Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

OPTIMASI PELAYANAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PDAM MELALUI PENGEMBANGAN KAPASITAS DISTRIBUSI AIR BERSIH PADA WILAYAH BERDAYA BELI TINGGI Rosmayasari, Muliani; Iqbal, Rofiq
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 24, No 2 (2018)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: PDAM Kota Pekalongan merupakan perusahaan yang memiliki fungsi ganda yaitu sebai perusahaan yang profit oriented dan juga public service dimana kedua fungsi tersebut harus mampu mencapai keseimbangan karena mempunyai hubungan kausalitas yang erat dalam menjaga eksistensi usaha yang dijalankan. Tambahan suplai air bersih pada tahun 2019 sebesar 150 l/d yang akan diperoleh PDAM dari SPAM Regional Petanglong merupakan kesempatan bagi perusahaan untuk melakukan meningkatkan skala pelayanan melalui pengembangan jaringan saluran distribusi sekaligus meningkatkan pendapatan PDAM. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengembangan kapasitas distribusi air bersih di wilayah yang berdaya beli tinggi. Dari hasil survey yang dilakukan terhadap 285 responden non pelanggan jenis niaga di 10 kelurahan yang menjadi sasaran pengembangan diketahui 38,25% responden berminat untuk menjadi pelanggan PDAM. Pemilihan wilayah sasaran optimasi yang dilakukan berdasarkan parameter BEP menunjukan Kelurahan Pringrejo, Tirto, Medono, Buarankradenan, Pasirkratonkramat, Jenggot, Banyurip dan Bendankergon merupakan wilayah yang memberikan BEP lebih cepat dari 8 tahun. Analisis optimasi menunjukan hasil kapasitas air bersih yang diperlukan untuk optimasi golongan niaga di wilayah berdaya beli tinggi adalah 2,1 l/d dari 150 l/d kapasitas tambahan yang diterima PDAM. Pengembangan kapasitas distribusi air bersih di wilayah berdaya beli tinggi mampu meningkatkan pendapatan PDAM sebesar Rp 604.610.849/tahun dengan peningkatan profit margin sebesar 1,25% dibandingkan sebelum adanya pengembangan. Analisa ekonomi berdasarkan analisis BCR diperoleh nilai BCR >1, nilai NPV positif dan IRR sebesar 14% dimana berarti proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Kata kunci: optimasi, distribusi air bersih, pendapatan, PDAM Kota Pekalongan Abstract: PDAM Pekalongan City is a company that has a dual function, profit oriented and public service, where both functions must be able to achieve balance because it has a close causality relationship in maintaining the existence of the business being run. The additional 150 l/s water supply that will be obtained by PDAM in 2019 from the Regional SPAM Petanglong is an opportunity for companies to increase service scale through the development of distribution channel networks while increasing PDAM revenues. One effort that can be done is by developing clean water distribution capacity in areas with high purchasing power. From the results of a survey conducted on 285 respondents, non-commercial customers in the 10 urban villages that were targeted for development, 38.25% of respondents were interested in becoming PDAM customers. The selection of the optimization target area based on BEP parameters shows Pringrejo, Tirto, Medono, Buarankradenan, Pasirkratonkramat, Jenggot, Banyurip and Bendankergon villages are areas that provide BEP faster than 8 years. Optimization analysis shows that the results of clean water capacity needed for optimization of commercial groups in high purchasing power areas are 2.1 l/s from 150 l/s of additional capacity received by the PDAM. Development of clean water distribution capacity in high purchasing power areas can increase PDAM revenue by IDR 604,610,849/ year with an increase in profit margin of 1.25% compared to before the development. Economic analysis based on BCR analysis obtained BCR> 1 value, positive NPV value and IRR of 14% which means the project is declared feasible to be implemented. Keywords: optimization, distribution of clean water, revenue, PDAM Kota Pekalongan
