Kadek Fajar Marta
Division Of Urogynecology, Department Of Obstetrics And Gynaecology Udayana University, Sanglah General Hospital, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

EFEKTIVITAS SENAM KEGEL UNTUK MENCEGAH DAN MENGATASI GEJALA PROLAPS ORGAN PANGGUL PASCA PERSALINAN Fajar Marta, Kadek
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 4 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prolaps organ panggul merupakan salah satu kelainan ginekologi yang sering ditemukan, dan kejadiannya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup.Kelainan ini menimbulkan penurunan kualitas hidup penderita.Prolaps organ panggul merupakan suatu kelainan komplek yang bersifat multifaktor.Persalinan merupakan faktor risiko yang paling umum kita temui, pada persalinan dapat menyebabkan terjadinya cedera pada otot dasar panggul. Prolaps organ panggul dapat ditangani secara konservatif maupun penanganan secara bedah.Pilihan terapi berbeda untuk tiap individu.Sejak diperkenalkan oleh Arnold Kegel pada tahun 1950, latihan otot dasar panggul sudah digunakan sebagai penanganan konservatif pada prolaps organ panggul. Latihan ini dikenal sebagai Kegel exercise atau senam Kegel. Dengan tujuan memperkuat otot penyokong dasar panggul terutama otot pubokoksigeus. Dari penelitian yang ada dengan melakukan senam Kegel dapat dapat kita peroleh hasil yang efektif untuk: 1. Menurunkan gejala penyerta prolaps. 2. Menurunkan stadium prolaps. 3. Meningkatkan kekuatan dan volume otot dasar panggul. Dengan melakukan senam Kegel baik berupa latihan panjang maupun latihan cepat dan singkat dengan baik dan benar kualitas hidup wanita dapat ditingkatkan.Hal ini ditunjang dengan pertemuan dan latihan yang diperoleh dari terapis. Dengan pembahasan teknik senam Kegel, penulis mengharapkan tenaga medis dapat mensosialisasikan latihan ini terutama karena latihan ini mudah untuk dilakukan dan tidak memerlukan biaya dengan hasil yang baik.Serta menghindari tindakan episotomi, vakum dan forcep apabila tidak diperlukan.
REKONSTRUKSI AGENESIS VAGINA Fajar Marta, Kadek
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 4 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Agenesis vagina merupakan suatu bentuk kelainan kongenital dimana tidak terbentuknya vagina dengan perkembangan seks sekunder yang normal.Paling sering ditemukan pada sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser ( MRKH Syndrome). Penyebab secara pasti belum diketahui, diperkirakan berhubungan dengan kelainan yang bersifat genetik. Agenesis vagina perlu mendapat penanganan yang serius. Pada sari pustaka ini dipaparkan empat strategi yang diketahui secara baik untuk penanganan sindrom MRKH, yang pertama adalah metode non bedah dengan menggunakan dilator, bersifat minimal invasif namun memerlukan kerjasama, kesabaran dan motivasi kuat  dari penderita, karena hasil yang baik baru tercapai setelah penggunaan dilator selama berbulan bulan. Pada setiap pasien dengan agenesis vagina dianjurkan memakai strategi yang pertama. Strategi kedua dengan pembedahan yaitu membuat ruang vagina baru pada cekungan vagina kemudian dilapisi dengan graft dan kemudian digunakan suatu bentuk cetakan untuk mempertahankan graft. Strategi ketiga adalah membuat vagina  memakai jaringan vagina sendiri dengan melakukan traksi dari abdomen dan memasang akrilik yang berbentuk seperti buah zaitun pada cekungan vagina. Strategi keempat yang merupakan strategi terbaru adalah balloon vaginoplasty yaitu membuat vagina dengan traksi menggunakan balon kateter
Wider pelvic transverse and intertuberum diameter are risk factors for pelvic organ prolapse Kadek Fajar Marta; Ketut Suwiyoga; I Wayan Megadhana
Neurologico Spinale Medico Chirurgico Vol 3 No 2 (2020)
Publisher : Indoscholar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36444/nsmc.v3i2.110

