Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Kelayakan Ekonomi Tanaman Lada (Piper Nigrum L.) di Kabupaten Luwu Mariyam Mangkunegara; Erni Firdamayanti
Wanatani Vol. 1 No. 2 (2021)
Publisher : Pustaka Digital Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (748.141 KB) | DOI: 10.51574/jip.v1i2.32

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kesesuaian lahan untuk tanaman lada di Kabupaten Luwu dan menentukan faktor-faktor pembatas dan tindakan perbaikan lahan bagi pengembangan tanaman lada serta menganalisis kelayakan ekonomi usaha tani lada di Kabupaten Luwu. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bupon Kabupaten Luwu. Analisa contoh tanah dilakukan di Laboraturium Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar. Analisa kesesuaian lahan dengan kriteria kesesuaian lahan berdasarkan FAO (1976). Tahap penelitian meliputi tahap persiapan, pembuatan peta, survei lapang dan wawancara, analisa sampel tanah di laboratorium, analisa kesesuaian lahan dan analisis usahatani. Hasil penelitian menunjukkan kelas kesesuaian lahan aktual pada daerah penelitian adalah. Kelas S3 (Sesuai Marginal) terdapat di unit lahan I, II, IV,VII Kelas S2 (Cukup sesuai ) terdapat pada unit lahan III,V,VI dan VIII. Faktor pembatas yang dominan yaitu media perakaran, retensi hara, hara tersedia, dan tingkat bahaya erosi. Selain itu Lada memiliki peluang pengembangan yang cukup menguntungkan yang ditunjukkan dengan nilai R/C ratio pada lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial adalah layak dengan nilai R/C ratio pada kesesuaian lahan S2 adalah 35,6 dan pada kesesuaian lahan S3 adalah 22,15 “ Sangat layak” (menguntungkan) bagi usahatani lada pada lahan potensial.
PENGARUH JENIS BOKASHI DAN METODE APLIKASINYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI BESAR HIBRIDA (Capsicum annuum L.) Mariyam Mangkunegara
Perbal : Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol 9, No 3 (2021): PERBAL : Jurnal Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/perbal.v9i3.1645

Abstract

Tanaman cabai rawit merupakan tanaman holtikultura yang memiliki harga jual yang tinggi dipasaran karena mudah dikembangkan. Cabai rawit sebagai sumber pangan memiliki nilai ekonomis yang penting di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh berbagai jenis bokashi (2) mengetahui metode aplikasi yang lebih baik dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai besar hibrida. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bupon Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk percobaan yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan pemberian berbagai jenis bahan organik dengan metode aplikasi yang berbeda yaitu BO = Tanpa bahan organik, B1= Hasil berangkasan gamal dengan aplikasi secara tugal, B2 = Hasil berangkasan gamal dengan aplikasi secara sebar, B3= Enceng gondok dengan aplikasi secara tugal, B4 = Enceng gondok dengan aplikasi secara sebar, B5= Krinyu dengan aplikasi tugal, B6 = Krinyu dengan aplikasi sebar, B7= Berangkasan tanman jagung dengan aplikasi tugal, B8= Berangkasan tanaman jagung dengan aplikasi sebar. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 27 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada parameter pengamatan tinggi tanaman B1 (hasil brangkasan gamal dengan aplikasi secara tugal), B2 (hasil brangkasan gamal dengan aplikasi secara sebar), B5 (Krinyu dengan aplikasi secara tugal), dan B6 (Krinyu aplikasi secara sebar) yang memberikan rata – rata tertinggi yaitu 82,50 cm, jumlah cabang + 278,93 cabang pada perlakuan B1, B4( enceng gondok dengan aplikasi secara tugal).
Pelatihan Pendampingan Pengolahan Bahan Lokal Sagu Menjadi Produk Bernilai Ekonomi Berupa Aneka Penganan Safaruddin Safaruddin; Syamsuddin Syamsuddin; Maryam Mangkunegara; I Nyoman Arnama
Madaniya Vol. 4 No. 1 (2023)
Publisher : Pusat Studi Bahasa dan Publikasi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53696/27214834.383

