Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

The Relation of Kendang and Jaipongan: Functions and Inspirations of Kendang Musicality on Jaipongan’s Journey Wiresna, Asep Ganjar; Sobarna, Cece; Caturwati, Endang; Gunardi, Gugun
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 20, No 2 (2020): December 2020
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v20i2.24953

Abstract

This study aims to describe the Kendang relationship, as a traditional Priangan musical instrument, to the Jaipongan performing arts and dance. Kendang, which has a central function in the Jaipongan dance performance, has received less appreciation in West Java arts’ discourse. The Jaipongan dance art focuses on dance movements, although the song (gending) that accompanies the dance movement depends entirely on the Kendang music playing. This study used qualitative research methods. The data collection technique is done through interviews, observation, and document study. Data were analyzed through complete data collection activities and then adjusted the data and literature review, and in the end, described the research data. The results showed that Kendang, as a musical instrument has a relationship and attachment with the creation and development of the Jaipongan dance art. Kendang and the player (pengendang) have a vital function, in contrast to the stereotype that these instruments are only accompaniment to songs/dances in the performing arts. The Kendang instrument is an important part that regulates the tempo and the course of the Jaipongan dance performance. Pengendang, as artists and musicians, contribute greatly in communicating the performance of the performance both with dancers and the audience. Kendang is a source of inspiration for the creation of Jaipongan dance art. During the process of creating the Jaipongan dance, Gugum Gumbira acts as a creator communicating with other artists, both dancers, and pengendang.
Penerapan Metode Pembelajaran Team Quiz Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Dalam Materi Peristiwa Kedatangan Bangsa Barat Rika Rosita; Rokayah; Asep Ganjar Wiresna
Jurnal Edukasi Sebelas April Vol 5 No 2 (2021): JESA - Jurnal Edukasi Sebelas April
Publisher : STKIP Sebelas April Sumedang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran Team Quiz. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan tiga tahap dalam analisis data, reduksi data, penyajian data dan membuat kesimpulan. Hasil penelitian perolehan presentase sebelum dilakukan tingkat aktivitas siswa hanya mencapai 64% dan hasil belajar siswa 13,33%, sampai dengan siklus II yang mengalami peningkatan dengan presentasi tingkat aktivitas siswa 77,33 % dan hasil belajar siswa 73,33%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran Team Quiz mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Cipunagara Kecamatan Wado Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2020/2021
Gamelan Koromong dalam Konteks Ritual 14 Mulud pada Masyarakat Cikubang Sumedang Jawa Barat Sutisna, Rony Hidayat; Wiresna, Asep Ganjar; Sukmana, Ece
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan Vol 24, No 2 (2023): Agustus 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v24i2.7913

Abstract

This research is about the social transformation process in gamelan Koromong performance in Cikubang Village area, Sumedang Regency, West Java. The fundamental objective of this research is to analyze the structural changes resulting social changes in the ritual of gamelan Koromong in Cikubang. The villagers still carry out this ritual activity as an annual activity which has a predetermined time accorded to the local calendar (Sundanese calendar) exactly on 14th of Mulud. This ritual is carried out by Cikubang community as a manifestation of a form of devotion and gratitude expression to God for everything that has been received and perceived during life. This disclosure is carried out with full rules based on what has been passed down by the ancestors in this region as a guide or management of ritual customs which then develops and adapts as time changes. The results of the study reveal that there are various structures that undergo a process of transformation, both textually and contextually. In the old structure that is ritualistic as well as in the context of the performance, it is the local wisdom that has high philosophical values. These are highly attractive to analyze. However, the values of this local wisdom have been degraded resulting changes in values. This phenomena is an interesting cultural transformation process which becomes the background for this research. The research method applied was qualitative approach. The data collection techniques implemented by the author were observation, interview, and document studies. The results show that the initial context of Koromong art as a ritual slowly experiences transformation process over time becoming a performing art that is not only ritualistic, but also popular.Artikel ini mengenai proses perubahan sosial pada masyarakat pelaku ritual seni gamelan koromong yang berada di wilayah Kampung Cikubang Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Dasar pemikiran penting artikel ini adalah menganalisis perubahan struktur yang mengakibatkan terjadinya perubahan sosial pada ritual seni gamelan koromong Cikubang. Masyarakat di kampung ini masih melaksanakan kegiatan ritual ini sebagai rutinitas tahunan yang sudah ditentukan waktu pelaksanaannya pada penanggalan kalender lokal (kalender Sunda) yaitu pada tanggal 14 Mulud. Kegiatan ritual ini dilaksanakan oleh masyarakat Cikubang sebagai manifestasi dari bentuk pengabdian dan pengungkapan rasa bersyukur terhadap Tuhan atas segala yang telah diterima dan dirasakan selama menjalani kehidupan. Pengungkapan ini dijalankan dengan penuh aturan berdasarkan apa yang pernah diwariskan oleh para leluhur di wilayah ini sebagai panduan atau tata kelola adat ritual yang kemudian berkembang dan menyesuaikan terhadap perkembangan jaman. Hasil penelitian mengungkapkan terdapatnya berbagai struktur yang mengalami proses transformasi baik secara tekstual maupun kontekstual. Pada struktur yang bersifat ritual, dalam konteks pertunjukannya merupakan sebuah kearifan lokal yang mempunyai nilai filosofi tinggi yang menarik untuk dianalisis. Namun, nilai kearifan lokal ini mengalami degradasi yang mengakibatkan berubahnya nilai. Perubahan nilai tersebut merupakan sebuah proses perubahan sosial yang menarik untuk dikaji dan menjadi latar belakang pembahasan artikel ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konteks awal seni koromong dipakai oleh masyarakatnya sebagai seni ritual, perlahan-lahan mengalami proses perubahan seiring berubahnya waktu menjadi sebuah seni pertunjukan yang tidak hanya bersifat ritual saja namun bisa bersifat kekinian.
Musik Bambu Wiragawi: Representasi Komodifikasi Bambu dari Hasil Strukturasi di Tiga Locus Komarudin, Komarudin; Ramlan, Lalan; Laras, Meiga Fristya; Wiresna, Asep Ganjar; Saepudin, Asep
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan Vol 22, No 3 (2021): Desember 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v22i3.6188

