Guslihan D Tjipta
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, Indonesia

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Profil Sepsis Neonatus di Unit Perawatan Neonatus RSUP H Adam Malik Medan Tahun 2008 - 2010 Pertin Sianturi; Beby S Hasibuan; Bugis M Lubis; Emil Azlin; Guslihan D Tjipta
Sari Pediatri Vol 14, No 2 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp14.2.2012.67-72

Abstract

Latar belakang. Sepsis neonatus sebagai suatu sindrom klinis yang terjadi dalam satu bulan pertama kehidupan bermanifestasi sistemik dan dijumpai bakterimia. Insidens sepsis bervariasi dengan gejala klinis tidak khas dan progresivitas gejala dapat terjadi dalam 24 jam. Sepsis pada neonatus mempunyai tingkat mortalitas tinggi.Tujuan. Mengetahui profil dan mortalitas sepsis neonatus di Unit Perawatan Neonatus RSUP.H Adam Malik MedanMetode. Suatu penelitian deskriptif data rekam medis pasien sepsis neonatus di unit perawatan neonatas RSUP. Adam Malik Medan, sejak Januari 2008 sampai Desember 2010. Data pasien dilakukan pemeriksaan darah lengkap, C-reactive protein (CRP),dan kultur darah, serta antibiotik empiris. Pasien dengan data tidak lengkap dan menderita kelainan bawaan serius dieksklusi. Sampel dikelompokkan dua kelompok yaitu bayi pulang hidup dan meninggal.Hasil. Didapat 239 bayi diduga sepsis, di antaranya 158 terbukti sepsis, 103 dieksklusi (69 kelainan kongenital dan 34 data tidak lengkap). Pasien yang diikutsertakan 55 bayi yaitu 44 hidup dan 11 meninggal. Sepsis neonatus pada laki-laki lebih banyak dari perempuan, tetapi perempuan lebih banyak yang meninggal. Kepekaan kuman yang tinggi terhadap satu atau kedua antibiotik empiris terdapat pada 13 sepsis neonatus. Terbanyak meninggal sepsis neonatus dengan berat lahir rendah, prematur, kuman yang resisten terhadap kedua jenis antibiotik empiris, Gram negatif, dan jenis kuman Enterobacter sp.Jenis kuman yang paling banyak dijumpai adalah Staphylococcus sp.Kesimpulan. Sepsis salah satu penyebab utama kematian neonatus yang dipengaruhi oleh berat lahir rendah, prematuritas, resistensi kuman terhadap antibiotik empirik dan jenis kuman. Penyebab sepsis neonatus terbanyak adalah kuman Gram negatif yang berkontribusi terhadap angka mortalitas
Dampak Proteksi Air Susu Ibu Terhadap Infeksi Omar Sazaly Aldy; Bugis M Lubis; Pertin Sianturi; Emil Azlin; Guslihan D Tjipta
Sari Pediatri Vol 11, No 3 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp11.3.2009.167-73

Abstract

Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan cara alami untuk menjaga nutrisi yang baik, meningkatkan daya tahan tubuh serta memelihara emosi selama masa pertumbuhan dan perkembangan bayi.1 Dilaporkan bahwa ASI mengandung zat nutrisi yang dibutuhkan serta faktor anti bakteri dan anti virus yang melindungi bayi terhadap infeksi. Beberapa penelitian membuktikan ASI dapat mengurangi kejadian berbagai infeksi selama masa bayi dan balita terhadap gastroenteritis, infeksi saluran pernapasan, otitis media, sepsis neonatorum, dan infeksi saluran kemih.
Perbandingan Pemberian Vitamin K Dosis Tunggal Intramuskular pada Bayi Prematur dan Aterm Terhadap Masa Protrombin Asrul Asrul; Nancy Ervani; Bugis M Lubis; Emil Azlin; Lily Emsyah; Bidasari Lubis; Guslihan D Tjipta
Sari Pediatri Vol 9, No 1 (2007)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.1.2007.17-22

