Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PERBANDINGAN NILAI PRAKTIKUM HISTOLOGI BERDASARKAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA KEDOKTERAN Chris, Arlends; Dewi, Sari Mariyati; Tarcisia, Twidy; Tasdin, Willy
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v1i1.440

Abstract

Dalam kehidupan sehari-hari, mahasiswa pasti akan mengalami kecemasan dalam berbagai situasi lingkungan akademik. Mahasiswa kedokteran khususnya, memiliki kecenderungan tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa lainnya dalam rentang umur sebaya. Tingkat kecemasan ini dapat memberikan efek negatif bila tidak tertangani dengan baik, terutama terhadap performa akademik mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan nilai praktikum Histologi mahasiswa berdasarkan tingkat kecemasan mahasiswa. Diharapkan, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengurangi tingkat kecemasan mahasiswa kedokteran dalam menjalani pendidikannya sebagai calon dokter. Metode yang digunakan adalah desain kuantitatif dengan membandingkan tingkat kecemasan terhadap hasil ujian mahasiswa. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Beck Anxiety Inventory (BAI) dan tes akademik. Responden terdiri dari 88 orang mahasiswa yang dipilih dengan cara purposive non-random sampling. Data yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 22 menggunakan one-way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa rata-rata nilai ujian praktikum Histologi pada mahasiswa dengan tingkat kecemasan rendah (mean=80.95±8.78) lebih tinggi daripada kelompok mahasiswa dengan tingkat kecemasan sedang (mean=72.87±12.03) dan tinggi (mean=77.00±10.81). Hasil uji homogenitas variansi dengan Levene Statistic adalah 0.651 dengan nilai kemaknaan sebesar 0.524 (p>0.05) yang berarti variansi dari ketiga ujian sama. Hasil uji statistik dengan one-way ANOVA menunjukkan nilai F hitung adalah 5.362 dengan nilai kemaknaan sebesar 0.006 (p<0.05) yang berarti terdapat perbedaan nilai ujian praktikum histologi mahasiswa terhadap tingkat kecemasan. Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata nilai ujian praktikum Histologi lebih tinggi pada mahasiswa dengan tingkat kecemasan rendah dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki tingkat kecemasan sedang dan tinggi. Kata kunci: pendidikan kedokteran, histologi, kesehatan mental, kecemasan, BAI
ANALISA EVOLUSI VIRUS DENGUE YANG ENDEMIK DI INDONESIA Sidarta, Erick; Dewi, Sari Mariyati; Chris, Arlends
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v3i1.2856

