is usually a beta-glucan soluble in water, easily absorbed and has a low molecular weight. Several example of beta-glucan such as cellulose (β-1 ,4-glucan), lentinan (β-1 0.6-glucan) and (β-1 ,3-glucan), pleuran (β-1, 6 and β-1 ,3-glucan) are isolated from species of fungi Basidiomycota include mushrooms (Pleurotus ostreatus) and shiitake (Lentinus edodes).The purpose of thisresearch activity is to obtain beta-glucan compound that can be dissolved in water and in alkali derived from fungi Basidiomycota, i.e, Oyster mushrooms (Pleurotus ostreatus) and shiitake (Lentinus edodes). The result of beta-glucan compared to characterize the resulting beta glucan that is molecular structure . The difference of beta glucan extraction is based on the differences in solubility of beta-glucan. Beta glucan could be water soluble and insoluble water.
SKRINING KAPANG Aspergillus spp. PENGHASIL AFLATOKSIN PADA JAGUNG PIPILAN DI DAERAH BEKASI, JAWA BARAT Sukmawati, Dalia; Wahyudi, Priyo; Rahayu, Sri; Moersilah, Moersilah; Handayani, Tri; Rustam, K. Yoswita; Puspitasari, Sherly Indah
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 11, No 2 (2018): Al-Kauniyah Jurnal Biologi
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (996.378 KB) | DOI: 10.15408/kauniyah.v11i2.6961

Abstract

AbstrakAflatoksin merupakan senyawa metabolit sekunder dari kapang Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus yang dapat mengontaminasi bahan pangan atau pakan sehingga berbahaya bagi kesehatan hewan dan manusia. Kontaminasi kapang penghasil aflatoksin banyak ditemukan pada bahan pangan dan pakan yang berasal dari produk pertanian. Jagung merupakan salah satu produk pertanian yang mudah terkontaminasi oleh kapang penghasil aflatoksin. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh isolat kapang Aspergillus spp. penghasil aflatoksin pada jagung pipilan yang dijual di sekitar Bekasi, Jawa Barat. Isolasi kapang dilakukan menggunakan metode dilution plating pada medium Dichloran-Glycerol. Hasil penelitian memperoleh 12 isolat kapang, dengan warna koloni hijau (J1, J2, J3, J4, J5, J6, J7, J9, J10, J12), hitam (J11), dan jingga (J8). Identifikasi dilakukan dengan cara mengamati morfologi kapang secara makroskopik dan mikroskopik pada medium Malt Extract Agar. Isolat kapang yang diduga memiliki kemiripan dengan A. flavus berjumlah 6 isolat, yaitu J1, J2, J4, J6, J10, dan J12. Selanjutnya dilakukan uji konfirmasi menggunakan medium selektif Aspergillus flavus dan parasiticus Agar. Terdapat 2 isolat kapang, yaitu J1 dan J4, yang menunjukkan pigmentasi sebalik koloni berwarna pada medium selektif AFPA. Isolat kapang yang ditemukan pada jagung pipilan diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani dan peternak mengenai jenis kapang yang dapat menyebabkan kontaminasi pada jagung, sehingga mereka dapat menjaga dan meningkatkan kualitas jagung untuk mengurangi kerugian dalam bidang ekonomi dan kesehatan.Abstract Aflatoxin is a secondary metabolite secreted by the mold Aspergillus flavus and Aspergillus parasiticus that may contaminate food or feed so harmful to human and animal health. Contamination of aflatoxin-producing mold is commonly found in food and feed which derived from agricultural products. Corn is one of the agricultural products that are easily contaminated by aflatoxin-producing mold. The study aims to isolate the aflatoxin-producing mold Aspergillus spp. in stripped corn vend around Bekasi, West Java. The isolation was conducted by using the method of dilution plating on Dichloran-Glycerol medium. The study obtained 12 isolates of mold, with green colony color (J1, J2, J3, J4, J5, J6, J7, J9, J10, J12), black (J11), and jingga (J8). Identification was conducted by observing the morphology of mold on Malt Extract Agar macroscopically and microscopically. The isolates that allegedly have similarities to A. flavus are J1, J2, J4, J6, J10, and J12. Furthermore, a confirmatory test was preceed by using a selective medium of Aspergillus flavus and parasiticus agar. There are 2 isolates of molds, J1 and J4, which showed yellowish jingga pigmentation like the positive control of A. flavus. The isolates of mold found in the stripped corn may provide information to farmers and breeders about the type of mold that can cause contamination in corn, so that they can anticipate in advance and improve the quality of the corn to reduce losses in economic and health perspectives.
IDENTIFIKASI MOLEKULER BAKTERI SIMBION SPONS LAUT HALICLONA (REINERA) SP. SEBAGAI ANTIBAKTERI Pahriyani, Ani; Haq, Fitriana Mifthahul; Wahyudi, Priyo
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 11, No 2 (2019)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35617/jfi.v11i2.674

