Pertin Sianturi
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP. H. Adam Malik, Medan, Indonesia

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Peran Vitamin D pada Epilepsi Anak Ratna Suwita Batubara; Johannes Harlan Saing; Pertin Sianturi; Yazid Dimyati; Cynthea Prima Destariani
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46, No 10 (2019): Farmasi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v46i10.432

Abstract

Vitamin D memiliki peran penting selama perkembangan otak, proliferasi, diferensiasi, neurotrofik dan neuroprotektif. Bentuk aktif vitamin D menekan inflamasi dan mengubah keseimbangan antara sitokin inhibitor dan sitokin eksitasi. Bentuk aktif vitamin D menunjukkan efek imunomodulator dan secara efektif dapat menekan inflamasi sehingga mempunyai efek antikonvulsan. Penderita epilepsi anak berisiko tinggi defisiensi vitamin D.Pemakaian obat antiepilepsi sebagai politerapi dihubungkan dengan penurunan kadar vitamin D yang lebih besar dibandingkan obat antieepilepsi sebagai monoterapi. Pemberian vitamin D harus cukup untuk mempertahankan kadar normal 25(OH)D (≥30 ng/mL). Pemberian vitamin D pada epilepsi dapat meningkatkan batas ambang kejang secara signifikan dan mengurangi keparahan kejang.Vitamin D has an important role during brain development, proliferation, differentiation, neurotrophic and neuroprotection. The active form of vitamin D suppresses inflammation and changes the balance between inhibitory cytokines and excitatory cytokines. The active form of vitamin D shows an immunomodulatory effect and can effectively suppress inflammation so that it has an anticonvulsant effect. Epileptic children are in high risk of vitamin D deficiency. Antiepileptic polytherapy is associated with a greater reduction in vitamin D levels than in monotherapy. Vitamin D supplementation must be sufficient to maintain normal level of 25(OH)D (≥30 ng/mL. Vitamin D can significantly increase the seizure threshold and reduce the severity of seizure. 
Peran Vitamin D pada Epilepsi Anak Ratna Suwita Batubara; Johannes Harlan Saing; Pertin Sianturi; Yazid Dimyati; Cynthea Prima Destariani
Cermin Dunia Kedokteran Vol. 46 No. 10 (2019): Farmakologi - Continuing Professional Development
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v46i10.418

Abstract

Vitamin D memiliki peran penting selama perkembangan otak, proliferasi, diferensiasi, neurotrofik, dan neuroprotektif. Bentuk aktif vitamin D menekan inflamasi dan mengubah keseimbangan antara penghambat sitokin dan sitokin eksitasi. Bentuk aktif vitamin D menunjukkan efek imunomodulator dan secara efektif dapat menekan inflamasi, sehingga mempunyai efek antikonvulsan. Penderita epilepsi anak berisiko tinggi mengalami defisiensi vitamin D. Pemakaian obat antiepilepsi sebagai politerapi dihubungkan dengan penurunan kadar vitamin D yang lebih besar dibandingkan obat anti-epilepsi sebagai monoterapi. Pemberian vitamin D harus cukup untuk mempertahankan kadar normal 25(OH) D (≥30 ng/mL). Pemberian vitamin D pada epilepsi dapat meningkatkan batas ambang kejang secara signifikan dan mengurangi keparahan kejang. Vitamin D has an important role during brain development, proliferation, differentiation, neurotrophic, and neuroprotection. The active form of vitamin D suppresses inflammation and changes the balance between inhibitory cytokines and excitatory cytokines. The active form of vitamin D shows an immunomodulatory effect and can effectively suppress inflammation so that it has an anticonvulsant effect. Epileptic children are in high risk of vitamin D deficiency. Antiepileptic polytherapy is associated with a greater reduction in vitamin D levels than in monotherapy. Vitamin D supplementation must be sufficient to maintain normal level of 25(OH)D (≥30 ng/mL). Vitamin D can significantly increase the seizure threshold and reduce the severity of seizure.
Analisis Gas Darah dan Laktat Darah Tali Pusat sebagai Parameter Metabolik pada Asfiksia Perinatal Fitri Parinda Sitanggang; Bugis Mardina Lubis; Yazid Dimyati; Guslihan Dasa Tjipta; Beby Syofiani; Pertin Sianturi; Syamsidah Lubis; Fera Wahyuni
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46 No 9 (2019): Neurologi
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v46i9.450

Abstract

Asfiksia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian neonatus per tahun. Skor Apgar dapat memberikan informasi vitalitas neonatus namun memiliki beberapa keterbatasan. Asfiksia perinatal dapat muncul dari berbagai risiko intrapartum dan postpartum yang mengakibatkan terhentinya pertukaran gas pada fetus. Metabolisme anaerob akan menyebabkan akumulasi laktat dan penurunan pH. Analisis asam-basa dan laktat darah tali pusat dapat memberikan penilaian objektif terhadap status metabolik neonatus. Asphyxia still remain a major causes of neonatal death per year. Apgar score provides information on neonatal vitality but has several limitations. Perinatal asphyxia can arise from a variety of intrapartum and postpartum risks which result in cessation of gas exchange. Anaerobic metabolism will cause lactate accumulation and pH decrease. Analysis of acid-base and lactate in cord blood can provide an objective assessment of the metabolic status of the neonate.
Nutrisi Agresif untuk Neonatus Kurang Bulan Nikmah Febriyanti Marito Lubis; Bugis Mardina Lubis; Guslihan Dasa Tjipta; Pertin Sianturi; Beby Syoani Hasibuan; Syamsidah Lubis; Fera Wahyuni
Cermin Dunia Kedokteran Vol. 46 No. 5 (2019): Pediatri
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v46i5.472

