Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Hospital based cancer registry in Cipto Mangunkusumo hospital Jakarta Sibuea, Wilfried H.; Mangunkusumo, R. R.; Akbar, Nurul; Widjanarko, Abidin; Gatot, Djajadiman; Windiastuti, Endang; Hamzah, Mochtar; Panigoro, Sonar S.; Prihartono, Joedo; Krisnuhono, Ening; Lisnawati, Lisnawati; Utami, Sri M.S.; Ramli, Irwan; Roezin, Averdi; Pribadi, Sigit; Wilarso, Iik; Nasar, I Made; Cornain, Santoso
Medical Journal of Indonesia Vol 9, No 3 (2000): July-September
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (752.738 KB) | DOI: 10.13181/mji.v9i3.634

Abstract

[no abstract available]
Studi Nilai AgNOR dan MIB-1 pada Kanker Payudara yang Ditangani dengan Operasi Kurnia, Iin; Soetrisno, Esti; Yulian, Erwin D.; Ramli, Irwan; Alatas, Zubaidah
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 1, No 3 (2012)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1011.587 KB)

Abstract

AgNOR dan MIB-1 adalah marker proliferasi sel kanker payudara yang berguna sebagai dasar pemberian radioterapi setelah operasi. Penetapan nilai AgNOR dan indeks MIB-1 dilakukan dengan teknik pewarnaan dan teknik pewarnaan imunohistokimia MIB-1 terhadap 25 sediaan mikroskopik jaringan kanker payudara dari penderita hasil operasi, dan dikelompokkan berdasarkan derajat diferensiasinya menjadi 3 kelompok sediaan berderajat diferensiasi baik (G1), 16 sediaan berderajat diferensiasi menengah (G2), dan 6 sediaan berderajat diferensiasi buruk (antara G2 dan G3). Hasil penelitian menunjukkan nilai AgNOR dan indeks MIB-1 cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya derajat diferensiasi. Terdapat pula kecendrungan korelasi positif antara nilai AgNOR dan indeks MIB-1 (r =0,21) pada seluruh derajat diferensiasi, terdapat korelasi negatif antara AgNOR dan MIB-1 pada G1 (r=-0,97), korelasi positif pada G2 (r=0,36) serta korelasi positif antara G2 dan G3 (r=0,33). Korelasi positif antara AgNOR dan MIB-1 terkait dengan peningkatan fase G1, S dan G2 pada sel yang berproliferasi dan peningkatan jumlah sel yang mengalami mitosis. Korelasi negatif disebabkan oleh perbedaan proporsi antara sel yang berada pada fase G1, S dan G2 dengan yang sedang bermitosisKata kunci: Kanker payudara, AgNOR, MIB-1, operasi Study of AgNOR Value and MIB-1 in Breast CancerTreated With Surgery AbstractAgNOR and MIB-1 are marker for breast cancer cell proliferation and can be use as based for radiotherapytreatment after surgery. Value of AgNOR and MIB-1 index were determined using staining and immunohistochemistry staining method respectively from 25 of microscopic slides of breast cancer tissue patients with surgery, and grouped based on degree of differentiation, 3 slides were good degree (G1), 16 slides were medium degree (G2) and 6 slides were poor degree (between G2 and G3). The result shown that the value of AgNOR and MIB-1 index were tended to increase with the increased differentiation degree. There was a positive correlation between the value of AgNOR and index of MIB-1 in all group of differentiation degree (r = 0.21), there is a negative correlation between AgNOR and MIB-1 on G1 (r =-0,97), positive correlation in G2 (r = 0.36) as well as positive correlation between G2 and G3 (r = 0.33). The positive correlation between AgNOR and MIB-1 were associated to the increased of G1, S and G2 phase in the proliferation cell and an increase of cells undergoing mitosis. The negative correlation were caused by the different cell proportion in G1, S and G2 phase, and undergoing mitotis.Key words: Breast cancer, AgNOR, MIB-1, surgery
KORELASI ANTARA MIB-1, AgNOR DAN APOPTOSIS CASPASE-3 DENGAN RESPONS KEMORADIOTERAPI PADA KANKER SERVIK Iin Kurnia; Budiningsih Siregar; Setiawan Soetopo; Irwan Ramli; Tjahya Kurjana; Andriono .; Maringan DL Tobing; Bethy Suryawathi; Devita Tetriana
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia (Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology) Vol 14, No 1 (2013): Februari 2013
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/jstni.2013.14.1.692

