Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGEMBANGAN BUDIDAYA TERPADU IKAN LELE, SAYURAN, MAGOT, DAN CACING TANAH DI DESA AWANG BANGKAL TIMUR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Rukmini Syu'aib; El Redha
Jurnal Abdi Insani Vol 8 No 3 (2021): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v8i3.431

Abstract

Pada Januari 2021 saat banjir besar di Desa Awang Timur Kalimantan Selatan, hampir 200 unit keramba jaring apung milik pembudidaya ikan hancur dan pembudidaya ikan mengalami kerugian sangat besar. Pembudidaya belum bisa untuk memulai kegiatan budidaya ikan kembali karena terkendala modal usaha. Dari permasalahan masyarakat tersebut diatas, maka salah satu solusi yang tepat sekarang ini adalah melakukan kegiatan PKM (Program Kemitraan Masyarakat) untuk ibu-ibu pembudidaya ikan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, dan menambah pendapatan anggota kelompok ibu-ibu mitra. Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah penyuluhan (penjelasan teori), demonstrasi dan partisipasi, pelatihan dan pendampingan, dan evaluasi tingkat keberhasilan. Hasil yang didapat pada kegiatan PKM ini adalah nilai evaluasi tingkat pengetahuan sebelum penyuluhan/ penjelasan teori rata-rata 7,24, sesudah penjelasan terjadi peningkatan nilai yang sangat besar yakni rata-rata 20,91. Nilai evaluasi tingkat keterampilan sebelum demonstrasi rata-rata 6,65, sesudah demonstrasi yakni rata-rata 19,27, juga terjadi peningkatan nilai yang sangat besar. Pada demonstrasi ini semua anggota kelompok mitra sangat antusias sekali melaksanakannya dan respon positif mereka berkeinginan untuk melakukan usaha yang dilakukan. Kesimpulan kegiatan adalah terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok mitra mengenai teknologi budidaya terpadu ikan lele, sayuran, magot, dan cacing tanah.
PENGARUH LAMA WAKTU PENGGARAMAN YANG BERBEDA TERHADAP KADAR PROTEIN DAN ASAM AMINO CUMI-CUMI (LOLIGO SP.) Rabiatul Adawyah; Ulil Amri; Widya Ramadhini; El Redha El Redha; Findya Puspitasari
Fish Scientiae Vol 11 No 2 (2021): Issue December-Fish Scientiae Journal
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Resources of Lambung Mangkurat University-South Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.753 KB) | DOI: 10.20527/fishscientiae.v11i2.178

Abstract

Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan binatang lunak dengan tubuh berbentuk silindris. Sirip-siripnya berbentuk triangular atau radar yang menjadi satu pada ujungnya. Pada kepalanya disekitar lubang mulutnya terdapat 10 tentakel yang dilengkapi dengan alat penghisap (sucker) dan merupakan sumber protein hewani yang mana komponen utama penyusun proteinnya adalah asam amino. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu penggaraman yang berbeda pada proses pengolahan cumi-cumi terhadap kadar protein dan profil asam amino. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu penggaraman yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kadar protein berdasarkan hasil Analysis of Variance (ANOVA) α 5%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengaruh lama waktu penggaraman cumi yang berbeda tidak berpengaruh terhadap kadar protein, Hasil analisa kadar protein tertinggi ada pada perlakuan C yaitu penggaraman selama 5 hari sebesar 15,09% sedangkan untuk profil asam amino lisin sebesar 1,38% dari perlakuan 0 yaitu cumi-cumi segar merupakan jenis asam amino esensial tertinggi dari profil asam amino penyusun protein cumi, sedangkan jenis asam amino non esensial tertinggi adalah asam glutamat sebesar 2,79% dari perlakuan 0 yaitu cumi-cumi segar. The squid (Loligo sp.) Is a soft animal with a cylindrical body. The fins are triangular or radar-shaped which are joined at the ends. On the head around the mouth opening there are 10 tentacles which are equipped with a sucker (sucker) and are a source of animal protein where the main component of protein is amino acids. This study aims to determine the effect of different salting times in the processing of squid on protein content and amino acid profile. The results showed that the different salting time treatments had no significant effect on protein content based on the results of the Analysis of Variance (ANOVA) α 5%. The conclusion of this study is that the effect of different salting time of squid has no effect on protein content.The results of the analysis of the highest protein content were in treatment C, namely salting for 5 days at 15.09%, while for the lysine amino acid profile of 1.38% of the treatment. 0, namely fresh squid is the highest type of essential amino acid from the amino acid profile of squid protein, while the highest type of non-essential amino acid is glutamic acid at 2.79% from treatment 0, namely fresh squid.
VARIASI PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA DAN TEPUNG TERIGU TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK NUGGET BELUT (Monopterus Albus) Siti Aisyah; Findya Puspitasari; Rabiatul Adawyah; El Redha El Redha; Muhammad Adriani; Tri Dekayanti
Fish Scientiae Vol 11 No 2 (2021): Issue December-Fish Scientiae Journal
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Resources of Lambung Mangkurat University-South Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.274 KB) | DOI: 10.20527/fishscientiae.v11i2.182