Abstract

Background: Pelvic floor’s shape and size are suspected of having associations with the occurrence of pelvic organ prolapse (POP). However, these relationships are not definitive and have never been evaluated. This study aims to identify the relationship between POP and pelvic floor size. Methods: This is a cross-sectional study involving women with or without POP who underwent gynecologic visits at the outpatient clinic. POP was diagnosed using the POP-Q questionnaire, whereas pelvic floor diameter was measured from the x-ray, comprising anteroposterior (AP), transverse (TS), interspinous (IS), and intertuberous (IT) diameters. Results: The TS and IT diameter of subjects with POP are significantly wider (p<0.001 and p=0.016), on the other hand, the AP and IS diameter were similar among two groups (p=0.36 and p=0.58). The subjects who have TS and IT diameter each above 12.185 and 10.140 cm have a higher risk of POP when compared to those who have TS and IT diameter lesser than the corresponding values (PRTS 3.85, 95% CI1.47-20.11; p<0.001; PRIT 2.49, 95% CI 1.12-5.53; p=0.013), with both, have partial correlation but TS more significant (Lambda 0.7; p-value 0.001 and Lambda 0.4; p-value 0.075). There was a relationship between a pelvic floor with POP. Subjects with POP have wider TS and IT diameters when compared to non-POP subjects. Conclusion: TS and IT diameters above 12.185 cm and 10.140 cm increase the risk of POP.
Purandare Hysteropexy in A 32 Years Old Woman with Stage III Pelvic Organ Prolapse and Cesarean History: Case Report Kadek Fajar Marta; I Wayan Megadhana; I Gede Mega Putra; Andy Susanto
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 5 Nomor 2 September 2022
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v5n2.347

Abstract

Background: In reproductive age and low-parity women, pelvic organ prolapse is an uncommon case. Although this condition isn’t harmful, giving an appropriate treatment is important while considering women needs. This case report covers about the management of Purandare hysteropexy in a 32 years old woman with stage III pelvic organ prolapse and cesarean section history.Case: Conservative surgical therapy, Purandare hysteropexy, was performed on a reproductive age woman with stage III pelvic organ prolapse who wish to conserve her uterus.Result: Purandare hysteropexy was successfully performed on the patient, and she has better quality of life and minimal complaint after surgery.Conclusion: Purandare hysteropexy is an appropriate conservative surgical therapy, comparable to mesh using surgery, for women of reproductive age with pelvic organ prolapse.Histeropexi Purandare pada Wanita Usia 32 Tahun dengan Prolaps Organ Panggul Derajat III dan Riwayat Seksio Cesarea: Laporan KasusAbstrakLatar Belakang: Prolaps organ panggul adalah kasus yang jarang terjadi pada wanita usia reproduktif atau riwayat paritas rendah. Walaupun kondisi ini tidak berbahaya, terapi yang diberikan harus sesuai dengan keperluan dari wanita. Laporan kasus ini menggambarkan proses manajemen histeropexi purandare pada wanita usia 32 tahun dengan prolaps organ panggul wanita derajat III dan riwayat seksio cesarea.  Kasus: Terapi bedah konservatif, histeropexi purandare, dilakukan pada wanita usia reproduktif dengan prolaps organ panggul derajat III yang masih ingin mempertahankan uterusnya. Hasil: Purandare histeropeksi berhasil dilakukan pada pasien. Pasien mempunyai kualitas hidup dan keluhan yang minimal setelah prolaps organ panggul Kesimpulan: Histeropexi Purandare adalah terapi bedah konservatif, yang sesuai, setara dengan pembedahan yang menggunakan mesh, untuk dilakukan pada wanita usia reproduktif dengan prolaps organ panggul. Kata kunci: prolaps organ panggul, wanita usia reproduktif, purandare, histeropexi.