Abstract

Indonesia merupakan daerah dengan hiperendemisitas tinggi untuk infeksi virus dengue dan tempat bersirkulasinya keempat varian genotype virus dengue. Saat ini salah satu cara untuk pencegahan infeksi virus dengue adalah dengan vaksin dengue yang baru tersedia tahun 2016. Vaksin dengue ini menstimulasi terbentuknya antibodi yang akan mengenali membran dan selubung dari keempat genotipe virus dengue. Efektivitas dari vaksin ini tergantung dari kesesuaian antara antibodi yang terbentuk dengan varian yang beredar di Indonesia. Mengingat virus dengue merupakan virus RNA yang umumnya memiliki laju mutasi yang tinggi, mutasi yang terjadi dapat mengakibatkan terbentuknya escape mutant yang mampu menghindari antibodi yang terbentuk oleh vaksin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evolusi dan laju mutasi dari virus dengue yang beredar di Indonesia. Sebanyak 116 data genom lengkap dari virus dengue yang telah dilaporkan di Indonesia digunakan dalam penelitian ini. Genotipe virus dengue dianalisa dengan menggunakan software MEGA-X. Evolusi dan laju mutasi dari gen penyandi selubung (E) dan membran (M) virus dengue dianalisa dengan menggunakan software BEAST versi 1.8.3. Hasil dari penelitian ini menunjukkan gen E dan M virus dengue telah berevolusi semenjak pertama kali dilaporkan pada tahun 1975 dan memiliki laju mutasi yang tinggi. Gen E mencapai  9.26 x 10-4 subsitusi/basa/tahun (95% HPD 7.81 X 10 10-4 – 1.07 X 10-3) maupun gen M yang mencapai 8.5 x 10-4 subsitusi/basa/tahun (95% HPD 6.03 X 10 10-4 – 1.09 X 10-3). Tingginya laju mutasi ini membutuhkan perhatian bagi pengembang vaksin untuk pengawasan dan evaluasi yang berkesinambungan. Indonesia is an area with high hyperendemicity for dengue virus infection and the circulation of the four variants of dengue virus genotype. Currently, one way to prevent dengue virus infection is with a new dengue vaccine available in 2016. This dengue vaccine stimulates the formation of antibodies that will recognize the membrane and envelope of the four dengue virus genotypes. The effectiveness of this vaccine depends on the suitability of the antibodies formed with variants circulating in Indonesia. Since dengue virus is an RNA virus that generally has a high mutation rate, the mutations that occur can result in the formation of escape mutants that are able to avoid the antibodies formed by the vaccine. This study aims to determine the evolution and mutation rate of dengue viruses circulating in Indonesia. A total of 116 complete genome data from dengue viruses that have been reported in Indonesia were used in this study. Dengue virus genotypes were analyzed using MEGA-X software. The evolution and mutation rate of the envelope (E) and membrane (M) gene of the dengue virus were analyzed using BEAST software version 1.8.3. The results of this study indicate that the E and M genes of the dengue virus have evolved since they were first reported in 1975 and have a high mutation rate. Gen E reaches 9.26 x 10-4 substitution / base / year (95% HPD 7.81 X 10 10-4 - 1.07 X 10-3) and M gene reaches 8.5 x 10-4 substitution / base / year (95% HPD 6.03 X 10 10-4 - 1.09 X 10-3). The high rate of this mutation requires attention for vaccine developers for ongoing monitoring and evaluation.
PROGRAM PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DI L KELURAHAN TOMANG JAKARTA BARAT Octavia Dwi Wahyuni; Sari Mariyati Dewi; Chrismerry Song
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 2, No 2 (2019): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.561 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v2i2.7218

Abstract

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global dan menyerang semua usia. Data WHO menunjukkan kematian yang terjadi di dunia hampir dua pertiganya disebabkan oleh PTM, sedangkan di Indonesia diperkirakan mencapai 75 persen pada tahun 2025. Kematian akibat PTM diperkirakan terus meningkat terutama di negara-negara menengah dan miskin. PTM bertanggung jawab terhadap tiga kali dari disability adjusted life years (DALYs) dan lima kali dari penyebab kematian dibandingkan penyakit menular. Salah satu penyebab peningkatan PTM karena kurangnya kesadaran akan berolahraga. Oleh karena itu, Kemenkes RI mencanangkan GERMAS (gerakan masyarakat hidup sehat) yang salah satunya adalah melakukan olahraga secara teratur dan terukur. Olahraga bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah sekaligus mengatur berat badan. Olahraga sebaiknya dilakukan rutin 3-5x/minggu dengan total aktivitas 150 menit dan melibatkan banyak otot tubuh. Senam masal kesegaran jasmani merupakan olahraga yang paling sesuai dan mudah dilakukan. Tetapi permasalahan yang timbul pada hampir sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini maupun warga Tomang adalah masih kurang menyadari akan pentingnya berolahraga. Provinsi DKI Jakarta sendiri menempati urutan pertama dalam besarnya penduduk dengan aktivitas fisik kurang. Bentuk kegiatan yang dilakukan untuk menggiatkan kesadaran berolahraga masyarakat Tomang adalah senam masal kesegaran jasmani. Kegiatan PKM diikuti oleh 87 peserta yang meliputi warga Kelurahan Tomang termasuk ibu-ibu PKK dan ketua RT/RW. Para peserta sangat aktif dan bersemangat saat melakukan senam. Olahraga perlu dilaksanakan secara rutin untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup warga, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat PTM serta meningkatkan kebersamaan warga Kelurahan Tomang.
GAMBARAN KADAR HIDRASI KULIT DAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA PETUGAS KEBERSIHAN DI UNIVERSITAS TARUMANAGARA Indi Chairunnisa; Linda Julianti Wijayadi; Sari Mariyati Dewi Nataprawira
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.194 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v3i1.8036

