I Wayan Megadhana
Department Of Obstetrics And Gynaecology, Udayana University, Bali, Indonesia

Published : 26 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

UPAYA PENCEGAHAN PROLAPS ORGAN PANGGUL Megadhana, Wayan
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Upaya pencegahan terjadinya POP dapat dilakukan dengan berbagai cara. Merencanakan dilakukan operasi sectio cesarea (SC) terutama pada ibu – ibu yang memiliki resiko terjadinya POP, dengan menggunakan sistim skoring (UR-CHOICE) meliputi beberapa faktor risiko seperti: riwayat inkontinens urin sebelum hamil, usia anak pertama, indeks massa tubuh, suku, riwayat keluarga dengan disfungsi organ panggul, berat bayi, tinggi ibu. Pengurangan berat badan merupakan upaya preventif yang berhubungan dengan perbaikan secara subjektif tetapi tidak secara objektif dengan pelvic organ prolapse quantification (POP-Q) (Giarenis., 2014). Upaya menurunkan berat badan dan menjalani pola hidup sehat, menghindari mengangkat benda – benda berat dan mencegah konstipasi merupakan upaya pencegahan POP yang semuanya bertujuan mengurangi tekanan pada otot dasar panggul (Braekken., 2010).
EKSPRESI PROTEIN BCL-2 TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN DERAJAT DIFERENSIASI SEL PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL Megadhana, Wayan
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kanker ovarium merupakan suatu keganasan di bidang ginekologi yang cukup banyak dijumpai di kalangan wanita. Sekitar 90 % dari kanker ovarium berasal dari jaringan epitelial. Berdasarkan penilaian mikroskopis, sel kanker ovarium epitelial dapat dibagi menjadi derajat diferensiasi baik, sedang, dan buruk. Ratusan gen terkait kanker telah ditemukan. Gen pengatur apoptosis merupakan salah satu gen yang penting karena dengan menurunnya proses apoptosis merupakan salah satu dari tujuh perubahan mendasar pada transformasi keganasan kanker. Mutasi sel pada gen yang mengatur proses apoptosis dapat menyebabkan sel kanker ovarium epitelial resisten terhadap apoptosis, sehingga sel dapat menyerupai atau gagal menyerupai sel normalnya. Salah satu gen yang berperan dalam proses apoptosis adalah gen Bcl-2. Overekspresi Bcl-2 dapat mencegah atau mengurangi kematian sel yang di induksi oleh berbagai macam stimulus. Dengan demikian maka dalam penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara ekspresi bcl-2 dengan derajat diferensiasi sel pada kanker ovarium epitelial   Penelitian ini merupakan studi cross-sectional di Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Patologi Anatomi dan Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar yang dilakukan mulai Januari 2012 sampai bulan Desember 2013 dengan sampel penelitian sebanyak 51 buah blok parafin. Sampel blok parafin ini dikelompokkan berdasarkan derajat diferensiasi kanker ovarium epitelial yaitu derajat diferensiasi baik, sedang dan buruk. Masing-masing kelompok derajat diferensiasi kanker ovarium epitelial dilakukan pemeriksaan ekspresi protein bcl-2 dengan teknik imunohistokimia, yang kemudian dilakukan analisis hubungan antara ekspresi protein bcl-2 pada kanker ovarium epitelial pada derajat diferensiasi baik, sedang dan buruk dengan menggunakan uji Spearman.   Penelitian ini memperoleh rerata umur (P=0,217), paritas (P=0,809) dan Indek Massa Tubuh (IMT) (P=0,363), pada ketiga kelompok derajat diferensiasi kanker ovarium epitelial adalah homogen. Berdasarkan uji Spearman diperoleh tidak terdapat hubungan antara ekspresi protein bcl-2 dengan derajat diferensiasi sel pada kanker ovarium epitelial (r=0,217, P=0,127).  
PERBANDINGAN EKSPRESI BCL-2 PADA TUMOR OVARIUM EPITELIAL TIPE JINAK, BORDERLINE, DAN GANAS Megadhana, Wayan
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tumor ovarium merupakan masalah ginekologi onkologi di seluruh dunia dan keganasannya merupakan penyebab kematian terbanyak pada semua keganasan ginekologi. Pembagian tumor ovarium epitelial tipe jinak, borderline dan ganas menyebabkan keragaman karakteristik tumor sehingga menimbulkan kesulitan dalam penatalaksanaannya. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menemukan suatu marker yang dapat digunakan untuk deteksi dini, prognosis dan pedoman dalam penatalaksanaannya sehingga diharapkan dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penderita. Beberapa peneliti melakukan pendekatan secara genetika untuk mengungkap etiopatogenesis terjadinya suatu tumor. Salah satu gen yang berperan dalam terjadinya suatu tumor adalah Bcl-2 yang merupakan protein yang mengekspresikan gen BCL2. Dengan demikian maka dalam penelitian ini dilakukan perbandingan ekspresi Bcl-2 pada tumor ovarium epitelial tipe jinak, borderline dan ganas. