Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH POLA DUKUH DI DESA BIIH DAN DESA ATIIM KABUPATEN BANJAR Wahyu Toni Hidayat; Hafizianor Hafizianor; Asysyifa Asysyifa
Jurnal Sylva Scienteae Vol 3, No 6 (2020): Jurnal Sylva Scienteae Volume 3 No 6 Edisi Desember 2020
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.693 KB) | DOI: 10.20527/jss.v3i6.4728

Abstract

This study aims to identify and inventory the diversity of plant species in the dukuh patterns owned by farmer households. Determine the factors that influence farmers' decisions in choosing a dukuh pattern. . The method used in this study is the method of important value index (INP), Diversity Index (H ') and linear regression. The results of this study are the composition of the types of agroforestry dukuh patterns consisting of 9 types, namely Rambutan (Naphelium lappaceum), Jackfruit (Arthocarpus heteropphyllus), Rubber (Hivea brasiliensis), Durian (Durio zibethinius) Cempedak (Arthocarpus integer), Langsat (Lansium domesticum), Jengkol (Archidendron pauciflorum), Petai (Parkia speciosa), Mangoes (Mangifera indica), Rambai (Baccaurea motleyana), Mundar (Garcinia forbesii) and Ramania (Bouea macrophylla). The plants with the highest INP were durian with INP of 53.84% and the highest diversity was cempedak plant with H '2.73, the composition of the type of non-agroforestry dukuh pattern consisted of 9 types namely Rambai (Baccaurea motleyana), Mundar (Garcinia forbesi), Ramania ( Bouea macrophylla), Cempedak (Artocarpus integer), Langsat (Lansium domesticum), Rambutan (Naphelium lappaceum), Durian (Durio zibethinius), Mango (Mangifera indica), Rubber (Havea brasiliensis). Plants that have the highest INP are durian with an INP value of 59.40% and the highest diversity is ramania plants with H '2.82, factors that influence farmers' decisions in choosing dukuh patterns, namely dukuh cultivation systems which are positioned as variables that influence Y values. T count 2.043 is greater in T table with a significant value of 0.044, it is concluded that the dukuh cultivation system is very influential. Whereas those that have no effect are the extension intensity factor, farming costs, hamlet productivity and market demandPenelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi dan meinventarisasi keragaman jenis tanaman pada pola dukuh yang dimiliki rumah tangga petani. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih pola dukuh. . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Indeks nilai penting (INP), Indeks Keragaman (H’) dan Regresi linier. Hasil penelitian ini adalah Komposisi jenis pola dukuh agroforesti terdiri dari 9 jenis yaitu rambutan (Naphelium lappaceum), nangka (Arthocarpus heteropphyllus), karet (Hivea brasiliensis), Durian (Durio zibethinius) cempedak (Arthocarpus integer), langsat (Lansium domesticum), Jengkol (Archidendron pauciflorum), Petai (Parkia speciosa), mangga (Mangifera indica), Rambai (Baccaurea motleyana), mundar (Garcinia forbesii) dan ramania (Bouea macrophylla). Tanaman yang memiliki INP tertinggi adalah durian  dengan INP sebesar 53,84% dan Keanekaragaman tertinggi adalah tanaman cempedak dengan H’ 2.73, komposisi jenis pola dukuh non agroforestri terdiri dari 9 jenis yaitu rambai (Baccaurea motleyana), mundar (Garcinia forbesi), ramania (Bouea macrophylla), Cempedak (Artocarpus integer), Langsat (Lansium domesticum), Rambutan (Naphelium lappaceum), Durian (Durio zibethinius), Mangga (Mangifera indica), karet (Havea brasiliensis). Tanaman yang memiliki INP tertinggi adalah durian dengan nilai INP 59.40% dan Keanekaragaman tertinggi adalah tanaman ramania dengan H’ 2.82, faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih pola dukuh yaitu sistem budidaya dukuh yang kedudukannya sebagai variabel yang berpengaruh terhadap nilai Y. Hal ini bedasarkan nilai T hitung 2,043 yang lebih besar pada T tabel dengan nilai signifikan 0,044 maka disimpulkan bahwa sistem budidaya dukuh sangat berpengaruh. Sedangkan yang tidak berpengaruh adalah faktor intensitas penyuluhan, biaya usaha tani, produktivitas dukuh dan permintaan pasar
ANALISIS FINANSIAL PADA HUTAN RAKYAT DENGAN POLA SILVOPASTURA DAN APIKULTUR DI DESA TELAGA LANGSAT KECAMATAN TAKISUNG KABUPATEN TANAH LAUT Anita Aulia Mulyani; Daniel Itta; Hafizianor Hafizianor
Jurnal Sylva Scienteae Vol 4, No 6 (2021): Jurnal Sylva Scienteae Volume 4 No 6 Edisi Desember 2021
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.258 KB) | DOI: 10.20527/jss.v4i6.4572