ANALISIS STRATEGI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT UNTUK DAERAH RELOKASI PASCA BANJIR BANDANG SUNGAI CIMANUK KABUPATEN GARUT Besoni, Berlyan; Iqbal, Rofiq
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25, No 2 (2019)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Lengkong Jaya 4 merupakan salah satu daerah di Kabupaten Garut yang dialokasikan sebagai daerah relokasi untuk korban banjir bandang Sungai Cimanuk tahun 2016. Sistem penyediaan air minum merupakan salah satu infrastruktur utama yang dibutuhkan oleh penghuni daerah relokasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis nilai kemampuan dan kemauan membayar responden calon penghuni daerah relokasi serta menentukan strategi yang tepat terkait sistem penyediaan air minum di daerah relokasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, Contingent Valuation Method (CVM), merupakan metodologi berbasis survey yang digunakan untuk mengestimasi seberapa besar penilaian masyarakat terhadap komoditas lingkungan. Berdasarkan survey yang telah dilakukan dengan menggunakan metode CVM, rata-rata angka kemauan responden dalam membayar fasilitas air bersih adalah sebesar Rp 1.455/m3, sedangkan rata-rata angka kemampuan responden dalam membayar fasilitas air bersih adalah sebesar Rp 3.013/m3.  Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa angka kemauan membayar responden calon penghuni daerah relokasi lebih rendah daripada angka kemampuan mereka dalam membayar fasilitas air bersih. Selain itu, akan dilakukan analisis terhadap beberapa alternatif sistem penyediaan air minum. Alternatif sumber air bersih yang terdapat didaerah relokasi diantaranya sungai, mata air, dan sumur dalam. Alternatif terpilih merupakan sistem dengan biaya air bersih per m3 paling rendah. Hasil dari penelitian ini adalah rekomendasi sistem penyediaan air minum terbaik yang dapat digunakan di daerah relokasi. Kata kunci: banjir bandang, CVM, daerah relokasi, Lengkong Jaya 4, sistem penyediaan air minum Abstract: Lengkong Jaya 4 is one of the areas in Garut Regency which is allocated as a relocation area for Cimanuk River flash flood victims in 2016. Water supply system is one of the main infrastructure needed by the relocation area?s residents. The purpose of this study is to analyze the the relocation area?s  prospective residents ability to pay and willingness to pay as well as determine the appropriate strategy regarding the water supply system in the relocation area. The method used in this study, Contingent Valuation Method (CVM), is a survey-based methodology used to estimate how much the community evaluates to environmental commodities. Based on the survey which has been done using the CVM method, the respondents willingness to pay average number for clean water facilities is Rp 1,455/m3, while the respondents ability to pay average number for clean water facilities is Rp 3,013/m3. From these data, it can be concluded that the relocation area?s prospective occupants respondents had their willingness to pay average number lower than their ability to pay for clean water facilities. In addition, several water supply system alternatives will be analyzed. Alternative water sources for the relocation areas include rivers, springs and deep wells. The chosen alternative is the system with the lowest water cost per m3. The results of this study are recommendations for the best water supply system that  can be used in the relocation area. Keywords: CVM, flash flood, Lengkong Jaya 4, relocation area, water supply system 
EFISIENSI PENYISIHAN PARAMETER POLUTAN UTAMA PADA EFLUEN TANGKI SEPTIK MENGGUNAKAN BIOFILTER DENGAN MEDIA GAMBUT KELAPA Diyanti, Imania Eka; Iqbal, Rofiq
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 18, No 2 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.056 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2012.18.2.2