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional di Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Patologi Anatomi dan Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar yang dilakukan mulai Maret 2012 sampai Desember  2013 dengan sampel penelitian sebanyak 49 buah blok parafin. Sampel blok parafin ini dikelompokkan berdasarkan atas tipe tumor ovarium epitelial yaitu tipe jinak, borderline dan ganas. Masing-masing kelompok tipe tumor dilakukan pemeriksaan ekspresi Bcl-2 dengan teknik imunohistokimia, yang kemudian dilakukan perbandingan ekspresi Bcl-2 pada tumor ovarium epitelial tipe jinak, borderline dan ganas dengan menggunakan uji Chi-Square. Penelitian ini memperoleh rerata umur, Indek Massa Tubuh (IMT) dan paritas pada ketiga  kelompok tipe tumor ovarium epitelial adalah homogen. Ekspresi Bcl-2 pada tumor ovarium epitelial tipe jinak, borderline dan ganas berturut-turut adalah 0%, 7,69% dan 35%. Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh perbedaan ekspresi Bcl-2 pada tumor ovarium epitelial tipe jinak dengan ganas (p=0,009), tidak terdapat perbedaan ekspresi Bcl-2 pada tumor ovarium epitelial tipe jinak dengan borderline (p=0,448) dan tidak terdapat perbedaan ekspresi Bcl-2 pada tumor ovarium epitelial tipe borderline dengan ganas (p=0,082).  
UPAYA PENCEGAHAN PROLAPS ORGAN PANGGUL Megadhana, Wayan
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prolaps organ panggul (POP) adalah turunnya organ – organ yang mengisi daerah panggul yaitu: uterus, kandung kemih dan rektum, dari posisi anatomis yang normal masuk ke vagina atau sebagian sekitar 2% sampai menonjol keluar dari vagina. Prevalensi prolaps organ panggul secara epidemiologi berkisar 30 – 45% pada wanita usia diatas 50 tahun atau dengan status pascamenopause. Prolpas organ panggul dapat dibagi menurut tipenya, yaitu: prolaps uterus, prolaps dinding anterior vagina yaitu kandung kemih (sistokel) dan prolaps dinding posterior vagina yaitu rektum (rektokel). Kekuatan organ panggul terletak pada sistem penyokong organ panggul yang terdiri dari fasia endopelvis, otot levator ani (puborektalis, pubokoksigeus dan iliokoksigeus), ligamentum sakrouterina, ligamentum kardinal dan badan perineum atau perineal body.Penyebab terjadinya POP bersifat kompleks dan multifaktorial. Adapun faktor penyebabnya meliputi: demografi (usia, status pascamenopause), obstetri (paritas, persalinan pervaginam, instrumentasi pervaginam), operasi daerah pelvis (histerektomi, operasi POP), gangguan pencernaan (konstipasi kronik), gangguan jaringan penyokong (Ehlers-Danlos/Benign joint, hypermobility syndrome, Marfan syndrome). pola hidup (obesitas, merokok, penyakit gangguan pernafasan, olahraga yang berlebihan), genetik (riwayat keluarga, kulit putih). Kendati demikian faktor utama penyebab POP sampai saat ini disebabkan persalinan pervaginam dimana terjadi trauma pada otot – otot dasar panggul (muscle trauma) berupa peregangan maksimal dan penekanan keberadaan bayi dan cedera pada persyarafan (neuropathy injury) baik saat mengandung maupun saat persalinan dengan tindakan mengedan. Upaya pencegahan menjadi jawaban utama untuk mencegah terjadinya POP, ini dikarenakan biaya operasi POP sangat besar, memerlukan tenaga yang profesional serta rekurensi POP cukup besar sekitar 13% pasien akan kembali dioperasi dalam 5 tahun kemudian. Adapun upaya pencegahan dapat berupa perencanaan sectio cesarea pada pasien yang memiliki indikasi, mengurangi berat badan dengan menjalani pola hidup sehat karena dengan berat badan ideal maka akan mengurangi tekanan dan trauma pada otot dasar panggul, melakukan secara teratur senam Kegel untuk memperkuat otot dasar panggul dan pemberian terapi Hormone Replacement Therapy (HRT) berupa estrogen dan konjugasinya yang akan memperkuat ligament, otot dan mukosa vagina. Ada beberapa bentuk sediaan yang dapat digunakan terutama yang sesuai dengan kenyamanan penggunanya.
Treatment of a Recurrent Vaginal Obstruction With a Modified Mold After an Excision of a Transverse Vaginal Septum Megadhana, I Wayan
BALI MEDICAL JOURNAL Vol 5 No 2 (2016)
Publisher : BALI MEDICAL JOURNAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.805 KB)

