Endang Windiastuti
Department of Pediatric, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia, Jakarta

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Hospital based cancer registry in Cipto Mangunkusumo hospital Jakarta Sibuea, Wilfried H.; Mangunkusumo, R. R.; Akbar, Nurul; Widjanarko, Abidin; Gatot, Djajadiman; Windiastuti, Endang; Hamzah, Mochtar; Panigoro, Sonar S.; Prihartono, Joedo; Krisnuhono, Ening; Lisnawati, Lisnawati; Utami, Sri M.S.; Ramli, Irwan; Roezin, Averdi; Pribadi, Sigit; Wilarso, Iik; Nasar, I Made; Cornain, Santoso
Medical Journal of Indonesia Vol 9, No 3 (2000): July-September
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (752.738 KB) | DOI: 10.13181/mji.v9i3.634

Abstract

[no abstract available]
Rabdomiosarkoma Pada Anak: Gambaran Klinis di 2 Institusi Rini, Anky Tri; Edhy, Kusumaning; Gatot, Djajadiman; Windiastuti, Endang; Ciputra, Yanto
Indonesian Journal of Cancer Vol 2, No 2 (2008): Apr - Jun 2008
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1676.103 KB)

Abstract

Rabdomiosarkoma (RMS) merupakan keganasan jaringan lunak yang banyak terjadi pada anak umur 1 sampai 5 tahun dan remaja. Sekitar 15 % anak dengan RMS datang dalam keadaan metastasis dan prognosisnya tidak ada perbaikan dalam 15 tahun terakhir.Penelitian ini untuk mengetahui keluaran terapi serta pengembangan selanjutnya Penelitian dilakukan secara retrospektif dari data pada catatan medis 30 pasien yang diterapi di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta bulan Juni 2000 sampai Juli 2006 dan 11 pasien di RS Kanker Dharmais (RSKD), Jakarta bulan Januari 2003 sampai Desember 2007. Data dikumpulkan untuk melihat gambaran klinis dan keluaran terapi.Terdapat 30 pasien RMS di RSCM tahun 2000-2006 dan 11 di RSKD tahun 2003-2007. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1 (RSCM) dan 1:1,7 (RSKD).Kebanyakan menyerang anak umur antara 1 bulan sampai 5 tahun (43,3 % & 43,5 %) dengan median antara 6-7 tahun. Gambaran patologi terbanyak yaitu embrional (70% & 54,5%). Lokasi primer terbanyak pada bagian kepala dan leher (43,3% & 27,3%). Didapatkan stadium lanjut sebesar 80% & 45,5%. Sebagian besar metastasis ditemukan pada sumsum tulang (85,7% & 33,3%). Keluaran terapi didapatkan yang masih dalam terapi 66,7% & 27,3%, meninggal 30% & 18,2% dan lost to folloiv up 3,3% & 54,5%.RMS kebanyakan didapatkan pada anak umur 1 bulan sampai 5 tahun. Gambaran histologi tipe embrional dan lokasi primer pada kepala dan leher merupakan yang tersering. Pada umumnya, pasien datang dalam stadium lanjut tetapi jika datang pada stadium awal akan memberikan hasil yang lebih baik.Kata kunci: Rabdomiosarkoma, epidemiologi klinik, keluaran terapi.
Rabdomiosarkoma pada Anak: Luaran Klinis pada Pasien yang Mendapat Terapi Gatot, Djajadiman; Windiastuti, Endang
Indonesian Journal of Cancer Vol 5, No 2 (2011): Apr - Jun 2011
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.148 KB)

