Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISA MUTU BETON PADA ABUTMENT JEMBATAN DI JALAN LINGKAR PULAU NUNUKAN YUANA, YUYUN
KURVA S JURNAL MAHASISWA Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : KURVA S JURNAL MAHASISWA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.641 KB)

Abstract

: Prosedur statistik mutu beton berdasarkan SNI 03-6815-2002 yang berisi tata cara mengevaluasi hasil uji kekuatan beton disediakan untuk memperoleh nilai – nilai yang paling mendekati dalam mengevaluasi hasil pengujian  kekuatan  beton. Informasi  yang  didapat dari prosedur statistik juga merupakan nilai yang digunakan dalam menentukan kriteria perencanaan dan spesifikasi. Tata cara ini secara ringkas menampilkan variasi yang terjadi dalam kekuatan beton dan berguna dalam menginterprestasikan variasi tersebut yang berhubungan dengan kriteria dan spesifikasi yang dibutuhkan.Berdasarkan analisa mutu hasil uji beton pada abutment Jembatan di Jalan Lingkar P. Nunukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :a.      Jumlah benda uji beton kubus (15x 15 x 15) untuk sisi A dan B sebanyak 32 sampel dan terdiri 8 pengambilan sampel uji, jadi total benda uji sebanyak 64 sampelb.      Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (f’c) pada umur tertentu misalkan K-250 (f’c = 250 / 10,19711 = 24,517 Mpa) pada umur 28 hari.c.       Perhitungan standar deviasi untuk kepala jembatan (abutment) sisi A didapat 0,957, untuk sisi B didapat 0,697.d.      Pemeriksaan Mutu Beton berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 7.6 ayat 3 (3) syarat pemeriksaan mutu beton untuk :Sisi A, ü  Nilai rata-rata dari 3 (empat) benda uji kuat tekan beton yang berurutan mempunyai nilai yang sama atau lebih besar dari 24,517 MPa (³ 24,517 Mpa) didapat : 75%  kekuatan ³ 24,517 Mpa dan 25 % £ 24,517 Mpaü  Tidak ada nilai uji kuat tekan yang dihitung sebagai nilai rata-rata dari dua hasil uji di bawah ( > 21,017  Mpa ), hasil yang didapat 100 %Sisi B,ü  Nilai rata-rata dari 3 (empat) benda uji kuat tekan beton yang berurutan mempunyai nilai yang sama atau lebih besar dari 24,517 MPa (³ 24,517 Mpa) didapat : 96,55 %  kekuatan ³ 24,517 Mpa dan 3,45 % £ 24,517 Mpaü  Tidak ada nilai uji kuat tekan yang dihitung sebagai nilai rata-rata dari dua hasil uji di bawah ( > 21,017  Mpa ), hasil yang didapat 100 % 
DETERMINATION OF THE VOCATIONAL TAXONOMY HIERARCHY FOR HIGHER VOCATIONAL SCHOOL Sadrina, Sadrina; Lebay Long, Norhazizi; Mustapha, Ramlee; Yuana, Yuyun
Journal of Islam and Science Vol 8 No 2 (2021): July-December
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jis.v8i2.20087

Abstract

Taxonomy can be defined as the naming or classification of an idea or name, according to one discipline. There is a lack of regulation in the concept of vocational education. Vocational education (SMK) cannot fully use Bloom's Taxonomy. Vocational Taxonomy is centered on psychomotor theory which emphasizes aspects of physical movement. However, the purpose of this research is to determine the appropriate Vocational Taxonomy hierarchical structure for SMKN 1 Jeunib. The design of this research is qualitative research which using interview method to assess the perception of the Vocational teacher in terms of determination the Vocational Taxonomy. The sample chosen was SMKN 1 Jeunib, Bireun, Aceh, which selected 54 teachers from all departments. The result presented that the teachers believed Vocational Taxonomy is important for SMK learning and teaching. In addition, the taxonomic function is very important and assisting in teaching and learning, aiding the curriculum preparation and contributing the practical activities. Then also, the taxonomy function is important in measurement and assessment of psychomotor activities. So, the Taxonomy was recommended to related parties (SMK, Polytechnic, Vocational College, or training Institution). The research also stated that there was a need for a link between cognitive and psychomotor aspects. Finally, the students not only mastered the aspects of knowledge but also proficiency.