Abstract

Irritant contact dermatitis (DKI) is a non-immunologic skin inflammation reaction caused by contact with irritants. A janitor is a worker who does a lot of wet work that will repeatedly contact with irritants such as acids, bases, detergents, soap, water, solvents, etc., so that there will be damage to the skin barrier function that starts with loss of the lipid layer and Natural Moisturizing Factor (NMF) so it will reduce skin hydration levels and increase TransEpidermal Water Loss (TEWL). This makes the skin condition becomes dry and the skin defense decreases so that it is easier for DKI. The purpose of this study was to determine the description of skin hydration levels and the incidence of irritant contact dermatitis in janitors at Tarumanagara University. This research is descriptive with a cross-sectional design. A total of 60 people from the janitor became the subject of research. The level of skin hydration is measured by a chronometer. The incidence of DKI in the cleaning staff at Tarumanagara University was 10%, the level of skin hydration in the janitor at Tarumanagara University found hydration levels of dry skin on the right palm (76.7%), left palm (76.7%), back of the hand right (56.7%), and back of the left hand (56.7%). In subjects who experience DKI, levels of hydration of very dry skin on the palm (left-right) and hydration of dry skin on the back of the hand (left-right), and the factors that influence the occurrence of DKI are: gender (female), frequency of washing hands with soap per day, frequency and duration of contact with toilet and floor cleaning products per day and the use of personal protective equipment (PPE), and so it is recommended that cleaners always use PPE when working to prevent DKI and use moisturizers on dry skinABSTRAK:Dermatisis kontak iritan (DKI) adalah suatu reaksi peradangan kulit non-imunologik yang disebabkan oleh kontak dengan bahan iritan. Petugas kebersihan merupakan pekerja yang banyak melakukan pekerjaan basah yang  akan kontak berulang dengan bahan iritan seperti asam, basa, detergen, sabun, air, pelarut, dll, sehingga akan terjadi kerusakan fungsi sawar kulit yang dimulai dengan kehilangan lapisan lipid dan Natural Moisturizing Factor (NMF) sehingga akan menurunkan  kadar hidrasi kulit dan meningkatkan TransEpidermal Water Loss  (TEWL). Hal tersebut membuat kondisi kulit menjadi kering dan pertahanan kulit menurun sehingga lebih mudah terjadi DKI. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kadar hidrasi kulit dan kejadian dermatitis kontak iritan pada petugas kebersihan di Universitas Tarumanagara. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sejumlah 60 orang dari petugas kebersihan menjadi subjek penelitian. Kadar hidrasi kulit diukur dengan alat korneometer. Angka kejadian DKI pada petugas kebesihan di Universitas Tarumanagara sebesar 10 %, Kadar hidrasi kulit pada petugas kebersihan di Universitas Tarumanagara didapatkan kadar hidrasi kulit  kering pada telapak tangan kanan (76,7%), telapak tangan kiri (76,7%), punggung tangan kanan (56,7%), dan punggung tangan kiri (56,7%). Pada subjek yang mengalami DKI didapatkan kadar hidrasi kulit sangat kering pada telapak tangan(kiri-kanan) dan hidrasi kulit kering  pada punggung tangan (kiri-kanan), dan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian DKI adalah: jenis kelamin (perempuan), frekuensi cuci tangan dengan sabun per hari, frekuensi dan lama kontak dengan produk pembersih toilet maupun lantai per hari dan penggunaan alat pelindung diri (APD), dan sehingga disarankan agar petugas kebersihan selalu memakai APD dengan lengkap saat bekerja untuk mencegah DKI dan menggunakan pelembab pada kulit yang kering
UPAYA PENGENDALIAN STUNTING MELALUI EDUKASI POLA MAKAN SEHAT DAN SEIMBANG SELAMA SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN Meilani Kumala; Alexander Halim; Susy Olivia Lontoh; Sari Mariyati Dewi Dewi
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 4, No 2 (2021): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v4i2.12906

