Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Responsif Gereja Terhadap Pernikahan Beda Keyakinan Jabes Pasaribu; Yunardi Kristian Zega; Desetina Harefa
Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral  Vol. 3 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46408/vxd.v3i1.129

Abstract

Pernikahan merupakan suatu tradisi Alkitabiah yang tidak putus hingga masa sekarang. Akan tetapi, ada hal yang cukup kontras dalam sebuah pernikahan secara umum, yakni tentang pernikahan beda keyakinan. Pernikahan semacam ini sudah dilakukan sejak dari masa lalu sampai sekarang. Hal tersebut, jika dilakukan oleh orang Kristen akan berdampak negatif bagi iman, gaya hidup, dan spiritualitasnya. Oleh sebab itu, penulis hendak ingin menganalisis bagaimana seharusnya cara gereja dalam menyikapi hal tersebut. Metode yang digunakan penulis, yakni metode studi pustaka. Hasil dari penelitian ini adalah pernikahan Kristen merupakan pernikahan yang dipersatukan oleh Allah dengan dasar kasih di mana mereka yang dipersatukan (suami-isteri) hidup untuk menjalankan visi dan misi Allah yaitu dengan menghadirkan kerajaan Allah di bumi. Oleh sebab itu, gereja perlu memandang pernikahan beda keyakinan adalah sesuatu hal yang tidak Alkitabiah dan tidak sesuai dengan identitas kekristenan. Jadi, gereja perlu mengambil tindakan yang tepat, yakni: Pertama, melaksanakan pendidikan agama Kristen (PAK) kepada muda-mudi tentang bagaimana memilih pasangan hidup sebelum membentuk bahtera rumah tangga. Kedua, menanamkan kepada jemaat bagaimana menegakkan kerajaan Allah di bumi lewat pernikahan. Ketiga, memastikan bahwa setiap jemaatnya sudah memiliki hidup lahir baru.
Penerapan Hermeneutika Kognitif Pada Pendidikan Agama Kristen Upaya Pemahaman Alkitab Masa Kini Jabes Pasaribu; Suset Pasaribu
REI MAI: Jurnal Ilmu Teologi dan Pendidikan Kristen Vol. 2 No. 1 (2024): REI MAI: Jurnal Ilmu Teologi dan Pendidikan Kristen
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STAKPN Sentani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69748/jrm.v2i1.91

Abstract

Alkitab merupakan buku kuno yang menjadi dasar kekristenan sebagai wahyu Ilahi yang memberikan dasar: petunjuk, ajaran, dan informasi tentang iman dan kehidupan rohani dan kepada kekekalan. Kristen menekankan otoritas Ilahi Alkitab, dihormati sebagai panduan spiritual, meskipun memahaminya sebagai pewahyuan Allah menimbulkan kompleksitas. Sejarah teologi menunjukkan tahap dekonstruksi, konstruksi, dan rekonstruksi, dipengaruhi oleh ideologi dan filsafat bahkan masalah teologi yang harus dipertimbangkan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Sehingga untuk memamahami Alkitab dalam suatu interpretasi bagaimana memahami Alkitab sebagai kesatuan wahyu Allah dan dampak konstruksi teologi terhadap pandangan hidup Kristen menjadi perhatian utama. Penulis menggunakan metode Kualitatif dengan mendeskripsikan objek, fenomena atau setting social terhadap pemahaman Alkitab. Sehingga ditemukan bahwa hermeneutika kognitif bidang Pendidikan Agama Kristen dalam Interpretasi Alkitab sebagai jembatan memperdalam pemahaman teologis Alkitab yang memberikan kontribusi penting pada studi Alkita. Hermeneutika kognitif juga memperluas pemahaman interpretasi pesan rohani, dengan fokus pada relevansi dan akurasi dalam kehidupan Kristen. Sehingga melalaui pendidikan agama Kristen akan Integrasi hermeneutika kognitif dengan pemahaman Alkitab memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan kontekstual terhadap teks suci dalam kehidupan Kristen masa kini.
Kesetaraan Gender dan Panggilan Perempuan dalam Pemberitaan Injil Ardianto Lahagu; Fredy Simanjuntak; Uswatun Hasanah; Jabes Pasaribu
Jurnal Teologi Gracia Deo Vol 6, No 2: Januari 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v6i2.196