Abstract

Abstrak: Pencemaran air  kian menjadi masalah serius di  negara-negara berkembang, seiring dengan laju urbanisasi  dan  kurangnya  fasilitas  sanitasi.  Salah  satu  teknologi  sederhana  dan  ekonomis  yang  banyak diterapkan untuk mengolah air limbah domestik secara desentralisasi dalam skala komunitas adalah tangki septik, tetapi sistem ini cenderung membutuhkan pengolahan sekunder seperti biofiltrasi. Pada penelitian ini akan digunakan tangki septik gedung CC Barat ITB sebagai sumber influen biofilter, media utama gambut kelapa yang merupakan produk sampingan industri pengolahan kelapa, serta sistem intermittent dosingdengan waktu pengaliran 2 menit setiap 1 jam. Gambut kelapa dipilih karena keberadaannya melimpah di Indonesia dan harganya pun murah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja proses dan efisiensi penyisihan materi organik, amonia, serta kontaminan biologis (Escherichia coli) oleh biofilter fixed bed ukuran (1x1x1,2) m3 dalam mengolah efluen tangki septik selama periode uji 3 bulan. Akan dianalisis pula hasil olahannya untuk dijadikan bahan pertimbangan kelayakan biofilter tersebut sebagai pereklamasi air sederhana. Diperoleh hasil penyisihan parameter COD sebesar 75,81?87,73%; BOD 81,14?89,89%; TOC sebesar 66,04?86,45%; TSS 73,33?92,93%; NH3 sebesar 78,32?80,77%; dan total coliform sebesar 95,77?99,74%.
OPTIMALISASI JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM MENGGUNAKAN PENERAPAN DISTRICT METER AREA (DMA) PADA PDAM KABUPATEN PASAMAN BARAT UNIT SIMPANG AMPEK Rozaq, Ziad Abdul; Iqbal, Rofiq
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25, No 2 (2019)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Unit Simpang Ampek merupakan salah unit PDAM di Kabupaten Pasaman Barat, unit ini berada di pusat pemerintahan dan pemukiman dengan jumlah penduduk dan peningkatan jumlah penduduk tertinggi. Selain itu, unit Simpang Ampek memiliki jumlah pelanggan PDAM terbesar yaitu 4.116 sambungan dari total 7.816 sambungan di Kabupaten Pasaman Barat pada bulan Januari 2017. Sambungan pipa ini kerap kali mengalami kebocoran air sehingga PDAM Kabupaten Pasaman Barat termasuk kategori sakit dengan kebocoran mencapai 55,7% dari debit air yang didistribusikan. Oleh karena itu, PDAM harus mampu mengembangkan strategi pendekatan proaktif dalam melakukan analisis, desain, dan manajemen jaringan distribusi air melalui sistem komputasi dengan simulasi melalui perangkat lunak. Salah satu bentuk pendekatan tersebut adalah pembentukan sistem District Meter Area (DMA). Penelitian ini menggunaka 3 skenario, skenario 1 yang terdiri dari 3 zona dengan maksimal layanan 700-1.800 SR per zona, skenario 2 yang terdiri dari 4 zona dengan maksimal layanan 500-1.600 SR per zona, dan skenario 3 yang terdiri dari 5 zona dengan maksimal layanan 500-1.100 SR per zona. Berdasarkan rasio investasi, ketiga skenario tersebut masuk dalam kategori layak dengan rasio investasi sebesar 0.6 untuk skenario 1 dan 2, dan 0.7 untuk skenario 3. Berdasarkan hasil analisa teknis dan finansial, DMA skenario 3 terpilih sebagai desain yang efektif diterapkan karena pada penerapan DMA skenario 3 ini, membagi wilayah layanan distribusi Unit Simpang Ampek menjadi 5 zona. Berdasarkan hasil simulasi Epanet, Jumlah Node dengan tekanan di bawah 10 m paling kecil, yakni 9,6%. Selain itu ditinjau dari finansial, penerapan DMA Skenario 3 ini membutuhkan biaya investasi sebesar Rp 2.322,150,000,- dengan NPV, BCR dan PP selama periode analisis 18 tahun berturut-turut sebesar Rp 33.065.419.570,- ; 1,11 ; dan 10,01 tahun. Desain DMA skenario 3 ini memiliki ukuran zona layanan yang relatif kecil untuk meningkatkan kesadaran ?awarness? kebocoran pipa, perbaikan kebocoran secara aktif, mempermudah operasional penurunan kehilangan air fisik yang pada akhirnya akan mempercepat penurunan angka kehilangan air fisik. Kata kunci: Simpang Ampek, PDAM, DMA, epanetAbstract: Unit Simpang Ampek is one of PDAM unit in West Pasaman regency, This unit is in the centre of government and residential area, with the highest population and highest population growth rate.  Moreover, Unit Simpang Ampek has the highest number of consumer, with 4,116 of service connection from total 7,816 in January 2017. However, sometimes leakage occurs from this connection. This causes this PDAM belong to bad service category with percentage of leakage reaches 55.7% of total distributed water. Due to this condition, PDAM must develop strategy using proactive approach in analysing, design, and management of water distribution using computerizing system and software simulation. One of approaches that can be implemented is District Meter Area (DMA). This study uses 3 scenarios. The first scenario consists of 3 zones with the number of service connection between 700 and 1.800 per zone, the second scenario consists of 4 zones with the number of service connection between 500 and 1.600 per zone, the third scenario consists of 5 zones with the number of service connection between 500 and 1.100 per zone. Base on investment ratio, all these three scenarios are in feasible category with ratio investment 0.6 for the first and the second scenarios, and 0.7 for the third scenario. Based on the results of technical and financial analysis, DMA scenario 3 was chosen as an effective design applied because in the application of DMA scenario 3, divide the distribution service area of Simpang Ampek into 5 zones. Based on the Epanet simulation result, the Number of Nodes with the pressure below 10 m is the smallest, is 9.6%. In addition, in terms of financial, the implementation of DMA Scenario 3 requires an investment cost of Rp 2,322,150,000, - with NPV, BCR and PP over the 18-year analysis period in a row of Rp 33,065,419,570, -; 1.11; and 10.01 years. The DMA scenario 3 design has a relatively small service zone size to raise awareness of pipeline leakage, active leak repair, simplify operational reduction in physical water loss which will eventually accelerate the reduction in physical water loss.Keywords: Simpang Ampek, PDAM, DMA, Epanet
UPAYA PENINGKATAN KINERJA PDAM BERDASARKAN JALUR HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT INDIKATOR KINERJA Rubhasy, Inna; Iqbal, Rofiq
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 23, No 1 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.676 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.1.6

