Meiga Fristya Laras Sakti
Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISBI Bandung

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Karya Tari Dangiang Wulung sebagai Identitas Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut Komarudin Komarudin; Meiga Fristya Laras Sakti
PANGGUNG Vol 31, No 4 (2021): Implementasi Revitalisasi Identitas Seni Tradisi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1587.424 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v31i4.1789

Abstract

Kecamatan Selaawi merupakan salah satu daerah di Kabupaten Garut. Selaawi dikenal dengan banyaknya pengrajin yang membuat kerajinan tangan dari bambu. Beberapa jenis kesenian yang ada di Selaawi ini banyak memanfaatkan bambu sebagai bahan pembuatannya. Dari berbagai bentuk kesenian di Selaawi, belum ada penggarapan tari yang menggunakan bambu sebagai bahan penggarapannya. Maka dari itu, penggarapan karya tari Dangiang Wulung ini menggunakan unsur bambu baik dari alat musik, properti, dan kostum tarinya. Penggunaan metode dalam penciptaan tari ini menggunakan metode Participation Action Reseach (PAR). Metode yang dilakukan untuk memperoleh hasil karya dari penelitian ini dibagi dalam dua tahapan yaitu: metode eksperimen eksploratif dan metode eksperimen pengembangan. Dalam pembetukan karya tari ini menggunakan teknik eksperimen yang di dalamnya terbentuk dari eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan. Hasil dari proses pembentukan tari Dangiang Wulung ini menunjukkan bahwa penggunaan bambu pada tarian ini, menghasilkan sebuah karya tari tradisi yang mengangkat locus budaya Selaawi sebagai identitas budayanya.Kata kunci: Tari Dangiang Wulung, identitas, kreativitas, dan Selaawi
REPRESENTASI NILAI ESTETIKA TARI DANGIANG WULUNG SEBAGAI BENTUK TARI RAKYAT DI SELAAWI Sakti, Meiga Fristya Laras
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 1 (2022): "Menggali Inspirasi Dari Tradisi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i1.2071

Abstract

ABSTRAKTari Dangiang Wulung merupakan tarian yang bersumber pada kehidupan masyarakat Selaawi. Keunikan pola kehidupan masyarakat Selaawi yang memiliki daya kreatif memanfaatkan sumberdaya alam berupa bambu yang dijadikan sumber penghasilan mereka. Pada tarian ini juga memiliki keunikan yang berbeda dengan tarian rakyat lainnya, terlihat dari penggunaan bambu pada properti tari dan alat musik yang dipergunakan untuk mengiringi tariannya. Untuk menggali konsep estetika, menggunakan teori Estetika Instrumental dari A. A. M. Djelantik yang mengupas tiga aspek, yaitu; Wujud (appearance), Bobot atau isi (content, substance), dan penampilan atau penyajian (presentation). Metode yang digunakan pada penulisan ini adalah metode deskriptif analisis. Adapun hasil yang didapatkan pada karya tari ini berbentuk genre tari rakyat yang mampu menciptakan sebuah karya seni tari dengan ciri identitas Selaawi.Kata Kunci: Dangiang Wulung, Selaawi, dan Tari Rakyat.ABSTRACTREPRESENTATION OF THE AESTHETIC VALUE OF DANGIANG WULUNG DANCE AS A FORM OF PEOPLE DANCE IN SELAAWI, June 2022. Dangiang Wulung dance is a dance that originates from the life of the Selaawi community. The uniqueness of the life pattern of the Selaawi people who have creative power is to utilize natural resources in the form of bamboo which is used as their source of income. This dance also has a uniqueness that is different from other folk dances, as can be seen from the use of bamboo in the dance properties and the musical instruments used to accompany the dance. To explore the concept of aesthetics, using the theory of Instrumental Aesthetics from A. A. M. Djelantik which explores three aspects, namely; Appearance, weight or content, and appearance or presentation. The method used in this paper is a descriptive analysis method. The results obtained in this dance work are in the form of a folk dance genre that is able to create a dance art with the characteristics of the Selaawi identity.Keywords: Dangiang Wulung, Selaawi, and Folk Dance.
Musik Bambu Wiragawi: Representasi Komodifikasi Bambu dari Hasil Strukturasi di Tiga Locus Komarudin, Komarudin; Ramlan, Lalan; Laras, Meiga Fristya; Wiresna, Asep Ganjar; Saepudin, Asep
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan Vol 22, No 3 (2021): Desember 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v22i3.6188

