Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Evaluasi Penggunaan Biosaliva Dalam Deteksi Sars-Cov-2 Metode RT-PCR Suryanata Kesuma; Suparno Putera Makkadafi
THE JOURNAL OF MUHAMMADIYAH MEDICAL LABORATORY TECHNOLOGIST Vol 5, No 1 (2022): The Journal Of Muhammadiyah Medical Laboratory Technologist
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/jmlt.v5i1.11280

Abstract

SARS CoV-2 infection, which has affected the world since late 2019, can cause serious lower respiratory tract infections that may be fatal in some patients. This infection causes the disease Covid-19. The diagnosis of SARS-CoV-2 infection was carried out by NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) such as RT-PCR examination. The sample needed for the identification of SARS-COV-2 is a nasopharyngeal/oropharyngeal swab. Nasopharyngeal/oropharyngeal swab sampling requires trained personnel. Taking a nasopharyngeal/oropharyngeal swab is invasive, causing discomfort in its implementation. The convenience of sampling specimens can be an alternative option for the identification of SARS-CoV-2, such as with newly developed biosaliva specimens. The use of this biosaliva sample can be a practical option in the examination of the identification of SARS-CoV-2. However, the use of these specimens needs to be evaluated first because of the possible relationship with clinical findings and so that the results of the SARS-CoV-2 examination are valid and reliable. The purpose of this study was to evaluate the use of biosaliva specimens to detect SARS-CoV-2 infection with the RT-PCR method. Evaluation of the use of biosaliva in the detection of SARS-COV-2 RT-PCR method with paired T test and diagnostic test with the gold standard using nasopharyngeal/oropharyngeal swabs. The target genes for the detection of SARS-CoV-2 are the RdRp gene and the E gene with control of the HRP gene. RT-PCR was carried out with 40 cycles and Tm 62 °C. The results of this study are Sig. (2-tailed) paired T test was 0.106, sensitivity was 64.86% and specificity was 90.92%. The conclusion of this study is that there is no statistical difference in the results of the SARS-CoV-2 RT-PCR method between the use of biosaliva specimens and nasopharyngeal/oropharyngeal swabs, and the evaluation results show that reliable biosaliva specimens are used as samples in the examination of SARS-COV-2 infection.
Studi Deskriptif Pemeriksaan Efektivitas Sampel Feses Metode Langsung dan Sedimentasi Telur Soil Transmitted Helminth (STH) Regita Heddy Arifta Amelia; Suhartini Suhartini; Suparno Putera Makkadafi
Borneo Journal of Science and Mathematics Education Vol 2 No 3 (2022): Borneo Journal of Science and Mathematics Education, October 2022
Publisher : Faculty of Education and Teacher Training of UINSI Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.765 KB) | DOI: 10.21093/bjsme.v2i3.5916

Abstract

Kecacingan adalah infeksi yang paling umum dan berpengaruh pada orang menengah kebawah di seluruh dunia. Mereka ditularkan oleh telur yang ada dalam kotoran manusia yang mencemari tanah di daerah yang sanitasinya sangat buruk. Pemeriksaan untuk mengetahui pravelensi kecacingan menggunakan metode langsung dan metode sedimentasi Metode langsung kelebihannya yaitu pengerjaan yang mudah dan murah metode ini juga lebih baik dilakukan dipemeriksaan pada infeksi kecacingan yang berat. Kelemahan harus menggunakan sediaan sedikit saja agar telur cacing tidak tertutup unsur lain. Metode sedimentasi kelebihannya memperoleh hasil lebih jernih, jelas dan dapat membedakan sisa-sisa makanan dengan telur cacing. Kelemahan memakan waktu lama dalam proses sentrifuge dan bisa terjadi pengendapan tidak sempurna dalam prosesnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran efektivitas sampel feses dengan menggunakan metode langsung dan metode sedimentasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Sampel berjumlah 15 feses pada anak-anak. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Loa Janan Ilir Kota Samarinda dan pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Parasitologi Poltekkes Kemenkes Kaltim. Teknik analisis data digunakan univariate. Hasil penelitian menggunakan metode langsung dan metode sedimentasi. dari kedua metode terdapat 3 sampel yang teridentifikasi telur cacing Ascaris lumbricoides. Disimpulkan bahwa kedua metode tersebut efektif dalam mengidentifikasi telur cacing Ascaris lumbricoides.
Pengaruh Air Rebusan Sirih Merah (Piper Crocatum) dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Candida Albicans Sulastri Lastri; Suparno Putera Makkadafi; Sresta Azahra
Borneo Journal of Science and Mathematics Education Vol 4 No 1 (2024): Borneo Journal of Science and Mathematics Education, Februari 2024
Publisher : Faculty of Education and Teacher Training of UINSI Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21093/bjsme.v4i1.5992