Abstract

Abstrak: Peningkatan kinerja PDAM merupakan salah satu cara untuk mencapai target akses aman air minum 100% di tahun 2019. Pencapaian akses aman air minum 100% dilihat dari jumlah penduduk yang terlayani air minum yang merupakan salah satu indikator kinerja yang dibuat BPPSPAM  (Badan  Peningkatan  Penyelenggaraan  Sistem Penyediaan  Air  Minum)  di Indonesia.  Tujuan penelitian ini adalah  untuk  mengidentifikasi  jalur  hubungan  sebab-akibat antar  indikator  kinerja  dalam  peta  strategi  BSC  yang  dapat  digunakan  untuk  PDAM  Way Agung di masa depan. Dalam studi ini menggunakan dua metode, yaitu FAHP dan penelitian eksperimental.  Metode  FAHP  untuk  menghitung  bobot  indikator  sebagai  penentu  indikator penyebab dan akibat, sedangkan metode penelitian eksperimental untuk mengetahui indikator yang memiliki hubungan. Setelah mencari subvariabel yang sama dalam 18 indikator kinerja BPPSPAM, indikator-indikator kinerja ini terindikasi memiliki 19 hubungan sebab-akibat. 19 hubungan sebab-akibat tersebut kemudian diaplikasikan ke dalam peta strategi BSC sehingga terdapat 16 jalur sebab-akibat. Kata kunci: BSC strategy map, Fuzzy-AHP, jalur sebab-akibat Abstract: Performance  improvement  of  water  utilities  (PDAM)  is  one  way  to  achieve  the target of 100% safe access of drinking water in 2019 in Indonesia. Achievement 100% safe access  of  drinking  water  seen from  total population  served  drinking  water  which is  one  of performance indicators set by BPPSPAM, a board formed to improve water supply systems in Indonesia. The aim of this study is to identify causal paths between performance indicators of This study is using two methods, which is FAHP and experimental research. FAHP method is to calculate weight of performance indicator as a judgment of causes and effects indicators, while experimental research is to identify indicators which have a relationship. After search the similar subvariables in the 18 performance indicators of BPPSPAM, these performance indicators  identified  have  19 cause-effect relationships.  Then these  relationships applied in BSC strategy map so there are 16 causal paths Keywords: BSC strategy map, Fuzzy-AHP, a causal path
STUDI PENGOLAHAN AIR SUNGAI TANGGULAN SUB DAS CIKAPUNDUNG MENGGUNAKAN FLOATING TREATMENT WETLANDS DENGAN POTENSI PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR Lestari, Annisa Satwika; Iqbal, Rofiq; Soewondo, Prayatni
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 19, No 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.063 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.2

