Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Spatial analysis of region interaction of West-East corridor's strategic economic area of West Sumatera Province, Indonesia Siska Amelia; Ernan Rustiadi; Baba Barus; Bambang Juanda
JOURNAL OF SOCIOECONOMICS AND DEVELOPMENT Vol 5, No 1 (2022): April
Publisher : Publisher of Widyagama University of Malang (UWG Press)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31328/jsed.v5i1.3247

Abstract

The West-East corridor is one of the main gateways to enter West Sumatra Province. The West-East corridor, which passes through 65 districts, has a variety of potentials and problems. This means, the growth rate of each district will be different. The growth rate and strength of the relationship among regions can be observed through the gravity model's spatial interactions. The gravity model can calculate the relative strength of the relationship between regions. To see the strength of the relationship among regions in the West-East corridor, strategic economic areas were taken into considerations based on their distance and several observational variables, which were the total population variable, infrastructure completeness, level of security, and investment value. Observation analysis units consisted of sixty-five sub-districts along the West-East corridor. Mass 1 (M1) was the central government, West Padang district, and mass 2 (M2) was the other 64 sub-districts. The analysis results show that the total population, infrastructure completeness, level of security, and investment value are not only influenced by their closeness to the government/city center. The infrastructure completeness factor can influence the total population in a region. Likewise, the investment value can be influenced by the infrastructure completeness and the level of security in a region.JEL Classification: O10; R12; R19
Analisis Spasial Karakteristik Kawasan Strategis Ekonomi Koridor Barat-Timur dalam Pengembangan Wilayah Provinsi Sumatera Barat Siska Amelia; Ernan Rustiadi; Baba Barus; Bambang Juanda
TATALOKA Vol 24, No 2 (2022): Volume 24 No. 2, May 2022
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/tataloka.24.2.141-155

