Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hubungan Tingkat Asupan Energi dan Protein Dengan Kejadian Gizi Kurang Anak Usia 2-5 Tahun Hapsari Sulistya K; - Sunarto
Jurnal Gizi Vol 2, No 1 (2013): Jurnal Gizi Unimus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.004 KB) | DOI: 10.26714/jg.2.1.2013.%p

Abstract

The prevalence of undernutrition on the children under 5 years old in Pulutan village is 6,9% it is higher than the others. Undernutrition is caused by some factors; food intake, infection, pattern of care, food pattern, cultural habit, healthy care, sanitation, education, knowledge, economic, politic, and social. The purpose of this research is to find the relation between energy intake and protein intake factors of undernutrition children age 2-5 years. The method used in this research is case control design. Population are children age 2-5 years who get undernutrition and wellnutrition in Pulutan village. Sampel are 21 cases and 21 controls by random. Independent variables are energy intake and protein intake.Dependent variable is children nutritional status. The data nutritional status were gathered using standart antropometric prosedures, the data of energy and protein intake were gathered from recall 2x24 hours. Corellation between variables were tested using Chi Square or FisherExact and multiple regressions logistic. There is relation between protein intake with nutritional status (x2=4,725; p=0,03). There is not relation between energy intake with nutritional status (x2=1,003; p=0,317). Byusing multiple regression logistic there is relation between protein intake with nutritional status (p=0,042; RP=14,4), relation energy intake with nutritional status (p=0,802; RP=0,7). The Conclusion is Determinant factor undernutrition children age 2-5 years of Pulutan village is protein intake.Keywords : energy intake, protein intake, undernutrition, children age 2-5 years.
FILSAFAT SENI NUSANTARA - Sunarto
Imaji Vol 14, No 1 (2016): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.26 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v14i1.9537

Abstract

               Elemen-elemen dalam filsafat, meliputi: Ada (Being) (Metafisika dan Ontologi); Pengetahuan (Knowledge) (Epistemologi, Metodologi, Logika, dan Filsafat Ilmu); Nilai/Aksiologi (Value) (Etika dan Estetika). Filsafar seni Nusantara mempunyai 3 elemen: Being, Knowledge, Value. Seni Nusantara tersebar mulai dari Sabang sampai Papua, yang jumlahnya mencapai ribuan. Filsafat seni Nusantara merupakan rangkuman dari dari eksistensi seni dari Sabang sampai Papua. Konteks seni Nusantara, walaupun ada beratus jenis seni namun, seperti konsep ontologisnya Plotinus, tetap berpegang pada yang Transenden. Alam raya (empiris) Nusantara telah memberikan dasar ontologis penciptaan bagi seniman Nusantara (Aristoteles). Secara epistemologis, seni Nusantara mempunyai: sumber pengetahuan, batas pengetahuan, struktur pengetahuan, dan keabsahan pengetahuan. Dalam konteks aksiologi, seni Nusantara terdiri dari 4 jenis nilai, yaitu: kekudusan (holiness), kebaikan (goodness), kebenaran (truth), dan keindahan (beauty). Ketiga elemen dalam filsafat membentuk rajutan dalam seni Nusantara. Elemen-elemen tersebut saling menjalin kesinambungan dan harmoni.
SENI YANG ABSOLUT MENURUT G.W.F. HEGEL (1770-1831) - Sunarto
Imaji Vol 13, No 1 (2015): IMAJI FEBRUARI
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.209 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v13i1.4050

Abstract

Ungkapan Hegel “yang benar itu yang menyeluruh (absolut)” berlaku juga dalam seni. Seni mengungkapkan seluruh realitas yang fenomena, suatu kesatuan rasional dan realitas, kesatuan bentuk dan materi. Persepsi Hegel tentang seni tidak lepas dari konsep historisitas. Hegel memperlihatkan realitas  sejarah seni dalam suatu tiga garis besar historis: Seni Timur (yang memperlihatakan kesan simbolis); Seni Klasik (seni Yunani dan Romawi, yang menampilkan suatu harmoni dan keseimbangan antara bentuk dan materi); Seni Romantik (kondisi seni ketika zaman Hegel, di sini Hegel mengatakan bahwa apa yang tersembunyi [batin] mempunyai kekuatan lebih daripada yang tampak [lahir]). Hegel memberikan contoh: Seni  Timur yang simbolis diperlihatkan dalam bentuk arsitektur; Seni Klasik menampilkan keseimbangan bentuk dan materi yang tertuang dalam karya lukis; dan puncak dari itu semua adalah Seni Romantik, yang diperlihatkan dalam musik.