Abstract

Latar belakang. Defisiensi vitamin K atau hypoprothrombinemia pada bayi baru lahir dapat menyebabkanperdarahan karena faktor koagulasi yang bergantung vitamin K tidak adekuat. Bayi prematur kurangmemperlihatkan respon optimal dengan pemberian vitamin K disebabkan imaturitas sel hati.Tujuan penelitian. Mengetahui apakah vitamin K dosis tunggal intramuskular sama efektifnya padabayi prematur dibandingkan dengan bayi aterm terhadap masa protrombin.Metode. Uji klinis bayi baru lahir prematur dan aterm yang dirawat antara bulan Februari – Juli 2006 diRumah Sakit Pirngadi Medan. Kriteria eksklusi ialah menggunakan antibiotik, bayi denganhiperbilirubinemia. Pemeriksaan masa protrombin (PT) dilakukan sebelum pemberian vitamin K padahari pertama dan diulapng pemeriksaan PT pada hari ketiga terhadap bayi prematur dan aterm. Analisisstatistik secara uji t independen dan berpasangan, indeks kepercayaan 95%, kemaknaan p<0,05.Hasil. Dari 38 bayi prematur, 20 laki-laki, 18 perempuan dan 38 bayi aterm, 18 laki, 20 perempuan.Nilai PT bayi prematur hari pertama; rata-rata 38,7±18,4 detik, hari ketiga; 22,9±6,6 detik. Pada bayiaterm PT hari pertama; rata-rata 30,0±17,7 detik, pada hari ketiga rata-rata 16.9±7.3 detik. Tidak bermaknanilai PT pada hari pertama, namun terdapat perbedaan bermakna nilai PT pada hari ketiga antara bayiprematur dan aterm. Rata-rata terjadi penurunan nilai PT pada hari ketiga.Kesimpulan. Terdapat perbedaan bermakna nilai PT antara bayi prematur dengan aterm sebelum dan sesudahdiberikan vitamin K dosis tunggal intramuskular. Perubahan nilai PT antara hari pertama dengan hari ketigabaik pada bayi aterm maupun prematur setelah diberikan vitamin K
Gambaran Pola Resistensi Bakteri di Unit Perawatan Neonatus Pertin Sianturi; Beby S. Hasibuan; Bugis M. Lubis; Emil Azlin; Guslihan Dasa Tjipta
Sari Pediatri Vol 13, No 6 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (76.882 KB) | DOI: 10.14238/sp13.6.2012.431-6

Abstract

Latar belakang. Angka kejadian sepsis neonatus di negara sedang berkembang masih cukup tinggi. Sepsis neonatus paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Penundaan pengobatan akan menyebabkan perburukan penyakit dan mengakibatkan kematian. Sebaliknya penanganan yang berlebihan akan meningkatkan penggunaan antibiotik, lama rawatan, dan kejadian infeksi nosokomial.Tujuan. Untuk menentukan pola kuman dan resistensi antibiotik di unit perawatan neonatus RSUP. H Adam Malik Medan sebagai acuan pemilihan antibiotik.Metode. Penelitian observasional deskriptif berdasarkan data rekam medik pasien dirawat di Unit Perawatan Neonatus RSUP.HAM sejak 1 Januari 2008 sampai 31 Desember 2010. Semua bayi dengan gejala klinis sepsis diberikan antibiotik empirik sampai hasil kultur diperoleh. Semua hasil biakan diuji kepekaan dan resistensi terhadap berbagai jenis antibiotik.Hasil. Jumlah pasien rawatan 1403 orang dengan sangkaan sepsis 239 bayi. Hasil biakan darah yang diperoleh tahun 2008 sampai 2010 berturut-turut 43/66 kasus, 80/118 kasus, dan 35/55 kasus. Sepsis neonatus dominan laki-laki, yaitu 86 (54,4%). Bayi prematur menderita sepsis 45(28,5%). Kuman paling banyak dijumpai adalah kuman gram negatif. Kuman penyebab sepsis paling banyak adalah Staphylococcus spdiikuti Pseudomonas spdan Enterobacter sp. Vancomycin merupakan antibiotik paling sensitif tahun 2008 dan 2009 sedangkan tahun 2010 antibiotik paling sensitif adalah amikacin. Resistensi kuman terhadap antibiotik golongan Penicillin sudah sangat tinggi. Bakteri staphylococcus sp,pseudomonas sp,enterobacter spmasih sensitif terhadap antibiotik vankomisin, amikasin dan meropenem.Kesimpulan. Pola kuman paling banyak dijumpai di unit perawatan neonatus RSUP.HAM adalah Staphylococcus sp, Pseudomonas sp dan Enterobacter spsensitif terhadap vancomycin, meropenem dan amikacin sedangkan penggunaan antibiotik lini pertama yaitu ampisilin, gentamicin dan cefotaxime telah resisten.
Diarrhea in Neonates at the Subdivision of Perinatology Dr. Pirngadi Hospital, Medan Nurjannah Nurjannah; Guslihan D. Tjipta; Dachrul Aldy; Noersida Raid
Paediatrica Indonesiana Vol 31 No 7-8 (1991): July - August 1991
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.651 KB)