Abstract

Bacterial symbiont known to be able to produce secondary metabolites, that it?s utilization as the source of bioactive compounds is increase. Study of Mulyaningsih (2016) has reported that the bacterial symbiont of sponge Spheciospongia inconstans from Harapan Island, Kepulauan Seribu has a potentcy to produce antibacterial compounds. The aim of this study was to identify species of symbiont bacterial isolates of sponge of Spheciospongia inconstans which can produce antibacterial substance based on  16S  rRNA  gene.  Total  DNA of the five bacterial isolates from previous study were isolated using Wizard Genomic DNA Purification Kit, then amplified the 16S rRNA gene using primers 27f and 1492r. The amplification results were sequenced and aligned using BLAST program. The results of this study only succeeded in identifying isolate 6FS3 of bacterial symbiont that had an 100% similarity with bacteria Bacillus thermophilus strain Sgz-10.
UJI AKTIVITAS INHIBITOR XANTIN OKSIDASE DARI EKSTRAK POLISAKARIDA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus (Jacq.) P.Kumm) DAN JAMUR KANCING (Agaricus bisporus (J.E.Lange) Imbach) SECARA IN VITRO Wahyudi, Priyo; Zaelani, Bohir Abdul Qodir; Dwitiyanti, Dwitiyanti; Maharani, Nursyifa
Media Farmasi: Jurnal Ilmu Farmasi Vol. 14 No. 1: Maret 2017
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/mf.v14i1.9827

Abstract

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (Jacq.) P.Kumm dan jamur kancing (Agaricus bisporus (J.E. Lange) Imbach) merupakan jenis jamur yang dapat dikonsumsi dan digunakan sebagai obat. Jamur tiram putih dan jamur kancing mengandung berbagai senyawa berkhasiat, salah satunya polisakarida yang memiliki aktivitas antioksidan dan inhibitor xantin oksidase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas inhibitor xantin oksidase pada pembentukan asam urat secara in vitro dari ekstrak polisakarida jamur tiram putih dan jamur kancing . Jamur diekstraksi menggunakan air pada suhu 100oC selama 3 jam dan diperoleh rendemen ekstrak polisakarida jamur tiram putih sebesar 1,79%. Metode congo-red digunakan untuk identifikasi polisakarida. Penelitian ini menggunakan 5 variasi konsentrasi ekstrak polisakarida jamur tiram putih yaitu 1, 10, 100, 1000, dan 10.000 µg/mL. Pembacaan absorbansi aktivitas xantin oksidase menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 570 nm. Nilai absorbansi yang didapat menunjukkan banyaknya hidrogen peroksida yang terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi 10.000 µg/mL ekstrak polisakarida jamur tiram putih dan jamur kancing  memiliki persentase penghambatan xantin oksidase sebesar 24,24% dan 45,36%. Pada penelitian ini dapat dibuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar persentase penghambatan xantin oksidase.