Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

AKURASI FOOD RECALL DAN FOOD RECORD DALAM AKURASI SIMPLIFIED DIETASI ASSESSMENT (SDA) PADA ANAK USIA SEKOLAH UNTUK IDENTIFIKASI RESIKO KURANG VITAMIN A Nawangwulan Widyastuti
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 1 No 2 (2006)
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.653 KB) | DOI: 10.51852/jpp.v1i2.207

Abstract

A simplified dietary assessment method using food consumption approach to identify thevulnerable group vitamin A deficiency was developed by IVACG (International Vitamin AConsultative Group). For food comsumption survey, food weighing, food recall and food recordwere coomonly used. The objective of this research was to analyze the accuration of food recalland food record using simplified dietary assessment on school children to identify vitamin Arisk. The study showed that vitamin A food pattern’s of school children mostly was fromvegetables and eggs, although the quantity was very low. Fruit was consumed infequently withthe low quantity. Vitamin A consumption using food recall tend to underestimate, while foodrecord tend to overestimate compare with food weighing. Comparing with vitamin A RDA, theRDA level was below 65% of RDA. The prevalence of sample with vitamin A risk was higher onfood recall (64.7%) and lower on food record (60.0%) compare with food weighing (62.4%)with the smallest deviance toward food weighing was found on food record. The sensitivity offood recall was higher than food record, although the difference was not to high. The specificityand positive predicted value of food recall was lower than food record. Food record had betteraccuration than food recall in identifying vitamin A risk. The influenced factors of vitamin Arisk was family’s income, family size and vitamin/supplement feeding.
ANALISIS PEMASARAN KUBIS DI KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT (Studi Kasus pada Desa Sukaraja, Desa Margaluyu, Desa Cisarua, Desa Pasirhalang, dan Desa Limbangan) Achmad Musyadar; Nawangwulan Widyastuti; Yoyon Haryanto
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 2 No 2 (2007)
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.028 KB) | DOI: 10.51852/jpp.v2i2.232

Abstract

Kubis merupakan salah satu komoditas unggulan di Kecamatan Sukaraja yang sangatpotensial untuk pengembangan agribisnis kubis, karena memiliki suhu 21-25oC dengan curahhujan 3715,4 mm/tahun, dan hari hujan 205 hari/tahun. Memiliki tipe Iklim A (Scmidth &Ferguson), topografi datar sampai bergelombang dengan ketinggian 550-1000 meter di ataspermukaan laut. Memiliki tekstur tanah halus berpasir dengan struktur tanah gembur dan solumtanah yang dalam >50 cm. Jenis tanah latosol dengan derajat keasaman tanah (pH) berkisarantara 4,5-6.Kecamatan Sukaraja memiliki 9 desa dan yang potensial untuk agribisnis kubis adalahlima desa yaitu Desa Sukaraja, Desa Margaluyu, Desa Cisarua, Desa Pasirhalang, dan DesaLimbangan. Kecamatan Sukaraja memberikan kontribusi produksi sebesar 56% terhadapproduksi kubis kab. Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk (a) menganalisis saluranpemasaran kubis dari tingkat produsen sampai dengan tingkat konsumen. (b) menganalisismarjin pemasaran dan penyebarannya pada setiap lembaga pemasaran dan (c) menganalisisketerpaduan pasar antara pasar pada tingkat petani dengan pasar pada tingkat konsumen.Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif terhadap saluranpemasaran, pangsa harga yang diterima petani (farmers share), marjin pemasaran danketerpaduan pasar.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:(a) Pemasaran kubis di Sukaraja, Kabupaten Sukabumi dilakukan melaui tiga saluran.(b) Dari hasil analisis marjin biaya pemasaran terbesar untuk per kg kubis dikeluarkan oleh pedagang besar pada saluran 3 yaitu sebesar Rp 750,- dan terkecil oleh pedagang pengecer sebesar Rp 200,- juga pada saluran 3.(c) Keuntungan terbesar per kg Kubisnya diperoleh oleh pedagang pengecer pada saluran satu sebesar Rp 350,- dan terkecil diterima oleh pedagang pengumpul dan pedagang besar pada saluran tiga yaitu Rp 150,-.(d) Farmer’s share terbesar diterima oleh petani produsen pada saluran satu sebesar 42,5% dan terkecil oleh petani pada saluran tiga sebesar 12%.(e) hasil analisis keterpaduan pasar petani produsen kubis belum memperoleh perlakuan pasar yang adil dan berada pada pasar bersaing tidak sempurna serta sedikit agak sempurna.