Abstract

Stunting or short stature is one of the nutritional problems in toddlers in the world, especially in developing countries. The results of Survei Status Gizi Balita Indonesia in 2019 showed the prevalence of stunting in Indonesia reached 27.7% which indicates stunting is still a moderate problems. The impact of stunting can affect the increased rates of morbidity and mortality in toddlers, also the decrease quality of life in adulthood. Various factors can influence stunting related to chronic malnutrition during the first 1,000 days of life covering the fetal period in the womb up to the first two years of life. This period is a rapid growth period and does not occur in the next age group,  therefore adequate nutritional intake is very important at this period. Tomang subdistrict which is a partner of FK UNTAR islocated in the West Jakarta area where, the RISKESDAS Report of DKI Jakarta Province 2018, showed that the percentage of very short stature and short stature is 12,87% of toddlers in the West Jakarta area. The first step to reducing and control the prevalence of stunting has been conducted an education about Healthy and Balanced Diet During the First Thousand Days to cadres in the village of Toman, West Jakarta. The activity showed that most cadres experienced increased knowledge about healthy food intake and balanced nutrition after getting based on pre-posttests of education. The achieved results need to be followed up with training and mentoring so that the cadres are always motivated and renew their knowledge related to stunting management. So, they can carry out their duties thus can contribute to reducing the prevalence of stunting in toddlersABSTRAK:Stunting atau pendek merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia terutama di negara sedang berkembang. Survei Status Gizi Balita Indonesia tahun 2019 menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia mencapai 27,7% yang menunjukkan stunting di Indonesia masih merupakan masalah dengan kategori tingkat sedang. Dampak stunting pada balita dapat berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita, serta menurunnya kualitas hidup di usia dewasa. Berbagai faktor dapat memengaruhi terjadinya stunting terkait kekurangan gizi kronis selama 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) anak yang meliputi masa janin dalam kandungan sampai dua tahun setelah kelahiran. Masa HPK merupakan masa proses tumbuh kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia selanjutnya, oleh karena itu pemenuhan asupan gizi pada masa ini sangat penting. Kelurahan Tomang yang merupakan mitra FK UNTAR terletak di daerah Jakarta Barat dimana berdasarkan Laporan RISKESDAS Provinsi DKI Jakarta 2018, menunjukkan kejadian sangat pendek dan pendek sebesar 12,87% pada usia bawah dua tahun di wilayah Jakarta Barat. Sebagai langkah awal untuk pencegahan dan pengendalian terjadinya stunting, telah dilakukan edukasi mengenai Pola Makan Sehat dan Seimbang Selama HPK kepada para kader di kelurahan Tomang, Jakarta Barat. Kegiatan edukasi tersebut menunjukkan sebagian besar kader mengalami peningkatan pengetahuan tentang asupan makanan sehat dan gizi seimbang setelah mendapat edukasi berdasarkan pre-pos tes. Hasil yang dicapai ini perlu dilakukan tindak lanjut dengan pelatihan dan pendampingan agar para kader selalu termotivasi dan memperbaharui pengetahuan terkait pengendalian stunting dalam menjalankan tugasnya dengan demikian dapat berkontribusi dalam upaya menurunkan angka kejadian stunting pada balita.
Karakteristik kadar hidrasi kulit pada lansia di Panti Wreda Kristen Hana: Kajian terhadap pruritus Alvin Rinaldo; Linda Julianti Wijayadi; Sari Mariyati Dewi
Tarumanagara Medical Journal Vol. 1 No. 2 (2019): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v1i2.3823

