Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Penggunaan Mordan Akhir Terusi terhadap Hasil Celupan Kain Batik dengan Ekstrak Kayu Secang Dwi Suheryanto
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia "Kejuangan" 2017: PROSIDING SNTKK
Publisher : Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Batik cloth color durability is a prerequisite for improving the competitiveness of the product, as the number of consumer complaints on the subject. How many treatments that can be done to address and improve fastness, is to perform the process of perfecting the end of the fabric that has been dyed using the final mordant materials, namely “terusi” or cupric sulfate (CuSO4) .5H2O. The use of extracts of the wooden cup on a batik cloth, batik cloth produces the erosion resistance value is low, so it is rarely used in the singular in batik dyeing, but mixed with wood extract Cleaner or other materials, but the results did not show its true colors. The purpose of this activity is to improve the quality of batik cloth with increased power results dye color fastness. The materials used, namely cotton fabric primisima, silk fabric T56, wax batik, wood shavings cup, alum, and cupric sulfate, as for the procedure include, extract manufacture wooden cup (1:8), mordant early cotton cloth with alum, batik dyeing with extract solution wooden cup, then made the final refinement using variation cupric sulfate concentration, that is 15 g/l, 20 g/l, and 25 g/l, wax removing, and test color fastness. From the results of the test color fastness to washing, good value at terusi concentration of 25 g / l is 4-5, with a strong color intensity values (the most powerful), the wave had a value of 26 with a length of 0.6637.
Penggunaan Natrium Silikat pada Proses Pelorodan Batik Terhadap Pelepasan Lilin dan Kekuatan Tarik Kain Dwi Suheryanto
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia "Kejuangan" 2015: Prosiding SNTKK 2015
Publisher : Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wax removing batik cloth with synthetic dye can use starch, soda ash, and a mixture of both. The use of cassava starch perfection to release wax batik less than the maximum, medium soda ash will reduce the intensity of the color. The purpose of this study was to determine the extent of the effect of the use of sodium silicate in the process of batik wax removing percentage of the wax off and tensile strength fabric. As the research object, using a type of cotton fabric primisima with canting seal, then dyed with napthol dyestuff, then removing. Variations in the concentration of sodium silicate in the process wax removing is 1, 2, 3, and 4 g/l, respectively, at a temperature of 80-90 ° C. The result of the study showed, that the use of sodium silicate concentrations were increased until the optimal limit a reduction in the strength of the fabric, both warp and weft direction. Medium weight percentage wax-similar results regardless show, which increased with increasing concentrations of sodium silicate is used. From the results of the analysis revealed that there was no significant difference in tensile strength test and wax off against the use of sodium silicate concentration on wax removing process. Economical to use, sodium silicate with a concentration of 1 g/l is recommended for use in the process of batik cloth wax removing cotton, wax off result percentage 97.686%, a decrease in the tensile strength of the warp direction by 0.46%, 0.66% feed direction, a decrease in intensity color 4%, the cost of production of cloth per sheet IRD 4,650.
Penelitian Proses Finishing Dengan Natrium Thiosulfat Pada Produk Kerajinan Kuningan Dwi Suheryanto; Sarno Sarno; Tri Haryanto
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v15i1.1047

Abstract

Proses penghitaman (pewarnaan) produk kerajinan kuningan adalah merupakan hasil dari persenyawaan antara logam kuningan dengan senyawa kimia yang digunakan pada proses penghitaman tersebut.Senyawa kimia yang digunakan pada proses penghitaman adalah merupakan suatu formula yang mengandung unsur sulfid yaitu natrium thiosulfat (NA2S2O3, 5H1O). Pada pelaksanaan penelitian dilakukan beberapa variasi konsentrasi natrium thiosulfat yaitu 3 g/1,4 g/1 dan 5 g/1, pada temperatur 60oC dengan variasi waktu 10, 15 dan 20 menit.Hasil pengujian ketahanan warna dan ketuaan warna menunjukkan bahwa penghitaman pada konsentrasi 5 g/1 natrium thiosilfat dengan waktu 10 menit akan memberikan hasil yang relatif baik.Proses penghitaman (pewarnaan) produk kerajinan kuningan adalah merupakan hasil dari persenyawaan antara logam kuningan dengan senyawa kimia yang digunakan pada proses penghitaman tersebut.Senyawa kimia yang digunakan pada proses penghitaman adalah merupakan suatu formula yang mengandung unsur sulfid yaitu natrium thiosulfat (NA2S2O3, 5H1O). Pada pelaksanaan penelitian dilakukan beberapa variasi konsentrasi natrium thiosulfat yaitu 3 g/1,4 g/1 dan 5 g/1, pada temperatur 60oC dengan variasi waktu 10, 15 dan 20 menit.Hasil pengujian ketahanan warna dan ketuaan warna menunjukkan bahwa penghitaman pada konsentrasi 5 g/1 natrium thiosilfat dengan waktu 10 menit akan memberikan hasil yang relatif baik.
Penggunaan Briket Batubara Sebagai Bahan Bakar Pada Proses Peleburan Perak Dan Kuningan Dwi Suheryanto; Marjono Marjono
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 16 (1997): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i16.1072

Abstract

Briket Batubara adalah hasil olah lanjut dari batubara yang penggunaannya dalam  proses peleburan menggunakan tungku pelebur bentuk silindris dengan penyuapan angin dari blower. Peleburan perak dan kuningan dengan menggunakan bahan bakar briket batubara dilakukan dalam tungku yang berbentuk silindris, Dari hasil peleburan logam perak maupun kuningan, temperatur yang dapat dicapai melebihi titik leleh (melting point) dari kedua logam tersebut yaitu 128°C. Briket batu bara yang digunakan untuk peleburan 1 kg kuningan sebanyak 995,32 gram atau setara dengan Rp348,362, sedang untuk peleburan perak 775,20 gram atau setara dengan Rp264,32,-.Briket Batubara adalah hasil olah lanjut dari batubara yang penggunaannya dalam  proses peleburan menggunakan tungku pelebur bentuk silindris dengan penyuapan angin dari blower. Peleburan perak dan kuningan dengan menggunakan bahan bakar briket batubara dilakukan dalam tungku yang berbentuk silindris, Dari hasil peleburan logam perak maupun kuningan, temperatur yang dapat dicapai melebihi titik leleh (melting point) dari kedua logam tersebut yaitu 128°C. Briket batu bara yang digunakan untuk peleburan 1 kg kuningan sebanyak 995,32 gram atau setara dengan Rp348,362, sedang untuk peleburan perak 775,20 gram atau setara dengan Rp264,32,-.