Abstract

Wiragawi Bamboo Music: the Representation of Commodification of Bamboo from the Structural Results at Three Locus. The purpose of this study is to describe the results of the commodification of Wiragawi Bamboo Music as a Representation of Structuring in Three Locus, among others, in West Java Province, Yogyakarta Special Region (DIY), and East Nusa Tenggara (NTT). This study uses a qualitative method with a deeper socio-cultural structuration, represented as a work in the form of commodification of bamboo as a musical instrument. The commodification of bamboo as a participatory of 'bamboo body grows' can legitimize an identity and regional authenticity as a form of cultural resilience based on a cultural economy. Bamboo plays an essential role in the cultural process, from birth to death according to its era, so it can be said that bamboo and humans have a close correlation, according to the locus of the area. Research findings include producing a set of Wiragawi bamboo musical instruments as a result of the commodification of bamboo music at three locuses, namely West Java Province, Yogyakarta Special Region (DIY), and East Nusa Tenggara (NTT). The conclusion shows that the primary material of bamboo is still very open to being a source of inspiration in creativity, mainly to produce various new instruments according to the interests and developments of the era.
Karya Tari Dangiang Wulung sebagai Identitas Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut Komarudin Komarudin; Meiga Fristya Laras Sakti
PANGGUNG Vol 31 No 4 (2021): Implementasi Revitalisasi Identitas Seni Tradisi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v31i4.1789

Abstract

Kecamatan Selaawi merupakan salah satu daerah di Kabupaten Garut. Selaawi dikenal dengan banyaknya pengrajin yang membuat kerajinan tangan dari bambu. Beberapa jenis kesenian yang ada di Selaawi ini banyak memanfaatkan bambu sebagai bahan pembuatannya. Dari berbagai bentuk kesenian di Selaawi, belum ada penggarapan tari yang menggunakan bambu sebagai bahan penggarapannya. Maka dari itu, penggarapan karya tari Dangiang Wulung ini menggunakan unsur bambu baik dari alat musik, properti, dan kostum tarinya. Penggunaan metode dalam penciptaan tari ini menggunakan metode Participation Action Reseach (PAR). Metode yang dilakukan untuk memperoleh hasil karya dari penelitian ini dibagi dalam dua tahapan yaitu: metode eksperimen eksploratif dan metode eksperimen pengembangan. Dalam pembetukan karya tari ini menggunakan teknik eksperimen yang di dalamnya terbentuk dari eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan. Hasil dari proses pembentukan tari Dangiang Wulung ini menunjukkan bahwa penggunaan bambu pada tarian ini, menghasilkan sebuah karya tari tradisi yang mengangkat locus budaya Selaawi sebagai identitas budayanya.Kata kunci: Tari Dangiang Wulung, identitas, kreativitas, dan Selaawi
DARI KLASIK KE KONTEMPORER: DINAMIKA PERKEMBANGAN TARI SUNDA Meiga Fristya Laras Sakti; Lia Amelia; Ria Dewi Fajaria
Jurnal Seni Makalangan Vol. 12 No. 1 (2025): "Merawat Warisan" Nilai Tradisi dan Kontemporer
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan dalam dunia tari saat ini sangat pesat, terutama dalam bentuk penyajian tari. Munculnya beragam bentuk tari kreasi maupun tari kontemporer di wilayah Kota Bandung, menunjukkan perkembangan yang signifikan. Keberadaan penciptaan tari dapat bersinergi dan memberikan dampak positif dalam keilmuan seni tari, berupa proses penciptaan karya seni pertunjukan. Proses penciptaan tari di Kota Bandung khususnya dalam ruang akademisi tradisi, tanpa disadari berangkat dari bentuk kaidah Tari Sunda yang ada dalam ruang institusi menurut kurun waktu “Akademisi Seni Tari Indonesia (ASTI), Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) sampai dengan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung”. Tujuan penelitian ini mengungkapkan perkembangan idiom-idiom tari tradisi budaya Sunda yang direkontruksi dalam kaidah keilmuan penciptaan tari. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi, menggunakan teori Strukturasi A. Gidden. Dimana institusi ditempatkan sebagai agen perubahan yang melahirkan aktor-aktor yaitu seniman atau kreator tari hasil lulusan dari proses Pendidikan agen tersebut, sesuai dengan kurikulumnya. Bagaimana para aktor dapat mendominasi dan memiliki nilai otoritatif serta alokatif; Bagaimana aktor dapat melegitimasi hasil karya tarinya dan bagaimana peran agen dan aktor dalam mengsignifikansikan proses perkembangan fenomena kekaryaan tari saat ini. Hasil dari penelitian ini akan diseminarkan dengan capaian prosiding, jurnal nasional terakreditasi sinta, dan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) berupa karya tulis ringkasan penelitian.
Learning Local Cultural Values through the Tauco Monument: A Semiotic Study in the Context of Cianjur Society Agustina, Neng Wina Resky; Sakti, Meiga Fristya Laras
Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 3 (2025): Mei 2025
Publisher : Raja Zulkarnain Education Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55909/jpbs.v4i3.721

