Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

STRUKTUR BETON BERTULANG PADA BALE DAJA I Wayan Suky Luxiana; I Wayan Parwata; Agus Kurniawan
WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan Vol. 6 No. 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penelitian, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/wicaksana.6.1.2022.32-38

Abstract

Bale Daja merupakan bangunan berbetuk bujur sangkar dan memakai kontruksi atap limasan. Jumlah tiang pada bangunan Bale Daja berjumlah 12 buah empat tiang berderet di depan dan delapan tiang berada di dalam bangunan. Seiring perkembangan jaman dan teknologi Bale Daja bertransformasi dari Bale saka roras menjadi saka epat dimana didalamnya diganti dengan struktur beton bertulang. Struktur beton bertulang memberikan dampak signifikan baik dari kecepatan produksi, kecepatan kinerja, dan efisiensi biaya. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat memberikan struktur beton bertulang yang diterapkan pada Bale Daja, baik secara dimensi, dan proses pembuatanya dan memberikan manfaat tanpa mengurangi nilai-nilai historis dari bale daja tersebut. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan membuat model struktur, model kolom dan balok dimana sistematika perencanaan diuraikan dengan diagram alur. Hasil atau kesimpulan dimensi balok B= 1/12 x O, lebar balok R = ½ x B, besar kolom J = R + (2x I), lebar Pondasi S = ½ t
Balinese Traditional House Architecture in Era 4.0 in Bukian I Wayan Suky Luxiana; I Wayan Parwata; Agus Kurniawan
Architectural Research Journal Vol. 1 No. 2 (2021): ARJ: Architectural Research Journal
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik dan Perencanaan, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2524.633 KB) | DOI: 10.22225/arj.1.2.2021.52-57

Abstract

Architecture is the art of designing buildings which are a microcosm of the universe. Traditional Balinese architecture is an embodiment of local wisdom in Bali which is inherited from generation to generation. In traditional Balinese architecture there is harmony between humans and creators, humans with humans and humans with nature. The background of this research is to identify the traditional Balinese architecture residence at 4.0 in Bukian. The purpose of this research is to find a formula or benchmark in building a traditional house using International Atropomometry. This makes it easier to build traditional houses due to the lack of Undagi in Bali. The method used is a quantitative method by making a sample house master plan to identify it with a flow chart. The results or conclusions of the natah pattern use the Tri Hita Karana concept, the barrier or floor uses the 1,0.8,0.6,0,4,0.2 approach. The approach in building a traditional house is SL= O+R+J+U.
Identifikasi Potensi dan Masalah Ekowisata Air Minum Be Gianyar dalam Kontek Infrastruktur I Wayan Suky Luxiana; Agus Kurniawan; Ika Wahyuni
Community Service Journal (CSJ) Vol. 4 No. 1 (2021)
Publisher : Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1463.96 KB)

Abstract

Air minum Be Gianyar terletak di Banjar Bukian Kawan, Desa Bukian, Kecamatan Payangan Gianyar. Air minum Be Gianyar diluncurkan bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Gianyar yang ke 250 senin 19 April 2021 oleh Bupati Gianyar I Made Mahayastra. Pengelola Air Minum dalam kemasan Be Gianyar adalah Perumda Air Minum Tirta Sanjiwani. Pabrik AMDK ini didirikan berkat buah ide Bupati Gianyar I Made Mahayastra, produk AMDK ini memanfaatkan mata air Belahan Paras, yang disucikan oleh krama desa adat Bukian. Proses pengemasan air minum Be Gianyar ini menggunakan teknologi nanofiltrasi untuk pengaturan rasa dan komposisi mineral, sehingga rasanya akan berbeda dengan produk sejenis. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi dan masalah dari pengembangan ekowisata air minum Be Gianyar dalam kontek Infrastrukur. Penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Tujuan teknik pengambilan sampel menggunakan informan dan menggunakan informan kunci. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat berbagai potensi dan masalah yang dibagi menjadi 5 aspek ekowisata yaitu konsep konservasi, konsep partisipasi masyarakat, konsep ekonomi, konsep edukasi dan konsep wisata. Penelitian disimpulkan partisifasi masyarakat (Adat) dalam pemanfaatan sumber daya air Be gianyar belum sepenuhnya optimal ini dapat dilihat belum berperannya masyarakat lokal dalam pemanfaatan dan pengelolaan. Kebijakan yang memberikan izin Perumda Air Minum Tirta Sanjiwani menggangu kebutuhan pokok masyarakat Bukian, dimana sumber mata air Belahan Paras merupakan salah satu kawasan yang disucikan oleh adat Bukian. Dalam pemanfaatan sumber daya air, baik yang dilakukan oleh perusahan daerah maupun perusahan swasta perlu memperhatikan kepentingan masyarakat adat dalam pemenuhan hak atas air, karena air adalah kebutuhan yang vital.
Pengembangan Kawasan Taman Magenda Payangan Bali Sebagai Wisata Spiritual I Wayan Suky Luxiana; I Wayan Runa; I Wayan Parwata; Agus Kurniawan
Community Service Journal (CSJ) Vol. 5 No. 1 (2022)
Publisher : Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2462.051 KB)