Abstract

Even though the patriarchal cultural system is still inherent in Indonesia, especially in Christian society, which shows the dominant centrality of men in the Church and family, this research reveals the phenomenon of an increasing tendency for women to become more religious. In carrying out religious responsibilities, such as attendance at weekly services, daily prayer, witnessing, and preaching the Gospel in the family, women are exposed to gender disparities related to patriarchal traditions. This article aims to discover God's intended design for women as equal partners in preaching the Gospel by exploring women's responses to their call to preach the Gospel in the context of gender equality amidst men's function as priests in the family; preaching the Gospel is considered to continue. The author uses a qualitative approach through Phenomenological Studies. The research results highlight factors such as gender equality, which cannot be separated from the Bible, the reality of the rise of women as one of the church's strengths in ecclesiastical vocations, and gender responsibility as an essential element in designing women's roles in preaching the Gospel. AbstrakMeskipun sistem kebudayaan patriarki masih melekat di Indonesia, khususnya dalam masyarakat Kristen yang menunjukkan dominasi sentralitas laki-laki di Gereja dan keluarga, penelitian ini mengungkap fenomena peningkatan kecenderungan perempuan menjadi lebih religius. Dalam menjalankan tanggung jawab kewajiban religious (keagamaan), seperti kehadiran dalam pelayanan mingguan, doa harian, bersaksi, dan memberitakan Injil dalam keluarga, memperhadapkan perempuan pada kesenjangan gender yang terkait dengan tradisi patriarki. Artikel ini bertujuan untuk menemukan desain yang dimaksudkan Allah untuk perempuan sebagai mitra setara dalam pemberitaan Injil, dengan menggali respons kaum perempuan terhadap panggilan mereka dalam pemberitaan Injil dalam gugus kesetaraan gender ditengah fungsi laki-laki sebagai imam di keluarga, pemberitaan Injil dianggap tetap harus berlanjut. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif melalui Studi Fenomenologi. Hasil penelitian menyoroti faktor-faktor seperti kesetaraan gender yang tidak dapat dipisahkan dalam pandangan Alkitab, realitas kebangkitan perempuan sebagai salah satu kekuatan gereja dalam panggilan gerejawi, dan tanggung jawab gender sebagai elemen penting dalam merancang peran perempuan dalam pemberitaan Injil. 
Respon Gereja Terhadap Pluralisme Dalam Aktivitas Misiologi Kristen Jabes Pasaribu; Rosnita Temba Kagu; Talizaro Tafonao; Ceria
EKKLESIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 1 No. 1 (2022): November 2022
Publisher : STT Ekklesia Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.994 KB) | DOI: 10.63576/ekklesia.v1i1.11

Abstract

Abstract: Abstract: Pluralism is a phenomenon that cannot be avoided in all aspects of life, especially in the field of religion (religion). This pluralism raises various basic beliefs that have the potential to influence the attitude and even the identity of the church in missionary church activities. That is why it is important to understand the church's response to pluralism and the context of Christian missiology, where the church continues to carry out its function as evangelists. The researcher uses a qualitative method of literature study. The results obtained are that the Church remains in a missionary state in the representation of God's love in the midst of pluralism.Abstrak: Pluralisme merupakan suatu fenomenal yang tidak dapat dihindari dalam segala bidang aspek kehidupan secara khusus dalam bidang agama (religus). Pluralisme ini memunculkan berbagai dasar keyakinan yang sangat potensial dalam mempengaruhi sikap bahkan identitas gereja dalam aktifitas gereja yang misionaris. Oleh sebab itulah pentingnya pemahaman akan respon gereja terhadap pluralisme dan konteks misiologi Kristen, dimana gereja tetap menjalankan fungsinya sebagai pemberita Injil. Peneliti menggunakan metode kualitatif studi pustaka. Hasil yang diperoleh bahwa Gereja tetap dalam keadaannya yang misionaris dalam representasi kasih Allah ditengah kemajemukan.