Abstract

Banyak neonatus kurang bulan yang mengalami gagal tumbuh setelah lahir, salah satunya akibat nutrisi tidak adekuat. Pemberian nutrisi agresif mulai dikembangkan untuk mengatasi hal tersebut dengan pemberian nutrisi secara enteral atau parenteral segera setelah lahir. Praktik tersebut terbukti dapat memperbaiki tumbuh kembang neonatus kurang bulan dengan efek samping tidak signifikan. Many preterm newborns suffer from antenatal growth deprivation, which may be caused by inadequate nutritional intake. Aggressive nutritional support by administering enteral or parenteral nutrition immediately after birth is developed to treat the condition. This practice may improve growth and development of preterm newborns with insignificant adverse events.
Peran Vitamin D pada Epilepsi Anak Ratna Suwita Batubara; Johannes Harlan Saing; Pertin Sianturi; Yazid Dimyati; Cynthea Prima Destariani
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46 No 10 (2019): Farmakologi - Continuing Professional Development
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v46i10.418

Abstract

Vitamin D memiliki peran penting selama perkembangan otak, proliferasi, diferensiasi, neurotrofik, dan neuroprotektif. Bentuk aktif vitamin D menekan inflamasi dan mengubah keseimbangan antara penghambat sitokin dan sitokin eksitasi. Bentuk aktif vitamin D menunjukkan efek imunomodulator dan secara efektif dapat menekan inflamasi, sehingga mempunyai efek antikonvulsan. Penderita epilepsi anak berisiko tinggi mengalami defisiensi vitamin D. Pemakaian obat antiepilepsi sebagai politerapi dihubungkan dengan penurunan kadar vitamin D yang lebih besar dibandingkan obat anti-epilepsi sebagai monoterapi. Pemberian vitamin D harus cukup untuk mempertahankan kadar normal 25(OH) D (≥30 ng/mL). Pemberian vitamin D pada epilepsi dapat meningkatkan batas ambang kejang secara signifikan dan mengurangi keparahan kejang. Vitamin D has an important role during brain development, proliferation, differentiation, neurotrophic, and neuroprotection. The active form of vitamin D suppresses inflammation and changes the balance between inhibitory cytokines and excitatory cytokines. The active form of vitamin D shows an immunomodulatory effect and can effectively suppress inflammation so that it has an anticonvulsant effect. Epileptic children are in high risk of vitamin D deficiency. Antiepileptic polytherapy is associated with a greater reduction in vitamin D levels than in monotherapy. Vitamin D supplementation must be sufficient to maintain normal level of 25(OH)D (≥30 ng/mL). Vitamin D can significantly increase the seizure threshold and reduce the severity of seizure.
Analisis Gas Darah dan Laktat Darah Tali Pusat sebagai Parameter Metabolik pada Asfiksia Perinatal Fitri Parinda Sitanggang; Bugis Mardina Lubis; Yazid Dimyati; Guslihan Dasa Tjipta; Beby Syofiani; Pertin Sianturi; Syamsidah Lubis; Fera Wahyuni
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46 No 9 (2019): Neurologi
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v46i9.450

Abstract

Asfiksia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian neonatus per tahun. Skor Apgar dapat memberikan informasi vitalitas neonatus namun memiliki beberapa keterbatasan. Asfiksia perinatal dapat muncul dari berbagai risiko intrapartum dan postpartum yang mengakibatkan terhentinya pertukaran gas pada fetus. Metabolisme anaerob akan menyebabkan akumulasi laktat dan penurunan pH. Analisis asam-basa dan laktat darah tali pusat dapat memberikan penilaian objektif terhadap status metabolik neonatus. Asphyxia still remain a major causes of neonatal death per year. Apgar score provides information on neonatal vitality but has several limitations. Perinatal asphyxia can arise from a variety of intrapartum and postpartum risks which result in cessation of gas exchange. Anaerobic metabolism will cause lactate accumulation and pH decrease. Analysis of acid-base and lactate in cord blood can provide an objective assessment of the metabolic status of the neonate.
Nutrisi Agresif untuk Neonatus Kurang Bulan Nikmah Febriyanti Marito Lubis; Bugis Mardina Lubis; Guslihan Dasa Tjipta; Pertin Sianturi; Beby Syoani Hasibuan; Syamsidah Lubis; Fera Wahyuni
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46 No 5 (2019): Pediatri
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v46i5.472

Abstract

Banyak neonatus kurang bulan yang mengalami gagal tumbuh setelah lahir, salah satunya akibat nutrisi tidak adekuat. Pemberian nutrisi agresif mulai dikembangkan untuk mengatasi hal tersebut dengan pemberian nutrisi secara enteral atau parenteral segera setelah lahir. Praktik tersebut terbukti dapat memperbaiki tumbuh kembang neonatus kurang bulan dengan efek samping tidak signifikan. Many preterm newborns suffer from antenatal growth deprivation, which may be caused by inadequate nutritional intake. Aggressive nutritional support by administering enteral or parenteral nutrition immediately after birth is developed to treat the condition. This practice may improve growth and development of preterm newborns with insignificant adverse events.