Abstract

Salah satu cara pengobatankanker servik adalah dengan kemoradioterapi melalui pemberian radioterapi dan kemoterapisecara bersamaan pada kanker servik stadium lanjut lokal. Respons kemoradioterapidipengaruhi oleh faktor biologis yaitu kinetika sel yang terdiri dari proliferasi dan kematian sel.Pada penelitian ini dipelajari korelasi antara biomarker proliferasi sel kanker, yaitu AgNOR, MIB-1, dan ekspresi apoptosis jalur caspase-3 dengan respons kemoradioterapi pada kanker servik.Dua puluh satu sediaan mikroskopik jaringan kanker servik yang diambil dari biopsi pasiensebelum menerima tindakan kemoradioterapi diberi pewarnaan AgNOR, sedangkan deteksiMIB-1 dan apoptosis caspase-3 dilakukan dengan teknik immunohistokimia. Setelah selesaimenerima kemoradioterapi dilakukan pengamatan respons klinik dengan cara pelvic control.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum kemoradioterapi tidak ditemukan korelasi nilaiAgNOR, MIB-1 dengan apoptosis (p>0,05). Proliferasi sel yang diamati dengan AgNOR danMIB-1 sebelum kemoradioterapi tidak menunjukkan adanya korelasi dengan respons jaringankanker setelah kemoradioterapi, namun ekspresi apoptosis menunjukkan korelasi positifdengan respons kemoradioterapi. Indeks apoptosis caspase-3 yang diperoleh dapat dijadikanbahan pertimbangan pada penjadwalan kemoradioterapi kanker servik.
Pendeteksian Ekspresi Biomarker ERK Secara Semi Kuantitatif dan Kuantitatif Pada Kanker Serviks Sebelum Respon Kemoradioterapi Teja Kisnanto; Rina Tri Wardani; Budiningsih Siregar; Mellova Amir; Setiawan Soetopo; Irwan Ramli; Tjahya Kurjana; Andrijono Andrijono; Bethy S Hernowo; Maringan DL Tobing; Devita Tetriana
Jurnal Keselamatan Radiasi dan Lingkungan Vol 1, No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radisasi - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.099 KB)

Abstract

Kanker servik merupakan penyakit kanker yang umum dijumpai pada wanita yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papilova Virus). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan ekspresi protein MNK (Mitogen Activated Protein Kinase) pada penderita kanker serviks sebelum tindakan pengobatan terhadap respon kemoradioterapi. Sampel uji yang digunakan adalah sediaan mikroskopis hasil biopsi jaringan kanker dari penderita kanker serviks stadium lanjut (IIB-IIIB) sebanyak 20 sampel. Metode yang digunakan adalah metode imunohistokimia dengan menggunakan biomarker MNK pada biopsi jaringan kanker serviks. Ekspresi protein MNK yang positif ditandai dengan warna coklat tua yang terdapat pada inti sel. Respon kemoradioterapi diperoleh dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RS Hasan Sadikin Bandung. Hasil penelitian menunjukkan nilai IRS (Imuno Reaktif Score) protein MNK pada grup respon kemoradioterapi baik lebih tinggi dibandingkan grup respon kemoradioterapi buruk dan tidak ditemukan adanya hubungan IRS protein MNK dengan respon kemoradioterapi. Sedangkan hubungan ekspresi MNK terhadap respon kemoradioterapi menunjukkan adanya korelasi perbedaan grup respon kemoradioterapi antara ekspresi protein MNK negatif dan ekspresi protein MNK positifCervical cancer is a cancer that common in women caused by HPV (Human Papilova Virus). The purpose of this study is to determine the relationship MNK protein expression (Mitogen-Activated Protein Kinase) in patients with cervical cancer before chemoradiotherapy treatment. Sample used was the preparation of microscopic cancer tissue biopsies from patients with advanced cervical cancer (IIB-IIIB) is 20 samples. The method used is immunohistochemistry using MNK biomarkers in cervical cancer tissue biopsies. MNK positive protein expression marked with dark brown color that is contained in the cell nucleus. Chemoradiotherapy response obtained from RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo and Hasan Sadikin Hospital in Bandung. The results show the value of the IRS (Immuno Reactive Score) MNK protein in response to chemoradiotherapy group either higher than the response to chemoradiotherapy group was bad and did not find any relationship IRS MNK protein with chemoradiotherapy response. While the relationship MNK expression responses show a correlation chemoradiotherapy group differences in chemoradiotherapy response between MNK expression negative and MNK expression positive.
Brakhiterapi Nasofaring Isnaniah Hasan; Irwan Ramli
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 5, No 2 (2014): Volume 5 No.2 Juli 2014
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1005.082 KB) | DOI: 10.32532/jori.v5i2.27

Abstract

Kanker nasofaring adalah keganasan pada epitel nasofaring yang kejadiannya cukup tinggi di daerah Asia dan memiliki potensi kuratif dengan pengobatan radiasi, baik radiasi eksterna maupun brakhiterapi. Letak nasofaring yang berdekatan dengan basis kranii menyebabkan sulitnya tindakan operasi sehingga terapi dengan brakhiterapi akan memberikan keuntungan karena menempatkan sumber  radiasi  sangat dekat dengan target radiasi sehingga memungkinkan kecilnya volume jaringan normal yang akan diradiasi, dengan dosis yang sangat tinggi pada kanker dan dosis yang cukup pada batas antara kanker dan jaringan normal. Terdapat 3 kategori brakhiterapi, yaitu Brakhiterapi laju dosis rendah atau low dose rate (LDR), dosis menengah atau medium dose rate (MDR, dan dosis tinggi atau high dose rate (HDR) yang pemberiannya harus dengan menggunakan remote afterloader. Ada beberapa macam teknik brakhiterapi yang dilakukan,yaitu: teknik cetakan, teknik Massa-chusetts, implant interstitial permanen transnasal, dan teknik Rotterdam yang dilakukan di departemen radioterapi RSCM
Kanker Vulva Wahyudi Nurhidayat; Irwan Ramli
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 8, No 1 (2017): Volume 8 No.1 Januari 2017
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1561.677 KB) | DOI: 10.32532/jori.v8i1.57

