Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

The architecture of the Catholic Church in the modern movement in Indonesia Rosalia Rachma Rihadiani; Ikaputra
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur Vol 8 No 1 (2023): ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur | Januari 2023 ~ April 2023
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/arteks.v8i1.1891

Abstract

Catholic church architecture is part of the development of architecture, especially in Europe. The rationalism and density of iconic Catholic church buildings in Europe raise the allegation that the architecture of the Catholic church during the modern movement was not found in Europe but appeared in missionary areas, including Indonesia. Queen Wilhelmina adopted the ethical policy in 1901 was a driving factor for the emergence of modern-style buildings in Indonesia, including the Catholic church building. Symbols and ornaments are part of the architecture of the Catholic Church; this is contrary to the anti-ornament school of modern architecture. This research looks at the architecture of the Catholic Church in Indonesia during the 1890 - 1945 period of the modern movement. The research method used descriptive qualitative with secondary data collection. The results showed that the architecture of the Catholic Church in Indonesia during the modern movement had an identity: geometric shapes on the facade, simple symbols and ornaments and a three-dimensional roof.
Karakteristik Kawasan Tepian Parit Besar di Kota Pontianak: The characteristics of the Parit Besar District in Pontianak City Adhitya Djarot; Ikaputra
SARGA: Journal of Architecture and Urbanism Vol. 18 No. 1 (2024): January 2024
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/sarga.v18i1.827

Abstract

Kota Pontianak adalah kota yang terbentuk dari sungai Kapuas yang terbelah menjadi dua sungai yaitu sungai Kapuas Kecil dan sungai Landak yang menjadi ikonik Kota Pontianak. Dahulunya pusat peradaban kota ini berada di tepian sungai dengan orientasi bangunan dan bentuk yang terpengaruh terhadap sungai dan parit-parit didalamnya, tak ayal kota Pontianak disebut juga dengan kota seribu parit dengan jumlah parit yang mencapai ribuan. Seiring perkembangan zaman dengan berkembangnya berbagai teknologi termasuk moda transportasi darat, orientasi masyarakat secara perlahan yang dahulu mengorientasikan permukiman terhadap air seakan beralih orientasi ke darat sehingga menjadikan kota Pontianak tidak lagi sepenuhnya berorientasi terhadap parit dan sungai. Penelitian melalui studi tipologi dan morfologi koridor parit pada penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik dan identitas bentuk kawasan yang ada di tepian koridor parit di Kota Pontianak sehingga dari hasil penelitian ini diharapkan karakteristik dan identitas itu dapat dikembangkan sehingga mengeluarkan strategi serta melestarikan kota parit.
Karakter Pecinan pada Kawasan Bekas Pusat Pusat Perdagangan Kampung Malabero Kota Bengkulu: Characteristics Of Chinatown Area in Ex Trading Center Of Malabero Village, Bengkulu City Mohammad 'Azam Izzuddin; Ikaputra
SARGA: Journal of Architecture and Urbanism Vol. 18 No. 1 (2024): January 2024
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/sarga.v18i1.917

Abstract

Kampung Malabero Kota Bengkulu memiliki satu wilayah bagian kecil yang disebut Kampung Cina. Kampung ini sudah lama dijadikan sebagai tempat tinggal bagi orang berdarah Tionghoa dan kampung ini sudah ada sejak zaman penjajahan Inggris, ketika mereka berusaha menguasai perdagangan lada sekitar abad ke-16. Sekitar tahun 1689, setelah kemitraan perdagangan Inggris East India Company (EIC) mengizinkan masuk, banyak orang keturunan Tionghoa pindah ke kota Bengkulu. Tahun 1970-an merupakan masa kejayaan Kampung ini. Di sinilah sebagian besar warga Bengkulu biasa berbelanja aneka dagangan mulai dari kelontong, pakaian, elektronik dan perabotan rumah tangga. Sejarah yang panjang dan keunikan bangunan arsitektur menjadikan tempat ini sebagai destinasi wisata sejarah yang cukup popular dan mungkin tidak dimiliki oleh daerah lain. Namun, masa kejayaan kampung ini memudar pada 1990-an. Memudarnya kajayaan kawasan kecil ini diiringi oleh redupnya Karakter Pecinan pada Kawasan. Kemunduran daya tarik kawasan muncul pada aktifitas kepariwisataan pecinan Kota Bengkulu ini. Dilatar belakangi oleh kemunduran tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana eksistensi kampung ini sebagai pecinan. Data penelitian ini adalah data kualitatif, yakni data yang tidak dapat dihitung seperti; gambaran umum, lokasi penelitian, karakteristik kawasan, keberadaan, dan sejarah kawasan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Kampung Cina Kota Bengkulu masih memiliki karakter yang kuat sebagai Pecinan.
TIPOLOGI FASAD PABRIK GULA ERA HINDIA BELANDA DI YOGYAKARTA Nugrainna Malinda Husna; Ikaputra
Journal of Architectural Design and Development (JAD) Vol. 5 No. 1 (2024): JAD
Publisher : Program Sarjana Arsitektur Universitas Internasional Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37253/jad.v5i1.8852

Abstract

Pada era Hindia Belanda, Karesidenan Yogyakarta yang sekarang menjadi provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pernah memiliki 19 pabrik gula. Hal tersebut menjadikannya daerah dengan konsentrasi pabrik gula tertinggi di banding daerah lain di Pulau Jawa. Pada saat itu Pulau Jawa memiliki ratusan pabrik gula yang menjadikannya penghasil gula terbesar nomor 2 di dunia. Arsitektur pabrik gula dapat menjadi representasi gaya arsitektur yang berlangsung pada era itu. Mesin-mesin produksi yang berukuran besar membuat ukuran pabrik gula sendiri sangat masif, dominan, dan menjadi landmark di dalam kawasannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipologi fasad pabrik gula serta apa saja faktor yang mempengaruhi berbagai tipe fasad pabrik gula pada era Hindia Belanda di Yogyakarta. Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan rekonstruksi dua dimensi dari foto lama yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Dari penelitian ini ditemukan 10 tipologi fasad dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu posisi bangunan terhadap jalan, teknologi struktur atap, perluasan dan renovasi bangunan, perubahan kepemilikan pabrik gula, dan biro teknis yang melakukan renovasi.
Unpacking Etimology Urban Space Quality: Menuju Definisi Umum Wiliarto Wirasmoyo; Ikaputra
Arsir: Jurnal Arsitektur Vol 8 No 1 (2024): Arsir
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/arsir.v8i1.49

Abstract

The concept of "urban" is often understood from various perspectives, but not comprehensively. This writing aims to provide a deeper understanding of the concept of urban, particularly urban space quality. The definition of urban space quality has not been fully captured, which motivates the need for a more in-depth exploration of the term. The research problem is the lack of a comprehensive understanding of the concept of urban space quality, leading to the absence of a universally accepted definition. The aim of this article is to examine the suitability of the use of the term "urban space quality" to provide a reference for its usage. The article utilizes a literature review, drawing from credible and traceable sources such as books, national-international journals, dictionaries, official documents, and previous studies related to the etymology of urban, urban space, and urban space quality. Urban space is defined as an external space contributing to the city's structure, communication, and social interaction. The concept of urban space quality remains multifaceted, with varying interpretations and dimensions, including safety, livability, environmental conditions, and social development. The findings underscore the complexity of urban space quality and the need for a comprehensive understanding of its parameters and factors.