Abstract

Penuaan ialah proses degenerasi yang dialami oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia. Setiap bagian tubuh manusia akan mengalami penuaan, termasuk kulit. Kulit akan mengalami penurunan produksi sebum, produksi keringat dan fungsi sawar kulit seiring bertambahnya usia. Penurunan tersebut akan mengakibatkan terjadinya kulit kering atau Xerosis. Xerosis akan memicu terjadinya keluhan pruritus. Pruritus merupakan gejala kulit tersering yang dialami oleh lansia. Pruritus kronik yang tidak ditangani dengan baik, akan mengganggu kualitas hidup seseorang. Beberapa faktor lain seperti jumlah asupan cairan, mandi, kebiasaan penggunaan sabun mandi antiseptik, pajanan sinar matahari, penggunaan pelembab, penyakit sistemik dan penggunaan obat-obatan sistemik juga berpengaruh terhadap keluhan pruritus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan kadar hidrasi kulit pada lansia yang mengalami pruritus dan tidak, yang selanjutnya diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian lainnya. Kadar hidrasi kulit diukur menggunakan korneometer. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain potong lintang. Sejumlah 79 lansia dari penghuni panti menjadi subjek penelitian. Kadar hidrasi kulit lansia yang mengalami pruritus lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mengalami pruritus. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik dengan uji t tidak berpasangan (sig 2-Tailed<0,01) antara kadar hidrasi kulit kelompok lansia yang mengalami keluhan pruritus dan yang tidak mengalami keluhan pruritus, sehingga penggunaan pelembab dapat disarankan pada kulit lansia yang kering untuk mencegah dan mengurangi keluhan pruritus.
Efek antimikroba air kelapa terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi Daniel Yohanes Putra; Sari Mariyati Dewi; Erick Sidarta
Tarumanagara Medical Journal Vol. 1 No. 2 (2019): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v1i2.3828

Abstract

Salmonella typhi adalah salah satu penyebab diare terbesar setelah E. coli. Diare yang disebabkan Salmonella typhi adalah diare invasif dengan karakteristik demam panjang, nyeri perut, dan manisfestasi sistemik lainnya (delirium, sakit kepala). Salah satu penanganan diare yang sering dilakukan oleh masyarakat adalah dengan mengonsumsi air kelapa. Di Indonesia terdapat 2 jenis kelapa yang sering dikonsumsi, yaitu kelapa hijau (Cocos nucifera L var viridis) dan kelapa coklat (Cocos nucifera L var rubescens). Penelitian dengan metode deskriptif potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui efek air kelapa terhadap pertumbuhan Salmonella typhi. Sampel yang digunakan adalah air kelapa dari 6 buah kelapa hijau dan air kelapa dari 6 buah kelapa coklat yang didapatkan dari daerah Ciapus, Bogor. Hasil penelitian menunjukan terbentuknya zona bening pada kedua jenis dan usia kelapa. Analisa lebih lanjut tidak terdapat perbedaan efek yang signifikan antara jenis kelapa (p-value = 0,257) dan umur kelapa (p-value = 0,257).
Gambaran jumlah CD4+ pasien HIV yang melakukan terapi cART di RSPI Prof. Sulianti Saroso periode Januari 2014 – Desember 2016 Andrew Soerijadi; Sari Mariyati Dewi
Tarumanagara Medical Journal Vol. 1 No. 3 (2019): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v2i1.5833