Abstract

Abstrak: Mayoritas penduduk Indonesia yang menempati wilayah bantaran sungai masih membuang air limbah domestiknya langsung ke sungai sehingga kualitas air sungai menurun drastis. Padahal air sungai merupakan salah  satu  sumber  air  utama  yang  dimanfaatkan sebagai  air  baku  untuk air  minum,  misalnya air  sungai Cikapundung di Kampung Tanggulan, Dago Pojok, Bandung. Masyarakat di bagian timur sungai ini membuang air limbah domestiknya ke sungai tersebut, sementara masyarakat di bagian barat sungai menggunakan air sungai tersebut sebagai sumber air utama untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci pakaian, peralatan dapur, bahkan bahan makanan. Hal inilah yang membuat sungai di Kampung Tanggulan, Dago Pojok, Bandung ini menjadi perhatian utama dalam kebutuhan teknologi pengolahan air yang efektif dan tepat guna. Ketepatgunaan teknologi ini juga harus meliputi partisipasi masyarakat. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efisiensi pengolahan floating tretment wetlands dengan 3  variasi tumbuhan dan potensi aplikasinya sebagai teknologi pengolahan air yang tepat guna di Kampung Tanggulan, Dago Pojok, Bandung. Penelitian mengenai efisiensi pengolahan dari floating treatment wetlands (FTWs) yang memiliki 3 tipe tumbuhan, Ipomoea reptans, Amaranthus tricolor, dan Lactuca sativa, dilakukan dalam skala laboratorium dalam kondisi batch. Wawancara dan kuesioner dilakukan terhadap 34 orang dari 137 KK dengan tingkat kesalahan 0,16 untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat di Kampung Tanggulan, Dago Pojok, Bandung, Indonesia. Hasil efisiensi penyisihan rata-rata yang didapat mencapai lebih dari  45 % total suspended solids (TSS), 63 % chemical oxygen demand (COD), 84 % biological oxygen demand (BOD5), 73 % Ammonium (NH4+-N) dan 86 % ortofosfat (PO43-). Berdasarkan pengamatan didapat bahwa vegetasi dengan pengolahan terbaik adalah I reptans. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner, teknologi FTWs ini berpotensi untuk menjadi teknologi tepat guna dengan partisipasi masyarakat yang mungkin diaplikasikan untuk restorasi sungai Cikapundung.
REJECTION CHARACTERISTICS OF ORGANOCHLORINE PESTICIDES BY LOW PRESSURE REVERSE OSMOSIS MEMBRANE Utami, Woro Nastiti; Iqbal, Rofiq; Wenten, I Gede
Jurnal Air Indonesia Vol. 6 No. 2 (2010): Jurnal Air Indonesia
Publisher : Center for Environmental Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.863 KB) | DOI: 10.29122/jai.v6i2.2460

