Octavia Dwi Wahyuni
Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PROGRAM PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DI L KELURAHAN TOMANG JAKARTA BARAT Octavia Dwi Wahyuni; Sari Mariyati Dewi; Chrismerry Song
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 2, No 2 (2019): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.561 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v2i2.7218

Abstract

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global dan menyerang semua usia. Data WHO menunjukkan kematian yang terjadi di dunia hampir dua pertiganya disebabkan oleh PTM, sedangkan di Indonesia diperkirakan mencapai 75 persen pada tahun 2025. Kematian akibat PTM diperkirakan terus meningkat terutama di negara-negara menengah dan miskin. PTM bertanggung jawab terhadap tiga kali dari disability adjusted life years (DALYs) dan lima kali dari penyebab kematian dibandingkan penyakit menular. Salah satu penyebab peningkatan PTM karena kurangnya kesadaran akan berolahraga. Oleh karena itu, Kemenkes RI mencanangkan GERMAS (gerakan masyarakat hidup sehat) yang salah satunya adalah melakukan olahraga secara teratur dan terukur. Olahraga bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah sekaligus mengatur berat badan. Olahraga sebaiknya dilakukan rutin 3-5x/minggu dengan total aktivitas 150 menit dan melibatkan banyak otot tubuh. Senam masal kesegaran jasmani merupakan olahraga yang paling sesuai dan mudah dilakukan. Tetapi permasalahan yang timbul pada hampir sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini maupun warga Tomang adalah masih kurang menyadari akan pentingnya berolahraga. Provinsi DKI Jakarta sendiri menempati urutan pertama dalam besarnya penduduk dengan aktivitas fisik kurang. Bentuk kegiatan yang dilakukan untuk menggiatkan kesadaran berolahraga masyarakat Tomang adalah senam masal kesegaran jasmani. Kegiatan PKM diikuti oleh 87 peserta yang meliputi warga Kelurahan Tomang termasuk ibu-ibu PKK dan ketua RT/RW. Para peserta sangat aktif dan bersemangat saat melakukan senam. Olahraga perlu dilaksanakan secara rutin untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup warga, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat PTM serta meningkatkan kebersamaan warga Kelurahan Tomang.
UPAYA MENCIPTAKAN TEMPAT TIDUR BERSIH DI PANTI WREDHA SALAM SEJAHTERA BOGOR JAWA BARAT Chrismerry Song; Norbert Tanto Harjadi; Octavia Dwi Wahyuni; Alfianto Martin
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 2, No 2 (2019): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.248 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v2i2.7220

Abstract

Alergi adalah reaksi hipersensitifitas yang diperantarai oleh mekanisme imunologi, memengaruhi hampir seluruh jaringan tubuh dan menimbulkan gejala klinik sesuai organ yang terkena. Tungau debu rumah (TDR) merupakan salah satu penyebab alergi tersering. Penyakit-penyakit akibat alergi dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari, menurunkan kualitas hidup, dan berdampak pada aktivitas sosial penderitanya. Lansia merupakan kelompok yang rentan terhadap alergi karena daya tahan tubuhnya yang lebih rendah. Permasalahan polifarmasi lansia secara signifikan dapat meningkatkan risiko interaksi obat dengan obat, sehingga tindakan preventif sangat penting. Hasil visitasi berkala memperlihatkan bahwa beberapa penghuni mengalami manifestasi penyakit alergi seperti asma, rhinitis alergika dan dermatitis berulang, bahkan menderita beberapa kali serangan asma dan sesak nafas sehingga harus dilarikan ke RS. Kamar tidur merupakan tempat lansia menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kebersihan kasur dan peralatan tidur sangat penting. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) dilakukan di Panti Wredha Salam Sejahtera, Bogor dengan cara menghisap debu dari permukaan tempat tidur, bantal, dan guling penghuni panti, menggunakan alat penghisap debu berkekuatan 400 watt. Total sebanyak 70 kamar yang terisi pada saat kegiatan PKM dilakukan, namun hanya 58 kamar yang disedot debunya. Lama penyedotan pada 1 kamar sekitar 10 – 15 menit. Total debu yang tersedot dari semua tempat tidur adalah 19,1 gram (mean 0,33gram). TDR yang ditemukan sebanyak 144 ekor tungau (mean 2,48).
EDUKASI PENCEGAHAN PENYAKIT PARU PADA ANAK JALANAN DAN MARJINAL KOMUNITAS SAHABAT ANAK GROGOL JAKARTA BARAT Octavia Dwi Wahyuni; Hadisono Hadisono; Twidy Tarcisia
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 2 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v3i2.9490