Abstract

Wiragawi Bamboo Music: the Representation of Commodification of Bamboo from the Structural Results at Three Locus. The purpose of this study is to describe the results of the commodification of Wiragawi Bamboo Music as a Representation of Structuring in Three Locus, among others, in West Java Province, Yogyakarta Special Region (DIY), and East Nusa Tenggara (NTT). This study uses a qualitative method with a deeper socio-cultural structuration, represented as a work in the form of commodification of bamboo as a musical instrument. The commodification of bamboo as a participatory of 'bamboo body grows' can legitimize an identity and regional authenticity as a form of cultural resilience based on a cultural economy. Bamboo plays an essential role in the cultural process, from birth to death according to its era, so it can be said that bamboo and humans have a close correlation, according to the locus of the area. Research findings include producing a set of Wiragawi bamboo musical instruments as a result of the commodification of bamboo music at three locuses, namely West Java Province, Yogyakarta Special Region (DIY), and East Nusa Tenggara (NTT). The conclusion shows that the primary material of bamboo is still very open to being a source of inspiration in creativity, mainly to produce various new instruments according to the interests and developments of the era.
Pembangunan dan Penataan Wisata Religi Berbasis Seni Budaya Lokal Jaeni; Subiantoro, Ignatius Herry; Rudiana, Mohamad; Wiresna, Asep Ganjar; Sila, Gita Eka
International Journal of Community Service Learning Vol. 9 No. 1 (2025): February
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/ijcsl.v9i1.86549

Abstract

Seni budaya lokal masih dalam wujud kemasan yang konvensional dan belum diperlakukan secara profesional. Tujuan penelitian ini, terutama dalam pemberdayaan ekonomi dari aspek seni budaya yang mereka miliki, disamping menciptakan wisata religi berbasis seni budaya lokal. Metode yang digunakan adalah kualitatif melalui pendekatan pelatihan dan pengembangan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan pelatihan seni. Analisis data dilakukan secara interaktif pada setiap tahap persiapan, sosialisasi, pelatihan, penerapan teknologi, pendampingan dan evaluasi, serta keberlanjutan program. Hasil kegiatan menunjukkan wisata religi sebuah desa yang dikemas dalam balutan seni budaya lokal, seperti  upacara mapag sri, ngunjung buyut, dan muludan yang merupakan aktivitas religius dibalut dengan kemasan seni budaya lokal beriringan dengan  pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sebuah keniscayaan, bahwa pengembangan wisata dan pemberdayaan ekonomi akan tercipta dengan kreativitas-kreativitas budaya dan sentuhan seni lokal masyarakat yang dimilikinya. Implikasi penelitian ini dapat mendorong pelestarian nilai-nilai budaya lokal yang semakin terintegrasi dalam kegiatan wisata religi, sehingga memperkuat identitas dan kearifan lokal.
Manajemen Seni Pertunjukan Sebagai Metode Pengembangan Karakter Wiresna, Asep Ganjar
Awilaras Vol 9 No 1 (2022): INOVASI BUDAYA LOKAL
Publisher : LPPM ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/jal.v9i1.2610

Abstract

Pendidikan karakter melalui mata pembelajaran tentang manajemen seni pertunjukan merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak dan Pendidikan. Pengaturan tersebut mencakup sifat diri yang berhubungan dengan nilai komoditas, pandangan hidup, ilmu pengetahuan, norma yang berlaku dalam masyarakat setempat. Sikap tersebut selaras dengan nilai luhur Pancasila terhadap keselarasan, penanaman, dan pembentukan karakter yang sangat penting dalam perkembangan seseorang. Metode tersebut diselaraskan dengan segmentasi seni pertunjukan dan pergelaran seni yang dikemas menjadi suatu aturan dalam penyusunan kekaryaan yang multikultural di antaranya, internisasi, keteladanan, pembiasaan, nasihat, kesepakatan dan nilai-nilai dalam aturan-aturan yang telah disepakati. Pendidikan karakter dengan media manajemen seni pertunjukan tersebut sangat erat dengan ketahanan negara, yakni dengan melestarikan budaya dan keanekaragaman budaya dan budi pekerti, Pendidikan moral, dan pendidikan watak serta pandangan hidup, ilmu pengetahuan, strategi yang berlaku dalam masyarakat setempat dalam mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Manajemen Seni Pertunjukan