Abstract

Traditional food can be used as a culinary tour that can elevate the image of a region. One of Indonesia's regions with a variety of conventional foods is Cianjur Regency. In Cianjur Regency, there is a tauco monument as a marker. This study explores the meaning of the signs on the Tuco monument. Charles Sanders Pierce's Semiotic Theory is used to analyze and interpret the signs on the monument. This article examines the meaning of the Tauco Monument through the lens of Charles Sanders Peirce's semiotics. It connects it with project-based learning that involves direct observation, discussion, and creation of works, encouraging students to understand and express symbolic meanings through narrative, descriptive, and expository texts, as well as relevant educational media to shape the character and language skills of the younger generation. The monument was created to present the characteristics of Cianjur Regency, especially in the culinary field, taco, which is the identity of Cianjur that is already known in Indonesia. To be used as a self-identity of the Cianjur community, the monument is rich in various superior regional potentials manifested in the form of a memorial. All of them are a self-identity or identity of the community that has been forgotten in achieving and realizing and being grateful for the provision of sufficient natural resource potential from Allah SWT to the Cianjur community; of course, it must be managed optimally to fulfil the rights of the Cianjur community fully. 
Karya Tari Dangiang Wulung sebagai Identitas Kecamatan Selaawi Kabupaten Garut Komarudin, Komarudin; Sakti, Meiga Fristya Laras
PANGGUNG Vol 31 No 4 (2021): Implementasi Revitalisasi Identitas Seni Tradisi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v31i4.1789

Abstract

Kecamatan Selaawi merupakan salah satu daerah di Kabupaten Garut. Selaawi dikenal dengan banyaknya pengrajin yang membuat kerajinan tangan dari bambu. Beberapa jenis kesenian yang ada di Selaawi ini banyak memanfaatkan bambu sebagai bahan pembuatannya. Dari berbagai bentuk kesenian di Selaawi, belum ada penggarapan tari yang menggunakan bambu sebagai bahan penggarapannya. Maka dari itu, penggarapan karya tari Dangiang Wulung ini menggunakan unsur bambu baik dari alat musik, properti, dan kostum tarinya. Penggunaan metode dalam penciptaan tari ini menggunakan metode Participation Action Reseach (PAR). Metode yang dilakukan untuk memperoleh hasil karya dari penelitian ini dibagi dalam dua tahapan yaitu: metode eksperimen eksploratif dan metode eksperimen pengembangan. Dalam pembetukan karya tari ini menggunakan teknik eksperimen yang di dalamnya terbentuk dari eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan. Hasil dari proses pembentukan tari Dangiang Wulung ini menunjukkan bahwa penggunaan bambu pada tarian ini, menghasilkan sebuah karya tari tradisi yang mengangkat locus budaya Selaawi sebagai identitas budayanya.Kata kunci: Tari Dangiang Wulung, identitas, kreativitas, dan Selaawi