Drug abuse in Indonesia remains a serious problem, including in East Kalimantan, which is recognized as one of the regions with high vulnerability. This article aims to analyze the situation of drug abuse in East Kalimantan based on seminar data and supporting literature, while also examining prevention strategies. The research employed a descriptive qualitative approach using primary data from the Seminar and Declaration of Drug-Free Students: “Smart Generation, Stay Away from Drugs” as well as secondary data from publicly accessible reports of the National Narcotics Board (BNN), the Narcotics Directorate of the East Kalimantan Regional Police, and academic articles. The analysis shows that the teenager age group (13–25 years) constitutes the largest proportion of drug users in East Kalimantan. Geographic factors as a transit area, urbanization, and weak social control exacerbate drug circulation in the region. Preventive efforts should be directed toward community-based strategies involving families, schools, local communities, and government institutions. In conclusion, addressing drug abuse in East Kalimantan requires multi-actor collaboration to reduce the increasing rate of misuse. ABSTRAKPenyalahgunaan narkoba di Indonesia masih menjadi permasalahan serius, termasuk di Kalimantan Timur yang dikenal memiliki tingkat kerentanan tinggi. Artikel ini bertujuan menganalisis situasi penyalahgunaan narkoba di Kalimantan Timur berdasarkan data seminar dan literatur pendukung, sekaligus mengkaji strategi pencegahannya. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan memanfaatkan data primer dari catatan Seminar dan Deklarasi Mahasiswa Bebas Narkoba: “Generasi Cerdas, Jauhi Narkoba” serta data sekunder berupa laporan publik dari Badan Narkotika Nasional (BNN), Ditresnarkoba Polda Kalimantan Timur, dan artikel akademik. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok usia remaja (13–25 tahun) merupakan pengguna narkoba terbesar di Kalimantan Timur. Faktor geografis sebagai wilayah transit, urbanisasi, dan lemahnya kontrol sosial memperparah peredaran narkoba di daerah ini. Upaya pencegahan perlu diarahkan pada strategi berbasis masyarakat dengan melibatkan keluarga, kampus, komunitas lokal, serta lembaga pemerintah. Kesimpulannya, penanganan narkoba di Kalimantan Timur memerlukan kolaborasi multiaktor agar dapat menekan angka penyalahgunaan yang terus meningkat.