Abstract

A retrospective study on diarrheal manifestation in newborn babies was conducted at the ward of Neonatology, Dr. Pirngadi Hospital Medan from January to December 1988. There were all 3367 babies hospitalized during the study period. One hundred and thirty five (4.0%) had diarrhea, including 106 (78.5%) babies with birth weights of ≥2500 gram. Of 2478 babies with spontaneous delivery, 14 (1.4%) babies had diarrhea, while of 889 babies with obstetrical intervention delivery 101 (11.4%) babies had diarrhea. The difference was statistically significant (pL. 0.001). Of 115 babies with diarrhea, there were 81 (60.7%) with moderate and 11 (23.0%) wirh severe dehydration. The mortality rate was 47.5% in patients with accompanying diseases and 0.0% in them without. The mortality rare in babies with birth weights < 1500 gr was 37.9% and 16.9% in babies with birthwejghts ≥2500 gram (p<. 0.001). The mortality rste increased with the increase of dehyrotion (p<0.03).
Analisis Gas Darah dan Laktat Darah Tali Pusat sebagai Parameter Metabolik pada Asfiksia Perinatal Fitri Parinda Sitanggang; Bugis Mardina Lubis; Yazid Dimyati; Guslihan Dasa Tjipta; Beby Syofiani; Pertin Sianturi; Syamsidah Lubis; Fera Wahyuni
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46, No 9 (2019): Neuropati
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v46i9.437

Abstract

Asfiksia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian neonatus per tahun. Skor Apgar dapat memberikan informasi vitalitas neonatus namun memiliki beberapa keterbatasan. Asfiksia perinatal dapat muncul dari berbagai risiko intrapartum dan postpartum yang mengakibatkan terhentinya pertukaran gas pada fetus. Metabolisme anaerob akan menyebabkan akumulasi laktat dan penurunan pH. Analisis asam-basa dan laktat darah tali pusat dapat memberikan penilaian objektif terhadap status metabolik neonatus.Asphyxia still remain a major causes of neonatal death per year. Apgar score provides information on neonatal vitality but has several limitations. Perinatal asphyxia can arise from a variety of intrapartum and postpartum risks which result in cessation of gas exchange. Anaerobic metabolism will cause lactate accumulation and pH decrease. Analysis of acid-base and lactate in cord blood can provide an objective assessment of the metabolic status of the neonate. 
Nutrisi Agresif untuk Neonatus Kurang Bulan Nikmah Febriyanti Marito Lubis; Bugis Mardina Lubis; Guslihan Dasa Tjipta; Pertin Sianturi; Beby Syofiani Hasibuan; Syamsidah Lubis; Fera Wahyuni
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46, No 5 (2019): Pediatri
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v46i5.484

Abstract

Banyak neonatus kurang bulan yang mengalami gagal tumbuh setelah lahir, salah satunya akibat nutrisi tidak adekuat. Pemberian nutrisi agresif mulai dikembangkan untuk mengatasi hal tersebut dengan pemberian nutrisi secara enteral atau parenteral segera setelah lahir. Praktik tersebut terbukti dapat memperbaiki tumbuh kembang neonatus kurang bulan dengan efek samping tidak signifikan.Many preterm newborns suffer from antenatal growth deprivation, which may be caused by inadequate nutritional intake. Aggressive nutritional support by administering enteral or parenteral nutrition immediately after birth is developed to treat the condition. This practice may improve growth and development of preterm newborns with insignificant adverse events. 
Perbedaan kadar antitrombin III pada sepsis neonatal kultur darah positif dan kultur darah negatif Prima Indah Siridian; Ricke Loesnihari; Guslihan Dasa Tjipta
Intisari Sains Medis Vol. 10 No. 1 (2019): (Available online 1 April 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.811 KB) | DOI: 10.15562/ism.v10i1.335