Abstract

Salah satu upaya dalam mewujudkan tujuan pembangunan adalah dengan pengembangan wilayah yang disesuaikan dengan potensi, permasalahan dan kondisi eksisting wilayah yang bersangkutan. Setiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing yang membedakan wilayah tersebut dengan wilayah lainnya. Karakteristik yang berbeda pada setiap wilayah menyebabkan potensi dan permasalahan pada wilayah tersebut juga berbeda sehingga strategi pengembangan wilayah juga berbeda. Koridor barat - timur merupakan salah satu dari sebelas kawasan strategis ekonomi provinsi yang ada di Sumatera Barat. Koridor barat - timur yang melingkupi sembilan kabupaten/kota dan 65 kecamatan mempunyai karakteristik dan tipologi yang beragam, sehingga strategi pengembangan koridor barat - timur juga beragam. Dalam penelitian ini ingin melihat karagaman karakteristik dan tipologi kawasan strategis ekonomi provinsi koridor barat - timur. Metode yang digunakan adalah dengan teknik analisis Principal Component Analysis (PCA). Pengelompokkan karakteristik dan tipologi wilayah berdasarkan pada dimensi potensi ekonomi, struktur wilayah, lingkungan, dan topografi. Dimensi potensi terdiri dari 12 variabel pengamatan ekonomi menghasilkan 4 komponen utama yang dikelompokkan menjadi 1) perdagangan dan jasa wisata, 2) peternakan dan perikanan, 3) pertanian dan perkebunan, 4) wisata. Hasil dimensi potensi ekonomi adalah perdagangan dan jasa wisata 38 kecamatan, peternakan dan perikanan 15 kecamatan, pertanian dan perkebunan 7 kecamatan dan wisata 4 kecamatan. Dimensi struktur wilayah dari 11 variabel pengamatan menghasilkan 2 komponen utama yang dikelompokkan menjadi 1) perkotaan, 2) pedesaan. Hasil dimensi struktur wilayah adalah perkotaan 49 kecamatan, pedesaan 16 kecamatan. Dimensi lingkungan dikelompokkan menjadi 1) kawasan rawan bencana, 2) kawasan tidak rawan bencana. Dimensi topografi dikelompokkan menjadi 1) dataran rendah, 2) dataran tinggi.
MODEL PENYEBARAN RELATIF SEKTOR PERTANIAN, PERDAGANGAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT Siska Amelia; Guswandi
Jurnal Ilmiah Plano Krisna Vol 18 No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Plano Krisna Vol.18 No.2 | Desember 2022
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pengentasan kemiskinan, peningkatan daya saing wilayah serta mengurangi ketimpangan antar wilayah, maka diperlukan pemerataan distribusi kegiatan-kegiatan perekonomian wilayah. Selain itu juga dalam upaya pengembangan wilayah diperlukan penekanan pada sektor basis yang dapat memberikan efek pengganda (multiplier effect) sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat penyebaran secara relatif kegiatan-kegiatan perekonomian yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Metode yang digunakan adalah dengan menghitung Localization Index. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa total PDRB berdasarkan harga berlaku setiap kabupaten/kota, serta PDRB per sektor di masing-masing kabupaten/kota. Sektor yang diamati dalam penelitian ini adalah sektor industri pengolahan, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan serta sektor perdagangan besar dan eceran. Hasil analisis memperlihatkan tingkat penyebaran relatif kegiatan-kegiatan ekonomi di Sumatera Barat terdistribusi merata dan seimbang antar wilayah. Sektor yang memiliki tingkat pemerataan kegiatan ekonomi tertinggi adalah sektor perdagangan besar dan eceran, diikuti oleh sektor industri pengolahan dan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.
Indeks Spesialisasi Pengembangan Wilayah Provinsi Sumatera Selatan Siska Amelia; Guswandi
Jurnal Ilmiah Plano Krisna Vol 18 No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Plano Krisna Vol.18 No.1 | Juni 2022
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan pengembangan wilayah adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pengentasan kemiskinan, meningkatkan daya saing serta mengurangi ketimpangan wilayah. Untuk mewujudkan tujuan dari pengembangan wilayah tersebut maka sangat diperlukan pemerataan perkembangan semua sektor-sektor perekonomian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur perilaku dinamika kegiatan ekonomi secara keseluruhan serta menentukan keseimbangan pertumbuhan wilayah yang dihasilkan dari produksi setiap sektor. Metode yang digunakan adalah dengan menghitung Indeks Spesialisasi dan Indeks Keseimbangan Pertumbuhan antar Sektor. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa PDRB atas dasar harga berlaku 2010 serta laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku 2010 Kabupaten Ogan Komiring Ulu tahun 2021. Hasil analisis berdasarkan Indeks Spesialisasi memperlihatkan tingkat persebaran sektor-sektor di wilayah Kabupaten Ogan Komiring Ulu jika dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas relatif terdistribusi tidak merata. Hasil Indeks keseimbangan pertumbuhan antar sektor menggambarkan ketidakseimbangan polapertumbuhan antar sektor di Kabupaten Ogan Komiring Ulu cukup tinggi. Hasil analisis memperlihatkan bahwa tidak terjadi pemerataan pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Ogan Komiring Ulu.
POTENSI EKONOMI PENGEMBANGAN WILAYAH PROVINSI SUMATERA SELATAN Siska Amelia; Guswandi
Jurnal Ilmiah Plano Krisna Vol 17 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Plano Krisna Vol.17 No.2 | Desember 2021
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembangunan dan pengembangan wilayah bertujuan untuk meningkatkan daya saing, meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah, mengurangi ketimpangan wilayah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta pengentasan kemiskinan. Dalam mewujudkan tujuan pembangunan dan pengembangan wilayah diperlukan strategi-strategi pengembangan yang disesuaikan dengan potensi, permasalahan serta kondisi wilayah masing-masing. Dalam upaya mempercepat perkembangan wilayah harus diberikan penekanan pada sektor-sektor unggulan yang dapat memberikan dampak lebih luas terhadap kesejahteraan serta memberikan efek pengganda (multiplier effect) pada wilayah dan sector lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat komoditas unggulan yang layak untuk dikembangkan di Provinsi Sumatera Selatan. Metoda analis yang digunakan adalah gabungan metoda Location Quotient (LQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ). Komoditas yang diamati adalah karet, kelapa sawit, kopi, lada dan kakao. Gabungan analisis LQ dan DLQ menghasilkan empat tipologi (tipe I, II, III, dan IV). Komoditas yang menjadi setor basis dan prospektif untuk dikembangkan (tipologi I) tersebar merata di seluruh wilayah Sumatera Selatan. Demikian juga untuk komoditas yang masuk dalam tipologi II, III, dan IV tersebar merata di seluruh kabupaten/kota.
Interaksi Wilayah Provinsi Sumatera Barat Siska Amelia
Jurnal Ilmiah Plano Krisna Vol 17 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Plano Krisna Vol.17 No.1 | Juni 2021
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembangunan harus diarahkan kepada terjadinya pemerataan (equity), pertumbuhan (efficiency) dan keberlanjutan (sustainability) yang berimbang dalam pembangunan ekonomi. Dalam upaya untuk mewujudkan pemerataan pembangunan diperlukan upaya-upaya pengembangan kawasan yang disesuaikan dengan potensi, kondisi dan permasalahan pada wilayah bersangkutan. Provinsi Sumatera Barat yang memiliki ragam potensi dan permasalahan sehingga tingkat pertumbuhan wilayah juga sangat beragam. Berdasarkan tahapan pembangunan menurut teori Rostow, Provinsi Sumatera Barat masuk dalam tahapan lepas landas bahkan ada beberapa wilayah yang masih ada dalam tahapan prasyarat lepas landas. Dalam melihat tingkat pertumbuhan dan kekuatan hubungan antar wilayah dengan melihat interaksi wilayah dengan model gravitasi. Untuk melihat kekuatan hubungan antar wilayah berdasarkan jarak dan variabel jumlah penduduk, pendapatan per kapita dan jumlah utilitas perkotaan dengan unit anallisis adalah kabupaten/kota. Hasil analisis memperlihatkan bahwa kekuatan hubungan berdasarkan variabel jumlah penduduk, pendapatan per kapita dan jumlah utilitas perkotaan tidak selalu dipengaruhi oleh kedekatan wilayah tersebut dengan pusat pemerintahan atau pusat kegiatan ekonomi. Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat perlu mendapat perhatian khusus oleh pemerintah provinsi dan pusat agar tercipta pertumbuhan dan pemerataan pembangunan.
Spatial diversity of Village Funds in reducing Poverty in West Sumatra Province Guswandi Guswandi; Siska Amelia
TATALOKA Vol 25, No 3 (2023): Volume 25 No. 3 August 2023
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/tataloka.25.3.165-180