Abstract

This study aims to analyze the financial and feasibility of community forests with silvopastura and apicultural patterns in the telaga langsat village, takisung district, tanah laut district. The object of this research includes farmer groups in community forests in Telaga Langsat villake. Data collected in the form of primary data and secondary data. Primary data is data that comes directly from community forest farmers, through a structured interview technique (using a questionnaire). Secondary data is data taken by collecting existing data information by requesting supporting data from the Village office and various sources or agencies. The results obtained from this study indicate that the financial analysis of community forests with the Silvopastura and Apiculture patterns is feasible to be continued and developed. The results of the calculation of the NPV, IRR and BCR values can be considered in accordance with financial. The results of the comparison of the financial feasibility study between community forest management with the Mahogany-Karet-cow silvopastura pattern produced the greatest profit value compared to the Mahogany-Karet-Honey Bee Apiculture pattern. With a value or NVP of 6,919,374,000 / ha, the BCR value of 1.11 and the IRR of 14%. Feasibility in Mahogany-Karet-Cow and Mahogany-Rubber-Honey Bee Community Forest using the Benefit Cost Ratio (BCR), it appears that the Mahogany-Karet-Cow silvopastura pattern and Mahogany-Rubber-Honey Bee apiculture are feasible and can be continued. The Mahogany-Rubber-Cow business gets BCR> 1 results and the Honey Mahogany-Rubber-Bee business gets> 1 feasible results and can be continuedPenelitian ini bertujuan Menganalisis finansial dan kelayakan hutan rakyat pola silvopastura dan apikultur di desa telaga langsat kecamatan takisung kabupaten tanah laut. Objek penelitian ini antaa lain Kelompok Tani pada hutan rakyat di desa Telaga Langsat. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data skunder. Data primer merupakan data yang bersumber langsung dari petani hutan rakyat, melalui teknik wawancara terstruktur (menggunakan kuisioner). Data sekunder merupakan data yang diambil dengan mengumpulkan informasi data yang sudah ada dengan meninta data penunjang ke kantor Desa serta berbagai sumber atau instansi. Hasil yang diperoleh dari penlitian menunjukan bahwa Analisis  finansial Hutan Rakyat dengan Pola Silvopastura dan Apikultur layak untuk dilanjutkan dan kembangkan. Hasil perhitungan nilai NPV, IRR dan BCR dapat dipertimbangkan sesuai dengan finansial. Hasil perbandingan studi kelayakan finansial  antara pengelolaan hutan rakyat pola silvopastura Mahoni-Karet-sapi menghasilkan nilai keuntungan paling besar dibandingkan pola Apikultur Mahoni-Karet-Lebah Madu. Dengan Nilai kentungan atau NVP 6.919.374.000 /ha, Nilai BCR 1,11 dan IRR sebesar 14%. Kelayakan pada Hutan Rakyat Mahoni-Karet-Sapi dan Mahoni-Karet-Lebah madu menggunakan Benefit Cost Ratio (BCR), terlihat bahwa Pola silvopastura Mahoni-Karet-Sapi dan apikultur Mahoni- Karet-Lebah Madu tersebut layak dan dapat dilanjutkan. Usaha Mahoni-Karet-Sapi mendapatkan hasil BCR>1 dan hasil usaha Mahoni-Karet-Lebah Madu mendapatkan hasil >1 layak dan dapat dilanjutkan
ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) DAN NILAI EKONOMI TANAMAN SERAI WANGI (Combopogon nardus) PADA AGROFORESTRI DI IUPHHK-HT PT. INHUTANI II PULAU LAUT Karin Rizki Rahmaniah; Hafizianor Hafizianor; Asysyifa Asysyifa
Jurnal Sylva Scienteae Vol 4, No 6 (2021): Jurnal Sylva Scienteae Volume 4 No 6 Edisi Desember 2021
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (660.978 KB) | DOI: 10.20527/jss.v4i6.4570