Abstract

Background: A vaginal obstruction often occurs as a complication in women who had previously undergone an excision of a transverse vaginal septum. The use of a mold coated with membranes in the correction surgery provides a good healing prognosis. Objective: To report a case of a treatment of a recurrent vaginal obstruction with a modified mold after undergoing an excision of a transverse vaginal septum in a 15-year-old woman. Result: A follow-up on the patient, four months after using the modified mold, showed a regular menstrual cycles without a sign of vaginal narrowing, an infection, nor a complaint. Conclusion: The treatment using a modified mold, for a recurrent vaginal obstruction after an excision of a transverse vaginal septum, is a new innovation with a satisfactory result.
ABDOMINAL BLUNT INJURY AMONG PREGNANCY I Gede Egy Saputra Jaya; Ketut Putera Kemara; I Wayan Megadhana
E-Jurnal Medika Udayana vol 2 no5(2013):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.322 KB)

Abstract

Pregnancy is an important event that blissful for pregnant women, but it can be changed when bad things happen on the pregnancy. Trauma to the pregnant women is one of the most cause of the non-obstetic tresulting in morbidity and mortality in pregnancy by 6-7% on the whole pregnancy. The death of the fetus even more happened many compared with mortality pregnant at gets reinjured because trauma, which reached 65 %. Unique changes in anatomy and Physiology during pregnancy change the pathophysiology and the location of trauma to pregnant women. For doctors, this poses challenges because care must be devoted to two patients, the mother and fetus that it contains. This can be resolved more easily if the doctors understand the changes in anatomy, Physiology, mechanisms of injury and trauma assessment in pregnant women.  
THE MANAGEMENT OF HIV INFECTION IN PREGNANCY Clara Marcaelia Valerian; Ketut Putera Kemara; I Wayan Megadhana
E-Jurnal Medika Udayana vol 2 no1 (2013):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (50.841 KB)

Abstract

The Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a RNA retrovirus which causes the clinical disease termed the acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Mother-to-child transmission is the main source of spreading HIV infection to the child with frequency is as high as 25-30%. This may occurred because of the intrapartum maternal blood exposure, infected genital tract secretions and during breastfeeding. The right combination of ARV treatment and elective section caesarean delivery has been proved to reduce the mother-to-child transmission of HIV infection prevalence and preventing obstetric complications significantly. Consultation and follow up with specialists is highly recommended.
PENUNDAAN PENJEPITAN TALI PUSAT SEBAGAI STRATEGI YANG EFEKTIF UNTUK MENURUNKAN INSIDEN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA BAYI BARU LAHIR Ida Bagus Rendra Kurniawan Artha; Ketut Putera Kemara; I Wayan Megadhana
E-Jurnal Medika Udayana vol 2 no 9 (2013):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.564 KB)

Abstract

Iron Deficiency Anemia in infants is a health problem that is almost in the entire developed world. Iron Deficiency Anemia is an anemia that is common in babies with the highest incidence in 6 to 24 months. The high prevalence of anemia in infants aged 6-9 months is associated with insufficient backup storage of iron in the baby so that it can lead to impaired growth and development within the first 6 months of life. Time of Cord Clamping play an important role in determining the adequacy of iron in the newborn. Cord Clamping is one of active management of the third stage. Delayed Cord Clamping about 2-3 minutes can give the redistribution of blood between the placenta and the baby, giving assistance placental transfusion acquired by infants as much as 35-40 ml/kg and contains 75 mg of iron as sufficient hemoglobin, that fulfill the needs iron newborn babies in first three monthsof his life.
MISOPROSTOL FOR INDUCTION OF LABOR IN TERM PREGNANCY Gede Angga Permana AW; Putera Kemara; I Wayan Megadhana
E-Jurnal Medika Udayana vol 3 no 1 (2014):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.509 KB)

Abstract

Induction of labor refers to the process whereby uterine contractions are initiated bymedical or surgical means before the onset of spontaneous labor. Several studies haveshown that continuous intravenous infusion of oxytocin is less efficient, particularlywhen there are unfavorable cervical conditions, leading frequently to a cesarean section,because of induction failure. Misoprostol is a cervical modifying agent and laborinductor. The typical effect of a single dose of oral misoprostol is an increase in uterinetonus. Sustained plasma level of misoprostol is required for the development of regularcontractions appear. The bioavailability of vaginal misoprostol also greater compared tooral, sublingual and rectal administration. Using misoprostol for cervical ripening andlabor induction represented a 47% reduction in the risk of having a cesarean section(risk ratio = 0.53). In cases of unfavorable cervix condition, the use of misoprostolcould produce several beneficial effects compared to other inductor such as oxytocin
POLYCYTHEMIA RISK IN NEONATES WITH DELAYED CORD CLAMPING I Gusti Agung Ayu Sri Wulandari Pramana; Ketut Putera Kemara; I Wayan Megadhana
E-Jurnal Medika Udayana vol 2 no 8 (2013):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.621 KB)

Abstract

Delayed Cord Clamping is still a controversial issue in the world of medicine. Until recently, the perfect times to do a Delayed Cord Clamping in various parts of the Earth in the world are still very diverse. There are a few things that became a major concern associated with Delayed Cord Clamping, one of which is the increase in blood volume due to an increase in the number of erythrocytes which led to occurrence of neonatal polycythemia which later can lead to various complications. Polycythemia in neonates is a situation where the value of venous blood hematokrit over 65% (0.65) or the amount of hemoglobin more than 22gr/Dl. However, to date the data from a variety of the latest research and analysis of the studies mention that the polycythemia that occurs in neonates with umbilical cord pinching the flush delay was mild polycythemia that can improve after 48 to 72 hours after the baby is born.