Abstract

Kegiatan diversifikasi pangan diarahkan kepada pengembangan plasma nutfah hayati lokal dan penganekaragam olahan pangan yang berbahan baku selain beras yang dikembangkan sesuai potensi daerah, dimana setiap daerah memiliki komoditi unggulan. Permasalahan yang dihadapi adalah pemanfaatan sagu di Desa Bantimurung, Kecamatan Bone-Bone, Kabupaten Luwu Utara pada umumnya masih dalam bentuk pangan tradisional. Kegiatan pengabdian bertujuan untuk melakukan pendampingan dan pelatihan bahan lokal sagu menjadi aneka penganan kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) Anggrek. Output utama dari kegiatan pengabdian masyarakat pada KWT yakni keripik india dan aneka kue kering yang berbahan baku tepung sagu, penyampaian materi tentang pemasaran produk, pembuatan label produk dan sosialisasi terkait keamanan pangan dari produk yang dibuat. Pengabdian ini dilaksanakan diawali dengan pelaksanaan sosialisasi, bimbingan dan pelatihan olahan tepung sagu menjadi aneka penganan. Hasil pelaksanaan pelatihan memberikan gambaran bahwa secara umum peserta sudah memiliki keterempilan dasar terkait proses pengolahan aneka penganan berbahan tepung sagu khususnya keripik dan aneka kue kering. Penggunaan tepung sagu untuk pembuatan aneka penganan berupa keripik dan aneka kue kering memang belum dapat menciptakan aneka penganan yang rasa dan kualitasnya sama persis jika menggunakan tepung terigu.
Pemberdayaan Masyarakat melalui Peningkatan Produksi dan Pemasaran Digital Keripik Durian dalam Rangka Mewujudkan Kemandirian Ekonomi Kreatif Hardianto Hardianto; Siaulhak Siaulhak; Mariyam Mangkunegara
Madaniya Vol. 4 No. 3 (2023)
Publisher : Pusat Studi Bahasa dan Publikasi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53696/27214834.544

Abstract

Mitra dalam PKM ini adalah kelompok petani durian di Desa Tulak Tallu Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara dengan luas area produksi mencapai 10 Hektar dengan total produksi mencapai 10 ton persekali musim. Masalah yang dihadapi oleh mitra adalah inovasi, manajemen pengelolaan industri, dan pemasaran digital, dan legalitas seperti: tidak memiliki cetakan permanen dan kemasan yang memadai untuk dijual lebih luas, minimnya pengetahuan akan pemanfaatan manajemen dalam proses produksi, rendahnya pengetahuan untuk memasarkan produk akibat kurangnya pengetahuan dunia teknologi, dan belum memiliki P-IRT dan sertifikat halal. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi mitra maka tim pengusul menawarkan solusi yaitu: menerapkan inovasi teknologi dalam proses produksi (cetakan permanen, pengering, dan kemasan produk) yang didesain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Dinas Kesehatan, menerapkan pendekatan manajemen pada proses produksi keripik durian, pendampingan pemasaran digital produk, dan pendampinagan pengurusan P-IRT dan sertifikat halal sehingga keripik durian dapat dijual lebih luas. Target luaran program yaitu: 1) menerapkan penggunaan inovasi teknologi dalam menjalankan proses produksi, 2) meningkatnya produksi dengan pendekatan manajemen pengelolaan industri, 3) memiliki pengetahuan tentang pemasaran digital, dan 4) memiliki P-IRT dan sertifikat halal.
Identifikasi Cendawan pada Rizosfer Tanaman Sagu (Metroxylon sagu Rottb.) di Kabupaten Luwu: Identification of Fungi in Rhizosphere of Sago Plants (Metroxylon sago Rottb.) in Luwu Regency Mutmainnah, Mutmainnah; Mangkunegara, Mariyam; Masluki, Masluki
Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol. 12 No. 1 (2024): Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/perbal.v12i1.3170

