Rika Ar N Nurazka
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Tinjauan Linguistis Penggunaan Terminologi Kebahasaan di Sekolah Dasar: Revolusi Berpikir dengan Belajar dari Siswa Deni Wardana; Widjojoko; Ani Novia; Rika Ar N Nurazka
Proseding Didaktis: Seminar Nasional Pendidikan Dasar Vol. 4 No. 1 (2019): DIDAKTIS 4: Proseding Seminar Nasional Pendidikan Dasar 2019
Publisher : Program Studi PGSD Kampus UPI di Serang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.277 KB)

Abstract

Bahasa merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan anak. Bahasa atau pembendaharaan kata yang anak dapatkan dipengaruhi oleh lingkungan belajar. Anak belajar meniru ucapan yang dituturkan oleh orang dewasa dan terkadang mereka hanya sekadar meniru tanpa tahuartinya. Di Sekolah Dasar (SD), siswa diperkenalkan dengan berbagai penamaan dan terminologi. Setiap terminologi yang siswa dapatkanmerupakan sesuatu yang baru bagi siswa—baik itu terminologi yang menurut guru mudah maupun sukar. Di SD kelas tiga, empat, dan limaditemukan istilah kebahasaan yang kurang sesuai dengan terminologi linguistik, yaitu penggunaan istilah imbuhan, awalan, sisipan, akhiran, dan lain-lain. Secara linguistik, seharusnya digunakan terminologi afiks, prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Istilah seperti afiks, prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks tersebut sering dihindari oleh para guru dengan anggapan penggunaan istilah imbuhan, awalan, sisipan, dan akhiran akan lebih mudah diingat dan dipahami siswa daripada istilah afiks, prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Hal ini bukan hanya berdampak salahnya penggunaan istilah, melainkan salahnya memahami konsep linguistik. Penggunaan istilah yang salah tidak hanya terjadi pada siswa SD, tetapi masih ada mahasiswa yang belum mengetahui penggunaan terminologi yang sesuai dengan terminologi linguistik yang benar. Penggunaan terminologi yang berbeda akan menimbulkan permasalahan yang akan dialami siswa ketika akan melanjutkan pada level yang lebih tinggi, sehigga kesamaan terminologi yang digunakan pada setiap level pendidikan harus diterapkan. Dengan demikian, setiap lembaga pendidikan dan penerbit buku hendaknya mampu dan berani melakukan revolusi berpikir dengan belajar dari siswa. Belajar dari siswa berarti memahami “karakter belajar” siswa dan mampu memperlakukannya dengan sikap yang benar.