Abstract

Lung and respiratory disease are a condition that generates the largest burden of disability-adjusted life-years (DALYs) and most common in the world. The top estimated 10 causes of death worldwide are in 2040, three of them are due to lower respiratory tract infections, chronic obstructive pulmonary disease and lung cancer, which are members of "The Big Five". Common risk factors for respiratory disease are active and passive smoking, pollutants, densely populated areas with low socioeconomic conditions. So, the most vulnerable to exposure are street and marginalized children. In Sahabat Anak Community, which serves street and marginalized children, many children who suffer from acute respiratory infection or cough and colds that aren’t getting better, some even have tuberculosis and shortness of breath. That is because they don’t understand and care about the situation. Therefore, the easiest solution is providing health education and examples directly to prevent disease transmission. Participants were 100 children who assisted by Sahabat Anak Grogol, aged 4-19 years, but only 77 children from grade 4 elementary school filled the questionnaire. The results of the pre-test and post-test to determine the level of knowledge and understanding obtained an average increase from 28.57% to 71.43%. Pollutants on the road (vehicle fumes, dust, cigarette smoke, etc.) are the main risk factors for COPD in street children. Increased understanding and knowledge can change behaviour so the incidence of non-communicable and non-communicable lung and airway diseases in Sahabat Anak Community can reduced and ultimately will improve their quality of lifeABSTRAK:Penyakit paru dan saluran napas merupakan keadaan yang menghasilkan beban disability-adjusted life-years (DALYs) terbesar dan paling sering terjadi di dunia. Estimasi 10 terbanyak penyebab kematian di seluruh dunia pada tahun 2040, tiga diantaranya diakibatkan berturut-turut oleh infeksi saluran napas bawah, penyakit paru obstruksi kronik dan kanker paru yang merupakan anggota “The Big Five”. Faktor risiko umum dari penyakit paru dan saluran napas tersebut yaitu perokok aktif maupun pasif, polutan, wilayah padat penduduk dengan sosioekonomi rendah sehingga yang paling rentan terpapar adalah anak jalanan dan marginal. Di Komunitas Sahabat Anak yang melayani anak-anak jalanan dan marjinal masih banyak yang menderita ISPA (infeksi saluran napas akut)/batuk pilek tidak sembuh-sembuh, beberapa bahkan TBC dan sesak napas. Hal tersebut karena mereka tidak paham dan tidak peduli mengenai keadaan tersebut. Oleh karena itu, maka solusi yang paling mudah dilakukan adalah memberikan penyuluhan dan contoh langsung cara pencegahan penularan penyakit. Peserta kegiatan adalah 100 anak binaan Sahabat Anak Grogol dengan rentang usia 4-19 tahun, tetapi pengisian kuesioner hanya dilakukan oleh 77 anak dari kelas 4 SD ke atas. Hasil pre-test dan post-test untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman didapatkan rerata peningkatan 28,57% menjadi 71,43%. Polutan di jalan (asap kendaraan, debu, asap rokok, dan lain-lain) menjadi faktor risiko utama terjadinya PPOK pada anak jalanan. Peningkatan pemahaman dan pengetahuan dapat merubah perilaku sehingga menurunkan angka kejadian penyakit paru dan saluran napas tidak menular serta tidak menular di Komunitas Sahabat Anak dan akhirnya meningkatkan kualitas hidup mereka.