Abstract

Kanker vulva adalah keganasan ginekologi yang jarang terjadi pada wanita (1% dari seluruh keganasan pada wanita). Sekitar 80-90% jenis histopatologi kanker vulva adalah karsinoma sel skuamosa. Faktor risiko terjadinya kanker vulva adalah usia lanjut, adanya lesi prekanker, infeksi HPV, imunodefisiensi, merokok dan lichen sclerosis. Keterlibatan kelenjar getah bening merupakan faktor prognosis terpenting yang dapat menurunkan overall survival. Modalitas terapi pada kanker vulva adalah kombinasi antara operasi, kemoterapi dan radioterapi. Preservasi anatomi dan fungsi organ menjadi menjadi pertimbangan penting dalam menentukan tatalaksana kanker vulva. Pada makalah ini akan dibahas peran radiasi pada kanker vulva.
Tatalaksana Radioterapi Kanker Endometrium dengan Fokus pada Stadium Dini Kartika Erida Brohet; Irwan Ramli
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 6, No 1 (2015): Volume 6 No.1 Januari 2015
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1547.976 KB) | DOI: 10.32532/jori.v6i1.32

Abstract

Kanker endometrium merupakan keganasan ginekologi terbanyak pada wanita di dunia, dan kedua terbanyak di Indonesia. Oleh karena sebagian besar kanker endometrium ditemukan pada stadium dini (I-II), maka terapi utamanya adalah dengan pembedahan. Pemilihan terapi ajuvan yang tepat akan memperbaiki kontrol lokal,  sedapat mungkin harus meminimalisasi toksisitas akibat efek samping yang mungkin terjadi, dan harus dilakukan kasus per kasus berdasarkan stadium dan faktor risiko pasien. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai dasar pemilihan terapi dan tekniknya akan dibahas dalam makalah ini, dengan fokus utama pada radioterapi.
Model Linear Kuadratik dalam Radioterapi Mirna Primasari; Irwan Ramli
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 4, No 1 (2013): Volume 4 No. 1 Januari 2013
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.077 KB) | DOI: 10.32532/jori.v4i1.10

Abstract

Dalam mencapai tujuan utama terapi yaitu mencapai kontrol lokal tumor setinggi mungkin dan efek samping pada jaringan normal seminimal mungkin, diperlukan pemahaman yang mendasar mengenai mekanisme kematian sel, baik sel normal maupun sel ganas. Mekanisme kematian tersebut digambarkan oleh model matematis linear kuadratik. Model linear kuadratik memberikan gambaran mengenai rasio α/β, menjadi landasan kuantitatif dari fraksinasi, dan membantu interpretasi treatment planning.
Preoperative Radiotherapy in Rectal Cancer Irwan Ramli; - Sudibio; Fitri Anugrah
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 10, No 1 (2019): VOLUME 10 NO.1 JANUARI 2019
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1001.173 KB) | DOI: 10.32532/jori.v10i1.97

Abstract

Rectal cancer is the third most common types cancer in the world and rank second as a cause of cancer related deaths in 2018. Surgical is the main modality in treatment of rectal cancer, however preoperative radiotherapy significantly reduces local recurrence risk after surgery. At present there are two different schedules of preoperative radiotherapy, short-course preoperative radiotherapy (25 Gy at 5 fractions)  followed by immediate surgery and long-course chemoradiotherapy (45-50 Gy at 25-28 fractions) followed by delayed surgery. Although the purpose and local control rate of both schedules is the same, it is indicated in different conditions. 
Aplikasi Teknik Field Junction pada Radioterapi Rhandyka Rafli; Irwan Ramli
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 5, No 1 (2014): Volume 5 No.1 Januari 2014
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2288.861 KB) | DOI: 10.32532/jori.v5i1.21

Abstract

Dalam praktek radioterapi, sering dipakai dua atau lebih lapangan yang terhubung  dengan field junction. Berkas sinar (beam) bersifat divergen dan dapat menimbulkan dosis yang heterogen pada field junction. Hal ini menimbulkan daerah dengan dosis kurang (underdose) atau lebih (overdose) yang tidak diinginkan. Berbagai teknik dikembangkan untuk mengatasi persoalan ini, baik dengan menghilangkan divergensi berkas sinar, menyebarkan titik perbatasan (junction) atau dengan memperlebar penumbra. Setiap teknik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pertimbangan yang tepat diperlukan dalam pemilihan teknik field junction yang sesuai dengan keadaan pada masing-masing pusat radioterapi.