Abstract

Mikroorganisme yang ada di sekitar rizosfer memiliki peranan sangat penting untuk memelihara kesehatan akar tanaman. pengambilan nutrisi dan unsur hara serta melindungi tanaman dari kondisi lingkungan yang ekstrim serta bertindak sebagai agens pengendali hayati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai jenis cendawan pada rizosfer tanaman sagu di Kabupaten Luwu. Penelitian dilakukan pada areal pertanaman sagu di tiga Desa yaitu Daerah Aliran Sungai Makawa (Desa Bosso Timur Kecamatan Walenrang Utara), di Daerah Pesisir (Desa Lamasi Pantai Kecamatan Walenrang Timur) dan Daerah Rawa Mineral (Desa Pasamai kecamatan Belopa) Kabupaten Luwu, dilanjutkan di Laboratorium Sel dan Jaringan Fakultas Sains dan Laboratorium Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo. Isolasi cendawan rizosfer menggunakan metode umpan (Insect Bait Methode). Larva yang terinfeksi ditandai dengan munculnya miselium pada bagian-bagian tertentu dari tubuh yang dapat diamati dari ruas-ruas tubuhnya. Selanjutnya larva tersebut diisolasi pada media PDA dan diinkubasikan selama 3-7 hari pada suhu 22-25°C. Setelah koloni cendawan terbentuk (7 hari setelah tanam) dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis. selanjutnya diidentifikasi. Jumlah cendawan yang ditemukan pada rizosfer tanaman sagu yaitu sebanyak 4 isolat yaitu dari genus Fusarium sp. (BLP1, LPPT1), Rhizopus sp. (BLP2), dan Metharizium sp. (LPHJ1). Microorganisms around the rhizosphere have a very important role in maintaining the health of plant roots. taking nutrients and nutrients and protecting plants from extreme environmental conditions and acting as a biological control agent. This research aims to determine various types of fungi in the rhizosphere of sago plants in Luwu Regency. Research was carried out in sago planting areas in three villages, namely the Makawa River Basin (East Bosso Village, North Walenrang District), in the Coastal Area (Lamasi Pantai Village, East Walenrang District) and the Mineral Swamp Area (Pasamai Village, Belopa District) Luwu Regency, continued in the Laboratory Cells and Tissues, Faculty of Science and Integrated Laboratory, Faculty of Agriculture, Cokroaminoto Palopo University. Isolation of rhizosphere fungi using the Insect Bait Method. Infected larvae are characterized by the appearance of mycelium in certain parts of the body which can be observed from the body segments. Next, the larvae were isolated on PDA media and incubated for 3-7 days at a temperature of 22-25°C. After the fungus colony was formed (7 days after planting) macroscopic and microscopic observations were carried out. then identified. The number of fungi found in the rhizosphere of sago plants was 4 isolates, namely from the genus Fusarium sp. (BLP1, LPPT1), Rhizopus sp. (BLP2), and Metharizium sp. (LPHJ1).
Edukasi Penyemaian Bibit Jangka Pendek di Desa Rampoang Cerly Ayunda; Chelomita Rumpa; Fitra Ramadhani; Atmiral Atmiral; Endah Widyaningrum; Veronika Melis; Susan Tri Kanna Rara; Eyunike Yaspis Kadang; Sri Rahayu Ningsih; Hardianto Hardianto; Nisraeni Nisraeni; Mariyam Mangkunegara
Madaniya Vol. 6 No. 1 (2025)
Publisher : Pusat Studi Bahasa dan Publikasi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53696/27214834.1170

Abstract

Pemberdayaan masyarakat melalui edukasi penyemaian bibit jangka pendek di Desa Rampoang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan masyarakat dalam bidang pertanian. Program ini memberikan pemahaman mengenai teknik penyemaian bibit yang efektif guna meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan masyarakat. Metode yang digunakan meliputi pemaparan materi, demonstrasi langsung, dan praktik bersama agar peserta dapat memahami proses penyemaian secara optimal. Edukasi mencakup pemilihan bibit unggul, teknik penyemaian efisien, serta perawatan bibit hingga siap dipindahkan ke lahan utama. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan dalam pengetahuan dan keterampilan masyarakat terhadap penyemaian bibit jangka pendek. Selain itu, program ini mendorong kemandirian masyarakat dalam mengelola sumber daya pertanian, yang berdampak pada peningkatan hasil panen dan ekonomi lokal. Edukasi ini juga menanamkan kesadaran akan pentingnya penerapan teknik pertanian yang lebih baik dan berkelanjutan. Dengan adanya praktik langsung, masyarakat lebih siap dalam menerapkan metode yang diperoleh. Sebagai langkah lanjutan, diharapkan program serupa dapat terus dilaksanakan dengan cakupan yang lebih luas dan materi yang lebih mendalam. Keterlibatan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan akademisi, sangat diperlukan untuk mendukung keberlanjutan program serta memperkuat sektor pertanian di Desa Rampoang. Secara keseluruhan, kegiatan ini memberikan dampak positif bagi masyarakat dalam meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka dalam teknik penyemaian bibit, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap ketahanan pangan dan kesejahteraan ekonomi desa.
Ketahanan Pangan Melalui Edukasi Vertical Garden di Desa Munte Malik Rasidin; Dini Melinda; Marwah Marwah; Desi Rantelino; Syalwah Fauziyah; Hatisa Majid; Sri Ayu Sartika; Hardianto Hardianto; Nisraeni Nisraeni; Mariyam Mangkunegara
Madaniya Vol. 6 No. 1 (2025)
Publisher : Pusat Studi Bahasa dan Publikasi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53696/27214834.1178

