TPA Tamangapa di Kota Makassar telah mengalami kelebihan kapasitas sejak tahun 2019, dengan timbulan sampah harian mencapai lebih dari 900 ton. Praktik open dumping menyebabkan pencemaran air tanah melalui lindi dan pelepasan gas beracun yang berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar. Padahal, sekitar 21,62% sampah yang ditimbun merupakan material bernilai yang masih dapat dipulihkan. Kondisi ini mendorong kebutuhan akan model pengelolaan sampah yang tidak hanya mengurangi beban TPA, tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat rentan yang selama ini bergantung pada pengumpulan sampah secara informal. Kegiatan pengabdian ini dilakukan melalui program upskilling berbasis wirausaha sosial di Rumah Pemulihan Lestari (RPL), yang menyasar tujuh perempuan pemulung di sekitar TPA Antang. Program dilaksanakan melalui tahapan perencanaan, pelatihan teori dan praktik, pelatihan di tempat kerja, serta pendampingan berkelanjutan. Evaluasi keberhasilan menggunakan Model Kirkpatrick yang diadaptasi secara kualitatif untuk memahami perubahan pada tingkat reaksi, pembelajaran, perilaku, dan hasil secara komprehensif. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan kompetensi teknis peserta dalam pemilahan dan kontrol kualitas sampah serta penerapan standar K3. Selain itu, terjadi peningkatan status sosial ekonomi, ditandai dengan peralihan dari sektor informal ke pekerjaan formal dengan peningkatan pendapatan lebih dari 150% per bulan. Program ini juga memberikan dampak lingkungan yang positif melalui pengalihan lebih dari 1 ton/minggu sampah plastik bernilai rendah dari TPA ke proses pengolahan. Dengan demikian, model pemberdayaan ini berpotensi menjadi pendekatan berkelanjutan untuk solusi persampahan perkotaan.