Abstract

Goa Pesiraman Bhatari lingsir, Pura Dalem Agung Payangan (Taman Magenda) merupakan misteri Keangkeran Pura Dalem Agung Payangan dikarenakan Pura Dalem ini sebagai tempat melinggihnya sekaligus Parahyangan ida Bhatari Dalem lingsir. Taman Magenda terletak di Payangan yang merupakan salah satu Kecamatan di kabupaten Gianyar yang berada diketinggian 600 meter diatas permukaan laut dan berbatasan langsung dengan wilayah bukit Kintamani Bangli sehingga daerah ini terkenal sangat subur terutama dalam pertanian maupun perkebunan sayur-mayur,kopi,coklat dan lain-lain. Pada jaman dahulu nama Payangan adalah Parahyangan yang berarti Kahyangan dikarenakan jauh sebelum kedatangan Rsi Markandeya ke Nusa Dawa (Bali) tempat ini adalah pancer Hyang suci berstana dengan kata lain Bumi Parahyangan adalah sebagai stana tempat melinggihnya para Hyang Bhatara-Bhatari di Bali sehingga pada jaman dahulu bernama Parahyangan yang secara singkat pada saat ini pengucapannya menjadi Payangan. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk memanfaatkan potensi warisan budaya pura untuk dikelola menjadi kawasan yang tertata dan nyaman dikunjungi oleh umat Hindu, Taman Magenda sangat berpotensi sebagai wisata spiritual karena alam yang masih asli namun belum ada infrastruktur dan fasilitas penunjang yang memadai ke objek tersebut. Penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Tujuan teknik pengambilan sampel menggunakan informan dan menggunakan informan kunci. Hasil penelitian adalah dimana dalam pengolahan dibagi menjadi tiga zona yaitu zona utama (penataan areal utama pura, perkerasan pada jalan setapak, pembuatan toilet dan ruang ganti bagi pengunjung. Zona kedua adalah berupa fasilitas penunjang berupa wantilan sebagai tempat pertunjukan dan pesandekan. Zona ketiga yang dikatagorikan ke dalam area service penataan tempat parkir, loket, lesehan dan warung. Prinsip atau konsep yang digunakan dalam pengembangan adalah konsep ekowisata yaitu konservasi, partisipatif, pendidikan, ekonomi dan kepuasan pengunjung.
Balinese Traditional House Architecture in Era 4.0 in Bukian I Wayan Suky Luxiana; I Wayan Parwata; Agus Kurniawan
Architectural Research Journal 52-57
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik dan Perencanaan, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/arj.1.2.2021.52-57

Abstract

Architecture is the art of designing buildings which are a microcosm of the universe. Traditional Balinese architecture is an embodiment of local wisdom in Bali which is inherited from generation to generation. In traditional Balinese architecture there is harmony between humans and creators, humans with humans and humans with nature. The background of this research is to identify the traditional Balinese architecture residence at 4.0 in Bukian. The purpose of this research is to find a formula or benchmark in building a traditional house using International Atropomometry. This makes it easier to build traditional houses due to the lack of Undagi in Bali. The method used is a quantitative method by making a sample house master plan to identify it with a flow chart. The results or conclusions of the natah pattern use the Tri Hita Karana concept, the barrier or floor uses the 1,0.8,0.6,0,4,0.2 approach. The approach in building a traditional house is SL= O+R+J+U.