Abstract

Ketahanan pangan menjadi kebutuhan penting warga Desa Munte dalam menghadapi Pembangunan Berkelanjutan SDGs (Sustainable Development Goals). Tepat di desa Munte, masih banyak warga yang belum memahami cara bertani dengan mudah, seperti penanaman sayur sistem polybag atau yang biasa disebut Vertical Garden. Dengan ini, kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran peningkatan ketahanan pangan bagi masyarakat melalui pelatihan penggunaan sistem tanam polybag. Program ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan kesadaran akan menanam sayuran dilahan pekarangan rumah. Pelatihan ini dilakukan melalui pendekatan praktik langsung yang dipandu oleh formulator pertanian. Metode pelaksanaan kegiatan mencakup penyemaian benih, mengisi koker dengan tanah subur, dan penggunaan peptisida pada tanaman. Masyarakat dibagi ke dalam beberapa RT/RW berdasarkan domisili tempat tinggalnya. Setiap wilayah RT/RW dibagikan sebanyak 40 tanaman sayuran yang meliputi sawi, bayam merah, dan kangkung. Pelatihan ini diikuti oleh 8 perwakilan dari setiap RT/RW yang menjadi penanggung jawab kerja sama untuk perawatan tanaman sayuran tersebut. Manfaat dari kegiatan ini meliputi peningkatan masyarakat desa Munte dalam memenuhi kebutuhan sayuran disamping daerah yang meliputi daerah pesisir yang dimana akan sulit untuk tumbuhan akan tetapi hal ini dapat teratasi dengan penggunaan vertikal garden. Dan juga Program ini dapat membuktikan bahwa pelatihan penanaman sayuran menggunakan polybag mampu meningkatkan tata cara untuk bertani yang efektif dan mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi tantangan ketahanan di masa akan mendatang.
Peduli Lingkungan Melalui Kegiatan Edukasi Pengolahan Sampah di Desa Sidobinangun Zulfakar Zulfakar; Hascikatura Hascikatura; Nuri Fadilah; Nurhafitra Nurhafitra; Ulfa Pramudita; Sri Wahyuni Detasya; Arif Mikail; Indah Meisya Maharani; Mirwa Sari; Afifa Nur Fadila; Hardianto Hardianto; Nisraeni Nisraeni; Mariyam Mangkunegara
Madaniya Vol. 6 No. 1 (2025)
Publisher : Pusat Studi Bahasa dan Publikasi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53696/27214834.1188

Abstract

Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Sidobinangun Kecamatan Tanalili Kabupaten Luwu Utara. Tujuan utama kegiatan ini adalah membangun kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan untuk kesehatan dan kesejahteraan bersama, mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat sehingga dapat mencegah penyakit dan mendorong terbentuknya komunitas yang saling peduli dan bekerja sama dalam menjaga kebersihan lingkungan. Bentuk edukasinya ialah mengadakan sesi langsung tentang cara mengelola sampah termasuk pemisahan sampah organik dan non-organik dan juga memberikan beberapa informasi mengenai pentingnya kebersihan lingkungan adapun peran dari masyarakat yaitu membentuk kelompok atau komunitas yang fokus pada kebersihan lingkungan sehingga tercipta rasa kebersamaan. Metode yang pelaksanaan dalam program atau kegiatan ini yaitu tahap awal, tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Hasil dari kegiatan ini adalah dengan melibatkan masyarakat secara aktif edukasi kebersihan lingkungan akan lebih efektif dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup di Desa Sidobinangun.