Abstract

HIV/AIDS adalah salah satu penyakit yang kejadiannya terus bertambah di dunia, khususnya di Indonesia. Penyebabnya adalah Human Immunodeficiency Virus dan target virus ini adalah sel CD4+ yang merupakan bagian dari sistim imun. Sel CD4+ memproduksi sitokin yang dapat meningkatkan respon imun dalam melawan patogen, sehingga terinfeksinya individu dengan virus tersebut menyebabkan terganggunya respon imun tubuh. Terapi dari penyakit ini menggunakan antiretrovirus yang bertujuan menekan replikasi virus HIV dan meningkatkan jumlah sel CD4+. Antiretrovirus diberikan dengan cara kombinasi (cART) untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan meningkatkan efektivitas terapi. Studi deskriptif cross sectional bertujuan mengetahui gambaran jumlah CD4+ pasien HIV yang melakukan terapi cART di RSPI Prof. Sulianti Saroso periode Januari 2014 – Desember 2016. Didapatkan peningkatan jumlah hitung sel CD4+ pada tiap kelompok cART setelah 36 bulan terapi.
Hubungan antara tingkat intensitas latihan fisik dengan prevalensi rhinitis pada mahasiswa Universitas Tarumanagara berusia 18-24 tahun Graciela Aprilia Djohan; Sari Mariyati Dewi
Tarumanagara Medical Journal Vol. 2 No. 2 (2020): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v3i1.9729

Abstract

Rhinitis merupakan salah satu gejala gangguan saluran pernafasan yang sering terjadi pada orang dewasa muda.  Latihan fisik adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara terencana, terstruktur, dan berulang-ulang dengan tujuan mengembangkan atau mempertahankan kesehatan. Beberapa studi terdahulu mengindikasikan bahwa olahraga dengan intensitas sedang yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan terjadinya gangguan saluran pernafasan. Studi cross-sectional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat intensitas latihan fisik terhadap prevalensi rhinitis pada mahasiswa Universitas Tarumanagara. Subyek studi berjumlah 192 responden dengan rentang usia 18-24 tahun yang direkrut secara konsekutif dan data subyek dikumpulkan dengan menggunakan Google form.  Studi ini mendapatkan pada kelompok yang tidak melakukan latihan fisik rutin risiko rhinitis sebesar 1,61 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang melakukan latihan fisik rutin; namun hubungan antara latihan fisik dan prevalensi rhinitis tersebut tidak bermakna secara statistik (PR=1,61; P=0,14).  Latihan fisik rutin kemungkinan berkontribusi untuk menurunkan kejadian rhinitis.
Gambaran kebiasan merokok dengan gejala kesemutan di jari-jari ekstremitas pada masyarakat Jabodetabek Yesisca Yesisca; Sari Mariyati Dewi Nataprawira
Tarumanagara Medical Journal Vol. 3 No. 1 (2021): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v3i2.11761

Abstract

Merokok adalah salah satu faktor resiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah. Tingginya jumlah perokok terutama di Jakarta dan sekitarnya dapat menyebabkan meningkatnya angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah di daerah tersebut. Pada rokok terdapat zat yang dapat menyebabkan terjadinya penebalan dan kekakuan dinding pembuluh darah atau yang disebut arteriosklerosis. Bila kondisi ini berlanjut dan didukung dengan proses metabolik yang tidak baik maka dapat memicu terjadinya atherosklerosis dan penyumbat pembuluh darah. Kesemutan atau kebas yang terjadi pada jari-jari tangan atau kaki, merupakan gejala awal terjadinya atherosklerosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok (lama dan jumlah) dan adanya gejala kesemutan atau kebas pada jari tangan dan atau kaki.  Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif cross-sectional  dan consecutive non-random sampling dalam merekrut responden. Data dari 60 responden dengan rentang usia 18-69 tahun, dikumpulkan menggunakan google form. Gejala kesemutan mayoritas didapatkan pada kelompok dengan riwayat merokok lebih dari 20 tahun dengan jumlah rokok termasuk dalam kategorik sedang.  Kesimpulan penelitian ini adalah semakin banyak dan lamanya riwayat merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan pembuluh darah yang ditandai dengan munculnya gejala kesemutan atau kebas.