Abstract

Background: Fetal and neonatal hemostatic systems are dynamic. Coagulation and inhibitors of coagulation factors are progressively synthesized by the fetus which begins after 34 weeks of pregnancy and at the initial hours after birth. The neonatal hemostatic system generally shifts towards hypercoagulability. During sepsis, this hypercoagulability is exacerbated by an imbalance of coagulation and inhibitors of coagulation factors including antithrombin III. This study aimed to determine differences of antithrombin III levels in neonatal sepsis positive blood cultures (proven sepsis) and negative blood cultures (unproven sepsis).Methods: The subjects of this study were 26 patients of neonatal sepsis, which consisted of 13 positive blood cultures and 13 negative blood cultures. Levels of antithrombin III were examined by chromogenic methods. Examination of blood cultures of gram-positive bacteria using manual method and gram-negative bacteria using semiautomatic method. Data analysis uses an independent t test.Results: Antithrombin III levels in neonatal sepsis patients positive blood culture (73,23 ± 21,62) didn’t differ significantly compared to negative blood cultures (65,63 ± 20,81) with p = 0,370 (p> 0,05). The bacterial pattern that caused neonatal sepsis were Staphylococcus sp. (84,6%), CoNS (81,8%), Staphylococcus aureus (18,2%)}, Salmonella spp (7,7%) and Klebsiella pneumoniae ssp pneumoniae (7,7%). The sensitivity pattern of Staphylococci to cefoxitin to determine resistence, found 5 Methicillin-resistant Staphylococci (MRS) and 1 Meticillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Conclusion: There were no significant differences of antithrombin III levels in neonatal sepsis positive blood cultures and negative blood cultures.
Perbedaan rerata kadar protein-C pada sepsis neonatorum dengan kultur positif dan negative di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2018 Jeffry Nugraha; Ricke Loesnihari; Guslihan Dasa Tjipta
Intisari Sains Medis Vol. 10 No. 2 (2019): (Available online: 1 August 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.841 KB) | DOI: 10.15562/ism.v10i2.354

Abstract

Background: First ten months from conception is a period of susceptibility to infection. Diagnostic testing for disease must be conducted as quickly as possible for antimicrobial administration. Blood culture, the 'gold standard' for diagnosis, is full of shortcomings. Decreasing protein C levels are characteristic of sepsis due to an increase in consumption, degradation, or decreased synthesis, so that the onset of protein C deficiency may occur before the diagnosis of sepsis.Aim: The study aimed to determine the difference in mean serum C protein levels in septic neonatorum in which positive cultures compared with negative culturesMethods: The sample in this study were septic neonatorum patients in the perinatology unit of H. Adam Malik General Hospital Medan by consecutive sampling technique. The blood was incubated in BACTEC 9050 and identified with gram staining, gram-positive identified by catalase, coagulase and MSA tests, while gram-negative with API 20E. Protein C was examined with Coatron A4. A bivariate analysis determined differences in protein C in septic neonatorum with positive and negative cultures.Result: The prevalence of positive culture sepsis was 36.1%. The most common pathogens were Staphylococci epidermidis (19.4%). There was no significant difference in protein C levels between the septic neonatorum with positive and negative cultures (p = 0.166). Positive culture sepsis is a risk factor associated with protein C decreasing with p = 0.011. Positive culture sepsis had a higher risk of reducing protein C levels by 7.536 times compared to negative culture sepsis.Conclusion: There were no significant differences in protein C levels between septic neonatorum with positive and negative cultures, but sepsis was significantly associated with a decrease in C protein levels.
Analisis Gas Darah dan Laktat Darah Tali Pusat sebagai Parameter Metabolik pada Asfiksia Perinatal Fitri Parinda Sitanggang; Bugis Mardina Lubis; Yazid Dimyati; Guslihan Dasa Tjipta; Beby Syofiani; Pertin Sianturi; Syamsidah Lubis; Fera Wahyuni
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46 No 9 (2019): Neurologi
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v46i9.450

Abstract

Asfiksia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian neonatus per tahun. Skor Apgar dapat memberikan informasi vitalitas neonatus namun memiliki beberapa keterbatasan. Asfiksia perinatal dapat muncul dari berbagai risiko intrapartum dan postpartum yang mengakibatkan terhentinya pertukaran gas pada fetus. Metabolisme anaerob akan menyebabkan akumulasi laktat dan penurunan pH. Analisis asam-basa dan laktat darah tali pusat dapat memberikan penilaian objektif terhadap status metabolik neonatus. Asphyxia still remain a major causes of neonatal death per year. Apgar score provides information on neonatal vitality but has several limitations. Perinatal asphyxia can arise from a variety of intrapartum and postpartum risks which result in cessation of gas exchange. Anaerobic metabolism will cause lactate accumulation and pH decrease. Analysis of acid-base and lactate in cord blood can provide an objective assessment of the metabolic status of the neonate.