Abstract

The  increased  use  of  pesticides  has  led  to many  benefits  such  as  advanced  productivity and lower maintenance costs  in agriculture. On the other hand, their  adverse  effects  have  also  grown : an increase of  the risks to the ecosystem and human health. Pressure driven technique such as reverse osmosis and nanofiltration have the potentiality to remove hazardous organic micropollutants such as pesticides. The rejection characteristic of artificial water with 10 ppb concentration of endosulfan and organochlorine pesticides from upper Citarum water shed sample were investigated with a commercial low pressure reverse osmosis unit on laboratory scale. Rejection and flux were measured with a varied operational parameters ; pH, pressure, and feed concentration. Endosulfan rejection was achieved > 80% with all varied operational parameters. There was a little dependence permeate flux and percent of rejection on pH. An increasing pressure caused a higher permeate flux while there was no effect of an increasing pressure to higher percentage of endosulfan rejection. An increasing feed concentration caused a lower permeate flux due to an increasing osmotic pressure.  An increasing feed concentration also result in an increasing percent of endosulfan rejection. Organochlorine pesticides found in river water sample which are lindane, aldrin, and heptachlor were all rejected 100%. This may be caused by natural organic matter present in river water and hydrophobicity. Percent rejection was constant to pressure and pH variation. Keywords : Low Pressure Reverse Osmosis, Organochlorine Pesticides, Pressure, pH, Feed Concentration
REJECTION CHARACTERISTICS OF ORGANOCHLORINE PESTICIDES BY LOW PRESSURE REVERSE OSMOSIS MEMBRANE Utami, Woro Nastiti; Iqbal, Rofiq; Wenten, I Gede
Jurnal Air Indonesia Vol. 6 No. 2 (2010): Jurnal Air Indonesia
Publisher : Center for Environmental Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jai.v6i2.2460

Abstract

The  increased  use  of  pesticides  has  led  to many  benefits  such  as  advanced  productivity and lower maintenance costs  in agriculture. On the other hand, their  adverse  effects  have  also  grown : an increase of  the risks to the ecosystem and human health. Pressure driven technique such as reverse osmosis and nanofiltration have the potentiality to remove hazardous organic micropollutants such as pesticides. The rejection characteristic of artificial water with 10 ppb concentration of endosulfan and organochlorine pesticides from upper Citarum water shed sample were investigated with a commercial low pressure reverse osmosis unit on laboratory scale. Rejection and flux were measured with a varied operational parameters ; pH, pressure, and feed concentration. Endosulfan rejection was achieved > 80% with all varied operational parameters. There was a little dependence permeate flux and percent of rejection on pH. An increasing pressure caused a higher permeate flux while there was no effect of an increasing pressure to higher percentage of endosulfan rejection. An increasing feed concentration caused a lower permeate flux due to an increasing osmotic pressure.  An increasing feed concentration also result in an increasing percent of endosulfan rejection. Organochlorine pesticides found in river water sample which are lindane, aldrin, and heptachlor were all rejected 100%. This may be caused by natural organic matter present in river water and hydrophobicity. Percent rejection was constant to pressure and pH variation. Keywords : Low Pressure Reverse Osmosis, Organochlorine Pesticides, Pressure, pH, Feed Concentration
EFISIENSI PENYISIHAN PARAMETER POLUTAN UTAMA PADA EFLUEN TANGKI SEPTIK MENGGUNAKAN BIOFILTER DENGAN MEDIA GAMBUT KELAPA Imania Eka Diyanti; Rofiq Iqbal
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 18 No. 2 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2012.18.2.2