Abstract

The agroforestry system is to combine two or more basic components of land processing activities namely forestry, agriculture and farm etc.  Agroforestry can have effect on the economic value of the people who cultivate it. The purpose of this research is to describe the agroforestry of Karet-Serai Wangi Plant Forest (HTSKW), analyze the growth of Karet crops (Hevea brasiliensis) and analyze the economic value of Serai Wangi plants from agroforestry patterns in IUPHHK-HT PT. Inhutani II Pulau Laut. Measurement of Karet plants in the field using Purposive Sampling technique with path method and observation. Meanwhile, for the determination of the sample respondents in measuring the economic value of Serai Wangi fragrance using census method taken directly interview to office employees and field workers as well as company leaders. This agroforetrial blend is carried out management from the beginning including land preparation activities, nurseries, plantings, treatments, Serai Wangi planting, production to marketing. Analysis of Karet (Hevea brasiliensis) plant growth observed in this study that has a 2017 planting year shows the increase in diameter and height of stems can determine the stem of TBM. The economic value of Serai Wangi reviewed by the researchers with in-depth interview methods on the related parties of the company shows that the direct economic value associated with the profit of income and expenses of the company that the expenditure and income is not balanced significantly and has a value of 0.71 or <1 which means it is not feasible or needs to be reviewedSistem agroforestri ialah memadukan dua atau lebih komponen pokok kegiatan pengolahan lahan yaitu kehutanan, pertanian dan peternakan atau sebagainya. Agroforestri dapat berpengaruh terhadap nilai ekonomi masyarakat yang membudidayakannya. Tujuan dari penelitian ini ialah mendeskripsikan agroforestri Hutan Tanaman Karet-Serai Wangi (HTSKW), menganalisis pertumbuhan tanaman karet (Hevea brasiliensis) dan menganalisis nilai ekonomi tanaman serai wangi dari pola agroforestri di IUPHHK-HT PT. Inhutani II Pulau Laut. Pengukuran tanaman karet dilapangan menggunakan teknik Purposive Sampling dengan metode jalur dan teknik observasi. Sedangkan, untuk penentuan sampel responden dalam mengukur nilai ekonomi serai wangi menggunakan metode sensus yang diambil wawancara secara langsung kepada karyawan kantor dan pekerja lapangan serta pimpinan perusahaan PT. Inhutani. Perpaduan agroforestri ini dilakukan pengelolaan sejak awal meliputi kegiatan persiapan lahan, pembibitan, penanaman, perawatan, penanaman serai wangi, produksi hingga pemasaran. Analisis pertumbuhan tanaman karet (Hevea brasiliensis) yang diamati pada penelitian kali ini yang memiliki tahun tanam 2017 menunjukan pertambahan diameter dan tinggi batang dapat menentukan lilit batang TBM. Nilai ekonomi Serai Wangi yang ditinjau oleh peneliti dengan metode wawancara mendalam terhadap pihak terkait perusahaan menunjukan bahwa nilai ekonomi secara langsung yang berkaitan dengan keuntungan pendapatan dan pengeluaran perusahaan bahwa pengeluaran dan pemasukan tidak seimbang secara signifikan dan memiliki nilai 0,71 atau <1 yang artinya kurang layak atau perlu dilakukan peninjauan ulang
PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI SUB-SUB DAS AMANDIT Abdi Fithria; Gunawansyah Gunawansyah; Badaruddin Badaruddin; Hafizianor Hafizianor
Jurnal Hutan Tropis Vol 13, No 2 (2012): Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 13 No 2 Edisi September 2012
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v13i2.1524

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi, mengklasifikasikan dan memetakan tutupan lahan yang ada di Sub-sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Amandit dengan menggunakan Citra Satelit Landsat 5 TM path/row: 117/062 tahun perekaman 1992, dan Citra Satelit Landsat 7 ETM+ path/row: 117/062, tahun perekaman 2000 dan 2010; dan menganalisis perubahan tutupan lahan di Sub-sub DAS Amandit periode tahun 1992-2000, 2000-2010 dan 1992-2010. Metode klasifikasi tutupan lahan yang digunakan adalah segmentasi citra. Selanjutnya, data perubahan tutupan lahan diekstrak dengan metode tumpang susun dan analisis tabel pivot (cross tab).Hasil analisis perubahan tutupan lahan jelas memperlihatkan bahwa Semak Belukar dan Tegalan adalah 2 kelas tutupan lahan yang mengalami laju perubahan terbesar selama kurun waktu 1992-2000-2010. Keduanya bertolak belakang, Semak Belukar mengalami pertambahan luas paling besar, sementara Tegalan mengalami pengurangan luas paling besar. Baik peta tutupan lahan maupun matriks perubahan tutupan lahan, juga memperlihatkan kemunculan 2 tipe tutupan lahan baru pada tahun 2010, yaitu Hutan Tanaman dan Kebun Sawit. Seluruh daerah berhutan, baik Hutan Primer, Hutan Sekunder, maupun Hutan Rawa, mengalami pengurangan luas yang cukup signifikan. Kecuali Hutan Tanaman yang luasnya bertambah. Jika ditotalkan, laju deforestasi di Sub-sub DAS Amandit selama kurun waktu 18 tahun (1992-2010) adalah sekitar 1.519,88 hektar per tahun.Kata Kunci: Tutupan lahan, deforestasi, amandit, feature extraction, pivot table