sugeng Nugroho
Institut Seni Indonesia Surakarta

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

REVITALISASI SENI TRADISI DALAM UPACARA PERNIKAHAN ADAT JAWA Sarwanto Sarwanto; Sri Rochana Widyastutieningrum; sugeng nugroho; N.R. Ardi Candra Dwi Atmaja
PROSIDING: SENI, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT No 2 (2017): Seni, Teknologi, dan Masyarakat #2
Publisher : LP2MP3M, INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat Jawa memiliki tradisi menyelenggarakan perayaan pernikahan sebagai tanda memasuki kehidupan berkeluarga. Masyarakat menganggap upacara pernikahan menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Masing-masing daerah memiliki bentuk upacara pernikahan yang berbeda-beda, yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya dan sosial yang berlaku pada masyarakat itu. Di Jawa dikenal ada beberapa tradisi pernikahan yang sering dilakukan oleh masyarakatnya, di antaranya: upacara pernikahan adat Yogyakarta, upacara pernikahan adat Surakarta, upacara pernikahan adat Sunda, upacara pernikahan adat Banyumas, upacara pernikahan adat Madura, upacara pernikahan adat pesisir. Masyarakat Jawa yang sudah tersebar di seluruh pelosok tanah air sering melaksanakan perkawinan dengan upacara pernikahan adat Jawa. Akan tetapi bentuk upacara yang dilakukan telah mengalami perubahan, baik dalam urutan upacara maupun rangkaian upacaranya. Perubahan di dalam upacara pernikahan adat Jawa tidak dapat dihindari karena pengaruh berbagai kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Hal ini juga dipengaruhi oleh pandangan hidup dan jiwa yang berbeda. Perubahan pernikahan adat Jawa ini juga berakibat pada perubahan bentuk seni yang biasanya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upacara, yaitu karawitan dan tari. Perubahan juga tampak pada instrumen musik untuk menyertai upacara, antara lain dengan menggunakan organelektrik atau keyboard saja. Perubahan ini bagi anak-anak muda tidak menjadi masalah, tetapi bagi orang tua menjadi hal yang memprihatinkan, karena beberapa rangkaian upacara adat yang memiliki makna filosofis dan simbolis yang mendalam sertadoa yang penting untuk pengantin atau keluarga baru yang melangsungkan pernikahan telah ditinggalkan. Dengan ditinggalkannya rangkaian adat tersebut di atas, maka berbagai nilai luhur atau nilai kearifan lokal menjadi hilang. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, ada upaya untuk merevitalisasi upacara adat pernikahan Jawa itu dengan merubah beberapa rangkaian adat denganmenciptakan beberapa karya tari, karya musik atau karawitan yang baru untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai tradisi yang melekat pada upaccara pernikahan adat Jawa.
GARAP PERTUNJUKAN WAYANG KULIT JAWA TIMURAN sugeng Nugroho; Sunardi Sunardi; I Nyoman Murtana
PROSIDING: SENI, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT No 2 (2017): Seni, Teknologi, dan Masyarakat #2
Publisher : LP2MP3M, INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research is meant to prove the result of aesthetic aspect in wayang kulit performance of Jawa Timur style categorized as ‘kerakyatan (folk)’ pakeliran. The problem is analyzed based on the concept of ‘garap pakeliran’ offered by Sugeng Nugroho (2012) and the theory belongs to Umar Kayam (1981) concerning arts categoriza-tion. The method used is qualitative method with descriptive analysis. The data is collected through library study, documentation studies, interview, and field observation. The research finding shows that the current wayang kulit performance of Jawa Timur style cannot be categorized as folk art but rather to be kitsch. It represents a performing art that always change and move on along the time. It is attempted to be more interesting supposed to be survived and to earn money.
Pola Karya Konvensi pada Film Sekuel Studi Kasus Film Ada Apa Dengan Cinta? 2 Danissa Dyah Oktaviani; Sugeng Nugroho
Jurnal Kajian Seni Vol 3, No 1 (2016): Jurnal Kajian Seni Vol 3 No 1 November 2016
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (993.151 KB) | DOI: 10.22146/jksks.29875

