M. Inzah
Universitas Islam Zainul Hasan Genggong

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Ibn Hazm dan Imam Asy-Syafi’i Membincang Istimna’ M. Inzah
Asy-Syari’ah : Jurnal Hukum Islam Vol 2 No 1 (2016): Asy-Syari`` ah Januari 2016
Publisher : Fakultas Syariah Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55210/assyariah.v2i1.242

Abstract

Most of the Ulema forbid the act of masturbation. One of the prominent scholars who forbid schools and denouncing acts of masturbation / istimna is the Imam Shafi’i. Legal basis cling Imam Shafi’i law in setting masturbation/ masturbation / istimna ‘This is the Word of Allah. in the Qur’an Surat al-Muminun verse: 5-6. Where in the verse there are only two things that are allowed for in jima ‘, with wives and slaves. So, masturbation is forbidden because it is not mentioned in the verse of Al-Qur’an. And it is reinforced in the next paragraph in the same letter. In addition Imam Shafi’i also seen in terms of moral ethics which turns the act of masturbation does not include actions are commendable. Ibn Hazm one of the scholars of the school of Zahiri said that masturbation / masturbation it makruh law and no sin [La Isma fihi]. However, according to masturbation / masturbation can be forbidden because of damage ethics and nobility were commendable. Ibn Hazm take legal argument with the statement that people who touched his own cock with his left hand is allowed by the ijma ‘(agreement of all the clergy). By this consideration that there is no additional than the legal permissible, except for deliberate release sperm [at-Ta’ammud li Nuzul al-Maniy] during masturbation. This act can not be prohibited altogether. Because the Word of God in the Qur’an Surat al-An’am: 119, Allah has explained what is forbidden him and the Qur’an does not find the verse which states about the prohibition of the act of masturbation. Although in terms of moral ethics Ibn Hazm also consider masturbation as licentious acts. While the medical view on masturbation, in reality the masturbation impact studies prove that it can reduce and prevent prostate cancer is alsoone cause of cancer death affected humans the disease. In psikologipun bit much there are benefits to be felt and there are also disadvantages to be derived as well from committing the act of masturbation. But various trends, impacts or the effects would be back for the offender itselfs in addressing this masturbation.
Persepsi Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di SMP Taruna Dra Zulaeha Leces Probolinggo Fiddina Arifa Arifa; Imam Bukhori Bukhori; M. Inzah Inzah
TA'DIBUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol 6, No 1 (2023): Educational Issues
Publisher : Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/jpai.6.1.36-44

Abstract

Kurikulum sangat penting untuk keberhasilan pendidikan. Agar tujuan pembelajaran dapat dilaksanakan dan tercapai, guru harus mengikuti kurikulum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi guru tentang penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah. SMP Taruna Dra Zulaeha Leces Probolinggo menjadi lokasi penelitian. Guru Pendidikan Agama Islam adalah subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif interaktif untuk pengumpulan data, reduksi data, dan penyajian, serta untuk menarik kesimpulan, yang semuanya dilakukan secara bersamaan dan berkesinambungan untuk menjamin validitas penelitian. Catatan lapangan dan wawancara tidak terstruktur dengan guru PAI digunakan untuk mengumpulkan data, yang kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menghasilkan hasil yang valid. 1) Beberapa guru menanggapi Kurikulum Merdeka dengan baik, sementara yang lain tidak. Ini terungkap dari hasil temuan penelitian. 2) Menurut guru, Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dinamis yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan guru, siswa, dan sekolah. Untuk mempertahankan dan mencapai tujuan pendidikan di Indonesia, guru percaya bahwa kurikulum merdeka memiliki prinsip-prinsip yang berorientasi pada kebutuhan siswa. 4) Menurut guru, kurikulum merdeka menawarkan kebebasan bagi semua bagian sistem pendidikan, mulai dari sekolah guru hingga siswa, tetapi kelemahannya hanya memerlukan pelatihan berkelanjutan. 5) Guru yang mulai menggunakan kreativitas dan inovasi di kelas menjadi bukti bahwa guru PAI sudah mampu menyesuaikan diri dengan kurikulum merdeka.
Etika Guru dalam Kitab Adab Al’alim Wal Muta’allim Sidik Kholifin; Ainol Ainol; M. Inzah
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 6 No. 7 (2023): JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)
Publisher : STKIP Yapis Dompu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54371/jiip.v6i7.2397

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana etika guru dalam kitab Al-'Alim Wal Muta'Allim dilakukan, meliputi perencanaan dan pelaksanaannya. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji evolusi genre penulisan karya Adab Al-Alim yang dihasilkan oleh para sarjana Islam. Banyak karya yang berkaitan dengan Adab Al-'?lim telah dipresentasikan dan didiskusikan, berdasarkan tanggal dimulainya dari abad ke-2 hingga ke-11. Penelitian ini menggunakan metode penelitian literatur kualitatif. Kajian ini menarik perhatian yang besar terhadap materi pelajaran Adab Al-'?lim, menciptakan suatu karya yang dapat digunakan para ulama sebagai pedoman pembinaan para santrinya, khususnya yang berkaitan dengan etika keguruan, guna menjadikan guru sebagai guru yang profesional. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk menyelenggarakan madrasah dan menyelenggarakan program pendidikan akhlak bagi guru dengan kitab Adab Al-'Alim Wa Muta'Allim.
PROMOTING MULTICULTURAL EDUCATION THROUGH CULTURALLY RESPONSIVE TEACHING IN CITIES AND VILLAGES: UNDERSTANDING THE DIFFERENCES AND IMPLICATIONS FOR EDUCATORS M. Inzah
HUMANISTIKA : Jurnal Keislaman Vol 9 No 2 (2023): Juni 2023
Publisher : Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan Genggong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Multicultural education is an approach to teaching and learning that recognizes and values the diversity of students' backgrounds, experiences, and perspectives. However, the implementation of multicultural education may differ in cities and villages due to differences in population, resources, and cultural norms. This paper explores the differences in multicultural education in cities and villages, and their implications for educators. Drawing on literature from many resources of scientific paper, the paper highlights the challenges and opportunities for multicultural education in both urban and rural settings.