Skizofrenia merupakan bentuk psikosis fungsional paling berat dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Di Indonesia, penyakit skizofrenia berkisar antara 0,3-1 %. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien skizofrenia dan mengetahui pola pengobatan antipsikotik pasien skizofrenia. Metode ini dilakukan dengan pendekatan secara prospektif dengan menggunakan hasil observasi. Hasil penelitian karakteristik pasien skizofrenia menunjukkan mayoritas pasien berjenis kelamin laki-laki (62,26 %), usia pada masa dewasa awal, 26-35 (41,51 %), memiliki status perkawinan belum menikah (29,25 %), mayoritas jenis skizofrenia yang diderita adalah skizofrenia tak terinci (54,72 %), tidak memiliki pekerjaan (88,68 %), dengan lama gangguan 1-5 tahun (65,09 %). Terapi pengobatan antipsikotik yang sering digunakan dalam resep tunggal adalah antipsikotik atipikal, clozapin yang merupakan golongan dibenzodiazepin (59,28 %), dan pada resep kombinasi yang paling sering digunakan adalah golongan tipikal dan golongan atipikal, kombinasi haloperidol dan clozapin (36,4 %). Pola ketepatan dosis untuk obat klorpromazin 100% sesuai, trifluoresin 100% sesuai, haloperidol 97,2% sesuai dan 2,8% tidak sesuai, Clozapin 73,91% sesuai, dan 26,09% tidak sesuai, risperidon 96,3% sesuai dan 3,7% tidak sesuai. Berdasarkan hasil yang dapat disimpulkan, pasien skizofrenia akan diberi terapi antipsikotik generasi pertama, klorpromazin, triflurezin, haloperidol. Dan antipsikotik generasi kedua, clozapin dan risperidon.