Abstract

Film Ada Apa dengan Cinta? 2 is a romance drama genre fi lm that was released in 2016. This study will identify the characteristics of the genre of the fi lm Ada Apa Dengan Cinta? 2 as drama romance. Dilakuakan identifi cation process using the basic scheme of the genre. The analysis aims to look at the depth of a movie as a genre film drama romance. The theory used is a genre theory drama by Jane Stokes as the main genre and romance as a sub-genre. The results of the research will be found pieces of pictures depicting scenes drama become romance film characteristics are becoming a common convention in the fi lm Ada Apa Dengan Cinta? 2. Characteristics of the setting and location diantanya is commonly used in everyday life, using the iconography in the form of specifi c causal fashion, narrative events culinary journey, locations and adventurous vacation, the whole character is the protagonist, and the structure of the plot told a farewell and an encounter back in love triangle. As a sequel, the film has differences with its predecessor
Questioning the role of puppet masters today Jungkung Setyo Utomo; Sugeng Nugroho; Aris Setiawan
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 9, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/jpks.v9i1.24183

Abstract

The development of the times has brought significant changes in various aspects of life, including traditional arts. One of the traditional arts that still exists and is undergoing transformation is shadow puppetry. The puppeteer, as the leader of the wayang kulit performance, has a central role in maintaining the continuity and relevance of this art. This research aims to document and analyze the role of shadow puppet puppeteers in the current cultural and social context. The research methods used were participatory observation and in-depth interviews with several active puppeteers. Research findings reveal that the role of the puppeteer is not only limited to presenting traditional stories, but also involves adaptation to contemporary realities. Modern puppeteers are faced with the challenge of maintaining the authenticity of the art of shadow puppetry while meeting the expectations and interests of today's audiences. Apart from that, the role of the puppeteer also involves educational and cultural preservation functions. The puppeteer acts as an intellectual leader who is able to convey moral and social messages through wayang stories. They are also involved in educating the younger generation about traditional values and cultural history through wayang performances. The results of this research provide in-depth insight into the role of shadow puppet puppeteers in a modern context. The sustainability of this art not only depends on maintaining tradition, but also on the ability of the puppeteer to adapt to the dynamics of the times. Therefore, this research makes an important contribution in understanding how traditional arts such as shadow puppetry can remain relevant and develop in the contemporary era
KREATIVITAS PURBO ASMORO DALAM PENCIPTAAN DAN PENYAJIAN PAKELIRAN PURWA LAKON DUMADINE GAMELAN Sugeng Nugroho
PANGGUNG Vol 33 No 4 (2023): Eksistensi Tradisi dalam Narasi Seni Modern
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v33i4.2905

Abstract

Penelitian ini bermaksud menjawab tiga rumusan masalah: bagaimana Purbo Asmoro menciptakan lakon Dumadine Gamelan, bagaimana sanggit lakonnya, dan bagaimana garap pakeliran-nya? Pertunjukan wayang ini menarik untuk dikaji karena selain termasuk lakon baru, juga penyajiannya bersifat kolosal, melibatkan seratus musisi (pengrawit), dengan perangkat gamelan Jawa, gambelan Bali, dan talempong. Penelitian ini menggunakan paradigma ethnoart, dengan analisis berdasarkan Teori Sanggit dan Garap. Data penelitian dikumpulkan melalui studi pustaka dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa penciptaan lakon wayang tidak selalu diadaptasi dari sumber-sumber cerita wayang (Ramayana, Mahabharata, Pustaka Raja Purwa, dan sebagainya), tetapi dapat diadaptasi dari berbagai cerita termasuk babad dan gotèk, antara lain Wédhapradangga. Sanggit lakon Dumadiné Gamelan meskipun beralur linier seperti dongeng, tetapi struktur adegannya fokus pada tema lakon. Unsur garap pakeliran Purbo Asmoro saling mendukung dan saling mengisi. Meskipun instrumen gamelannya bersifat kolosal, tetapi interaksi garap antara karawitan dan pakeliran dapat terjalin dengan baik. Kata kunci: Dumadine Gamelan, pakeliran purwa, kreativitas, penciptaan, penyajian