Abstract

Latar belakang. Rabdomiosarkoma (RMS) merupakan keganasan jaringan lunak yang banyak terjadi pada anak umur 1 sampai 5 tahun dan remaja. Sekitar 15 % anak dengan RMS datang dalam keadaan metastasis dan prognosisnya tidak ada perbaikan dalam 15 tahun terakhir.Tujuan. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran epidemiologi RMS, hasil penanganannya dan luaran klinis untuk pengembangan selanjutnya.Metode. Penelitian dilakukan secara retrospektif dari data pada catatan medis 44 pasien yang diterapi di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta bulan Juni 2000 sampai Juli 2008. Data dikumpulkan untuk melihat gambaran epidemiologi klinik dan luaran klinis.Hasil. Terdapat 44 pasien RMS di RSCM selama tahun 2000-2008.. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1 .Kebanyakan menyerang anak umur antara 3 bulan sampai 5 tahun (47,7% ) dengan median antara 6 -7 tahun. Gambaran patologi terbanyak yaitu embrional (65,9% ). Lokasi primer terbanyak pada bagian kepala dan leher (47,7% ). Berdasarkan sistem TNM , didapatkan stadium lanjut sebesar 61,4% . Sebagian besar metastasis ditemukan pada sumsum tulang (74%). Hasil luaran klinis didapatkan yang masih dalam terapi 52,3% , meninggal 36,4% dan lost to follow up 11,3% .Kesimpulan. RMS kebanyakan didapatkan pada anak umur 3 bulan sampai 5 tahun. Gambaran histologi tipe embrional dan lokasi primer pada kepala dan leher merupakan yang tersering. Pada umumnya, pasien datang dalam stadium lanjut tetapi jika datang pada stadium awal akan memberikan hasil yang lebih baik.Kata kunci Rabdomiosarkoma, epidemiologi klinik, luaran klinis
The Role Of Coagulation Testing Prior To Surgery Cozie, Novie Amelia; Windiastuti, Endang; Gatot, Djayadiman
Jurnal Plastik Rekonstruksi Vol. 1 No. 6 (2012): Jurnal Plastik Rekonstruksi
Publisher : Lingkar Studi Bedah Plastik Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.389 KB) | DOI: 10.14228/jpr.v1i6.131

Abstract

Preoperative coagulation screening has been among the most debated of all laboratory tests, especially in children. Although an undiagnosed coagulopathy could result in serious surgical morbidity, commonly used screening tests such as bleeding time, prothrombin time, activated partial thromboplastin time, and platelet count, do not reliably predict abnormal perioperative bleeding. Laboratory testing should be considered in patients either the history or medical condition suggests a possible hemostatic defect, in patients undergoing surgical procedures that might induce hemostatic disturbances (eg, cardiopulmonary bypass), when the coagulation system is particularly needed for adequate hemostasis (eg, tonsillectomy), and in patients for whom even minimal postoperative bleeding could be critical (eg, neurosurgery). In the case of minor surgery and a negative history of clotting disorders, no tests are suggested.
Iron Status, Prevalence and Risk Factors of Iron Deficiency Anemia Among 12- to 15-Year-Old Adolescent Girls from Different Socioeconomic Status in Indonesia Sumarlan, Eka S; Windiastuti, Endang; Gunardi, Hartono
Makara Journal of Health Research Vol. 22, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: The aim of this study was to determine the iron status and the prevalence and risk factors of iron deficiency anemia (IDA) among adolescent girls in Central Jakarta, Indonesia. Methods: A cross-sectional study was conducted among 12- to 15-year-old girls studying in junior high schools that were categorized into high and low socioeconomic status (SES). Their menstrual and nutritional status, parents’ education level and income, and iron intake were assessed. Tuberculin test and assessments for C-reactive protein levels and hematologic and iron parameters were also conducted. Results: Iron status was normal in 69.3% of 163 subjects. The prevalence of non-anemic iron deficiency was higher (17.2%; 3.1% iron depletion and 14.1% iron deficiency) than that of IDA (13.5%). The prevalence of IDA was lower among girls from the high SES than that among girls from the low SES (11.5% and 15.8%, respectively). There was no significant relationship among IDA and nutritional status, menstrual status and characteristics, SES, iron intake, and parents’ education level and income; however, bioavailable iron intake in all subjects was found to be less compared to the recommended daily allowance (RDA). Conclusions: The higher prevalence of non-anemic iron deficiency than IDA is a potential risk factor for increasing the prevalence of IDA in the future. No significant relationship was found between IDA and its risk factors; however, iron intake was less compared to the RDA in all subjects, which requires further attention.