Abstract

Abstrak: Pencemaran air  kian menjadi masalah serius di  negara-negara berkembang, seiring dengan laju urbanisasi  dan  kurangnya  fasilitas  sanitasi.  Salah  satu  teknologi  sederhana  dan  ekonomis  yang  banyak diterapkan untuk mengolah air limbah domestik secara desentralisasi dalam skala komunitas adalah tangki septik, tetapi sistem ini cenderung membutuhkan pengolahan sekunder seperti biofiltrasi. Pada penelitian ini akan digunakan tangki septik gedung CC Barat ITB sebagai sumber influen biofilter, media utama gambut kelapa yang merupakan produk sampingan industri pengolahan kelapa, serta sistem intermittent dosingdengan waktu pengaliran 2 menit setiap 1 jam. Gambut kelapa dipilih karena keberadaannya melimpah di Indonesia dan harganya pun murah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja proses dan efisiensi penyisihan materi organik, amonia, serta kontaminan biologis (Escherichia coli) oleh biofilter fixed bed ukuran (1x1x1,2) m3 dalam mengolah efluen tangki septik selama periode uji 3 bulan. Akan dianalisis pula hasil olahannya untuk dijadikan bahan pertimbangan kelayakan biofilter tersebut sebagai pereklamasi air sederhana. Diperoleh hasil penyisihan parameter COD sebesar 75,81"“87,73%; BOD 81,14"“89,89%; TOC sebesar 66,04"“86,45%; TSS 73,33"“92,93%; NH3 sebesar 78,32"“80,77%; dan total coliform sebesar 95,77"“99,74%.
STUDI PENGOLAHAN AIR SUNGAI TANGGULAN SUB DAS CIKAPUNDUNG MENGGUNAKAN FLOATING TREATMENT WETLANDS DENGAN POTENSI PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR Annisa Satwika Lestari; Rofiq Iqbal; Prayatni Soewondo
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 19 No. 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.2

Abstract

Abstrak: Mayoritas penduduk Indonesia yang menempati wilayah bantaran sungai masih membuang air limbah domestiknya langsung ke sungai sehingga kualitas air sungai menurun drastis. Padahal air sungai merupakan salah  satu  sumber  air  utama  yang  dimanfaatkan sebagai  air  baku  untuk air  minum,  misalnya air  sungai Cikapundung di Kampung Tanggulan, Dago Pojok, Bandung. Masyarakat di bagian timur sungai ini membuang air limbah domestiknya ke sungai tersebut, sementara masyarakat di bagian barat sungai menggunakan air sungai tersebut sebagai sumber air utama untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci pakaian, peralatan dapur, bahkan bahan makanan. Hal inilah yang membuat sungai di Kampung Tanggulan, Dago Pojok, Bandung ini menjadi perhatian utama dalam kebutuhan teknologi pengolahan air yang efektif dan tepat guna. Ketepatgunaan teknologi ini juga harus meliputi partisipasi masyarakat. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efisiensi pengolahan floating tretment wetlands dengan 3  variasi tumbuhan dan potensi aplikasinya sebagai teknologi pengolahan air yang tepat guna di Kampung Tanggulan, Dago Pojok, Bandung. Penelitian mengenai efisiensi pengolahan dari floating treatment wetlands (FTWs) yang memiliki 3 tipe tumbuhan, Ipomoea reptans, Amaranthus tricolor, dan Lactuca sativa, dilakukan dalam skala laboratorium dalam kondisi batch. Wawancara dan kuesioner dilakukan terhadap 34 orang dari 137 KK dengan tingkat kesalahan 0,16 untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat di Kampung Tanggulan, Dago Pojok, Bandung, Indonesia. Hasil efisiensi penyisihan rata-rata yang didapat mencapai lebih dari  45 % total suspended solids (TSS), 63 % chemical oxygen demand (COD), 84 % biological oxygen demand (BOD5), 73 % Ammonium (NH4+-N) dan 86 % ortofosfat (PO43-). Berdasarkan pengamatan didapat bahwa vegetasi dengan pengolahan terbaik adalah I reptans. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner, teknologi FTWs ini berpotensi untuk menjadi teknologi tepat guna dengan partisipasi masyarakat yang mungkin diaplikasikan untuk restorasi sungai Cikapundung.