Abstract

One of the efforts to improve the community's welfare and poverty alleviation requires an integrated development program and synergized based on local resources. One of the efforts is the village fund program, are funds provided for villages sourced from the state budget and are used for government administration, implementation of development and empowerment of village communities. This paper examines the spatial diversity of the effectiveness of the Village Fund in reducing poverty in West Sumatra Province from 2015 to 2020 (data from the Ministry of Finance). The unit of research analysis is the regency/municipal that receives the Village Fund assistance. This study uses Geographically Weighted Regression, with dimensions of observing the allocation of Village Funds and poor people. The study results show that the Village Fund cannot reduce poverty in the beneficiary regencies/municipals. The number of Village Funds disbursed increases every year, but the number of poor people also increases; only three districts, namely Limapuluh Kota, Pesisir Selatan, and Kepulauan Mentawai, have decreased in 2020. The Village Fund Program is ineffective in reducing poverty in West Sumatra Province due to the Village Fund allocation percentage being more prominent for village government operations. The allocation of Village Funds for the administration of village government is much larger than what is mandated by law, which is 30%. The main objective of the Village Fund Program is to eradicate poverty and reduce inequality. To achieve this noble goal, it is necessary to evaluate the distribution of Village Funds. This study looks at the effectiveness of the Village Fund in reducing poverty, and looks at the spatial diversity of the effectiveness of the Village Fund in beneficiary regencies/municipals.
ANALISIS REGIONAL BALANCE DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA BARAT Siska Amelia; Guswandi Guswandi
Jurnal Ilmiah Plano Krisna Vol 19 No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Plano Krisna Vol.19 No. 1, Juni 2023
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61488/planokrisna.v19i1.347