Abstract

Candida albicans merupakan flora normal dan biasa ditemukan di dalam tubuh manusia seperti saluran pencernaan, saluran pernapasan bagian atas, dan mukosa genital yang dapat menyebabkan penyakit kandidiasis. Hasil uji resistensi Candida albicans terhadap flukonazol dengan jumlah yang tinggi yaitu 46% resisten terhadap flukonazol. Pengobatan juga tidak hanya dapat dilakukan secara medis tetapi juga dapat diobati dengan cara tradisional. Salah satu tumbuhan tradisional yang dikenal luas oleh masyarakat adalah sirih merah. Kandungan senyawa pada daun sirih merah adalah minyak atsiri. Senyawa ini mempunyai khasiat antiseptik dalam menghambat pertumbuhan jamur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sifat antifungi pada air rebusan daun sirih merah pada konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans. Desain penelitian ini adalah true eksperiment post test only control group design. Metode yang digunakan adalah dilusi padat dan kontrol positif menggunakan ketokenazol. Penelitian ini dilakukan 4 kali pengulangan, setelah itu diinkubasi selama 5 hari dalam suhu 37°C dan dihitung jumlah jamur menggunakan colony counter. Hasil uji Oneway ANOVA diperoleh nilai (p-value) 0.000 nilai ini sesuai dengan signifikasi (p) < 0,05 sehingga H1 diterima yaitu air rebusan daun sirih merah memiliki efektivitas dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Kesimpulan penelitian ini yaitu kualitas antifungi pada air rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dengan efektivitas tertinggi yaitu pada konsentrasi 40% dan 50% yang dikategorika sebagai antijamur kuat.
Gambaran Kadar SGOT Dan SGPT Pada Pasien Tuberkulosis Paru Aktif: Description Of SGOT And SGPT Levels In Active Pulmonary Tuberculosis Patients Graciela Stephanie; Maulida Julia Saputri; Suparno Putera Makkadafi
Borneo Journal of Medical Laboratory Technology Vol. 6 No. 2 (2024): Borneo Journal of Medical Laboratory Technology
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjmlt.v6i2.5776

Abstract

Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah masalah global dengan sekitar setengah persen penduduk dunia terinfeksi. Jumlah kasus TB di Kota Samarinda pada tahun 2021 mencapai 1.464 kasus. Pengobatan TB dapat merusak hati, serta enzim SGOT dan SGPT terkait dengan fungsi hati. SGPT lebih umum ditemukan di hati, sedangkan SGOT terdapat di hati, jantung, otot rangka, ginjal, otak, dan sel darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar SGOT dan SGPT pada pasien Tuberkulosis Paru aktif di Puskesmas Sidomulyo Samarinda. Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan 30 sampel pasien TB paru yang sedang menjalani pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik total sampling. Variabel yang diamati adalah kadar SGOT dan SGPT. Hasil pengukuran menggunakan spektrofotometri menunjukkan bahwa kadar SGOT yang normal paling banyak ditemukan pada pasien perempuan 100%, sedangkan kadar SGOT yang abnormal terbanyak ditemukan pada pasien laki-laki (53%). Kadar SGPT yang normal terbanyak ditemukan pada pasien laki-laki (100%), sementara kadar SGPT yang abnormal terbanyak ditemukan pada pasien perempuan (27%). Hasil pemeriksaan juga menunjukkan bahwa kelompok usia dewasa dengan rentang usia 20-59 tahun memiliki hasil pemeriksaan kadar SGOT normal (33%) dan kadar SGPT normal yang tinggi (96%). Dapat disimpulkan bahwa hasil kadar SGOT berdasarkan jenis kelamin yang abnormal pada pasien laki-laki, sedangkan berdasarkan usia hasil kadar SGOT yang abnormal pada pasien dewasa. Selanjutnya untuk kadar SGPT berdasarkan jenis kelamin yang abnormal pada pasien perempuan sedangkan berdasarkan usia kadar SGPT yang abnormal pada pasien remaja.