Abstract

Pengembangan wilayah jika disertai dengan masalah penurunan distribusi pendapatan, peningkatan jumlah pengganguran, peningkatan jumlah keluarga miskin serta kerusakan sumberdaya alam akan menjadi paradoks serta mengarah pada terjadi kemunduran pembangunan di wilayah. Untuk mengatasi kemunduran pembangunan sangat diperlukan menentukan dan menghitung indikator kinerja yang mempu menggambarkan tingkat pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan pembangunan adalah terjadi pemerataan, keberimbangan, dan keadilan (equity). Distribusi pendapatan dan regional balance merupakan indikator yang digunakan untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur distribusi pedapatan dan regional balance di Provinsi Sumatera Barat. Metode yang digunakan adalah dengan menghitung Gini Ratio dan Indeks Williamson. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data jumlah penduduk kabupaten/kota, jumlah pengeluaran penduduk kabupaten/kota, dan pendapatan perkapita penduduk. Hasil analisis memperlihatkan Gini Ratio Sumatera Barat tinggi sebesar 0.79. Hal tersebut bermakna terjadi ketimpangan distribusi pendapat di Sumatera Barat. Hasil perhitungan Indeks Williamsom memperlihatkan disparitas wilayah Sumatera Barat rendah sebesar 0.31. Hal tersebut bermakna tidak terjadi ketimpangan wilayah dan terjadi pemerataan pembangunan wilayah kabupaten/kota di Sumatera Barat. Untuk mengatasi terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan yang tinggi tersebut sangat diperlukan peran pemerintah untuk membuka peluang-peluang usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
ANALISIS PENGEMBANGAN POTENSI OBYEK WISATA DI KABUPATEN KEBUMEN Siska Amelia; Setyo Budi Utomo
Jurnal Ilmiah Plano Krisna Vol 12 No 2 (2016): Jurnal Ilmiah Plano Krisna Vol.12 No. 2, Desember 2016
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Kebumen memiliki Obyek wisata yang sudah dikembangkan sampai tahun 2015 sebanyak 12 obyek yaitu: Goa Jatijajar, Goa Petruk, Pantai Logending, Pantai Karangbolong, Pantai Petanahan, Pemandian Air Panas Krakal, Benteng Vander Wijck, Waduk Sempor, Waduk Wadaslintang, Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung, Pantai Suwuk serta Wisata Alam Jembangan. Dari 12 Objek Wisata tersebut secara fisik berbeda tetapi dari segi penyediaan fasilitas, maupun daya tarik fisiknya jenis fasilitasnya relatif sama. Hanya saja dari segi jumlah dan kualitas belum tentu sama. Perbedaan keadaan alam, pemanfaatan sarana dan prasarana wisata masing-masing objek wisata akhirnya menggambarkan perbedaan tingkat daya tarik tiap obyek wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi obyek wisata di Kabupaten Kebumen serta menyusun alternative pengembangan wisata di Kabupaten Kebumen. Variabel yang digunakan adalah daya tarik wisata,aksesbilitas meliputi status jalan, jarak dari Ibukota Kabupaten dan ketersediaan angkutan umum, serta fasilitas penunjang meliputi sarana dan prasarana. Alat yang digunakan yaitu alat tulis, GPS (Geografis Position System) dan kamera. Bahan yang diperlukan adalah Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) dari Dirjen PHKA (2003) yang telah dimodifikasi, Pengolahan data mengenai ODTWA di Kabupaten Kebumen diolah dengan menggunakan metode skoring yang selanjutnya diuraikan secara deskriptif. Dari hasil penelitian dapat dilihat obyek wisata dengan potensi yang tinggi dengan nilai skor 128 - 151 yang sangat potensial untuk dikembangkan, terdapat 5 obyek wisata yaitu Pantai Suwuk, Goa Jatijajar, Benteng Van der Wijck, Pantai Karangbolong, dan Pantai Logending. Faktor yang mendukung obyek wisata yang mempunyai potensi yang tinggi cenderung memiliki keunikan sumberdaya alam dan berbagai kegiatan wisata yang cukup beragam, selain itu aksebilitas yang memudahkan dan sarana prasaran yang memadai dalam rangka menunjang kegiatan wisata. Obyek wisata dengan potensi sedang terdapat dengan nilai skor 104 – 127 pada 2 lokasi yaitu Pantai Petanahan, Wisata Alam Jembangan. Obyek wisata dengan potensi sedang cenderung memiliki keterbatasan dalam kegiatan wisata yang dimiliki oleh obyek wisata tersebut. Selain itu sarana prasarana yang menunjang kegiatan wisata pada lokasi ini tergolong masih terbatas. Akses jalan yang cukup jauh dari pusat kota juga mempengaruhi. obyek wisata yang memiliki potensi rendah dengan nilai 80 – 103 yaitu obyek wisata Pemandian Air Panas Krakal, Balai Informasi dan Konservasi Kebumian, Goa Petruk, Waduk Sempor, Waduk Wadaslintang, selain minim keragaman kegiatan atau bahkan tidak ada yang. menjadi daya tarik wisata, akses jalan yang cukup jauh dari Ibukota Kabupaten, penyediaan sarana prasarana terlihat adanya keterbatasan baik dari jumlah maupun jenisnya.
PENINGKATAN KUALITAS RUMAH ATAU HUNIAN MELALUI PEMBERIAN BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Siska Amelia
Jurnal Ilmiah Plano Krisna Vol 13 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Plano Krisna Vol.13 No.1 | Juni 2017
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah adalah salah satu hak dasar rakyat dan oleh karena itu setiap warga negara berhak untuk bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selain itu rumah juga merupakan kebutuhan dasar manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan penghidupan serta pencerminan diri pribadi dalam upaya peningkatan taraf hidup, pembentukan watak, karakter, dan kepribadian bangsa. Pada kenyataannya masih banyak masyarakat di Indonesia pada umumnya dan di Provinsi Kalimantan Barat khususnya yang telah memiliki rumah tetapi tidak layak huni sebagai rumah yang baik dan sehat. Untuk mengatasi persoalan tersebut pemerintah mengeluarkan suatu program untuk membantu masyarakat miskin dalam peningkatan kualitas rumah/hunian dalam bentuk bantuan stimulan perumahan swadaya. Berdasarkan pengamatan dilapangan dan wawancara dengan pemerintah daerah dan masyarakat diperoleh data dan informasi tentang pelaksanaan peningkatan kualitas rumah/hunian melalui pemberian bantuan stimulan perumahan swadaya di Provinsi Kalimantan Barat. Hasil dari peningkatan kualitas rumah/hunian melalui pemberian bantuan stimulan perumahan swadaya dinilai cukup berhasil dan sesuai dengan Permen PUPR No. 39/PRT/M/2015.