Abstract

Ikan Belut (Monopterus albus) secara maksimal dirubah bentuknya sehingga disukai menjadi bentuk olahan nugget. Nugget merupakan makanan siap saji yang sudah merakyat dan berupa olahan berbahan baku daging dan dilapisi dengan tepung dalam bentuk potongan-potongan kecil berwarna kuning keemasan. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan ikan belut menjadi bahan olahan, secara maksimal merubah bentuk tubuh belut yang kurang disukai menjadi olahan yang disukai, mendapatkan karakteristik nugget yang baik dan nilai kadar air sesuai SNI. Kesimpulan penelitian nugget belut berdasarkan keempat parameter dalam uji organoleptik dengan menggunakan 20 orang panelis tak terlatih yang menujukkan kualitas optimal adalah pada perlakuan B dengan penambahan tepung tapioka 10%, tepung terigu 10% dan kandungan kadar air, yaitu 48.32%. Eel (Monopterus albus) is maximally transformed so that it is preferred to be a processed nugget. Nugget is a fast food that is populist and consists of processed ingredients made from meat and contains flour in the form of small pieces of golden yellow. This study aims to utilize eels into processed materials, maximally change the body shape of the eels that are less preferred to processed high protein, get good nugget characteristics and water content values according to SNI. The conclusion of the study of eel nuggets based on the fourth parameter in the organoleptic test using 20 untrained panelists who showed optimal quality was in treatment B with the addition of 10% tapioca flour, 10% wheat flour and water content, which was 48.32%.
PENGARUH KONSENTRASI GARAM YANG BERBEDA TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK IKAN SEPAT RAWA (Trichogaster trichopterus) Findya Puspitasari; Tri Dekayanti; Laili Wahyudi Rajab; El Redha El Redha; Rabiatul Adawyah
Fish Scientiae Vol 11 No 2 (2021): Issue December-Fish Scientiae Journal
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Resources of Lambung Mangkurat University-South Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.5 KB) | DOI: 10.20527/fishscientiae.v11i2.184

Abstract

Ikan sepat rawa merupakan salah satu bahan makanan yang memiliki sumber protein relatif murah dibandingkan dengan sumber protein lainnya. Sebagai salah satu pengawetan dari ikan sepat rawa, teknik penggaraman digunakan karena kebanyakan bakteria, fungi dan organisme patogenik lainnya tidak dapat bertahan hidup dalam sebuah lingkungan dengan kadar garam yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi garam yang berbeda terhadap prosil asam lemak ikan sepat rawa. Rancangan penelitian ini bersifat eksperimental dengan penambahan konsentrasi garam yang berbeda memberikan pengaruh terhadap prosil asam lemak ikan sepat rawa. Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi garam yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap profil asam lemak ikan sepat rawa. Jumlah kadar asam lemak tertinggi yaitu B dengan konsentrasi garam 10% sebesar 65,74 % dan untuk profil asam lemak terdapat 29 jenis dengan asam lemak terbanyak yaitu asam palmitat (asam lemak jenuh) sebesar 20,89 %, asam oleat (asam lemak tak jenuh tunggal) sebesar 17,86% dan asam linolenat (asam lemak tak jenuh jamak) sebesar 3,70%. Sepat rawa fish is a food that has a relatively cheap source of protein compared to other protein sources. As one of the preservation of three sepat rawa fish, the salting technique is used because most bacteria, fungi and other pathogenic organisms cannot survive in high salinity environments. This study aims to determine the effect of different salt concentrations on the fatty acid prosyl of three sepat rawa fish. The design of this research was experimental with the addition of different salt concentrations to affect the fatty acid prosyl of sepat rawa fish. The results showed that the difference in salt concentration had a significant effect on the fatty acid profile of three sepat rawa fish. The most fatty acid content is B with a salt concentration of 10% of 65.74% and for the fatty acid profile there are 29 types with the most fatty acids, namely palmitic acid (saturated fatty acid) of 20,89%, oleic acid (monounsaturated fat acids) by 17,86% and linolenic acid (poly unsaturated fatty acid) by 3,70%.
PENGOLAHAN NUGGET DENGAN VARIASI PERBANDINGAN DAGING IKAN TOMAN (Channa micropeltes) DAN KENTANG (Solanum tuberomus) YANG BERBEDA TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK Rabiatul Adawyah; Siti Aisyah; Fakhrezha Farrazky; El-Redha El-Redha; Muhammad Adriani
Fish Scientiae Vol 12 No 1 (2022): Issue June-Fish Scientiae Journal
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Resources of Lambung Mangkurat University-South Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/fishscientiae.v12i1.188

Abstract

Ikan toman memang dikenal sebagai ikan yang mirip dengan gabus/ haruan. Ikan toman juga kurang diminati masyarakat karena rasa dagingnya yang kurang gurih dibandingkan ikan yang sejenisnya seperti gabus/haruan. Mengatasi hal ini maka dilakukan pengolahan produk ikan toman yaitu Nugget. Daging ikan toman ditambahkan pada pengolahan Nugget yang umumnya hanya dari daging giling dan daging ayam. Pada umumnya ikan toman hanya sebagai ikan konsumsi. Kemudian, dilkakukan pengolahan nugget ikan toman. Umumnya pengolahan nugget dengan penambahan tepung tapioka sebagai pengikat daging ikan dan bumbu, tetapi tekstur kurang disukai karena sangat alot, maka pada penelitian diganti dengan penambahan tepung terigu yang disubtitusikan dengan kentang. Perlakuan yang terbaik untuk organoleptic adalah pengolahan nugget dengan perbandingan ikan toman dan kentang berbanding 1:4. Kadar air nugget ikan dengan penambahan kentang memenuhi standard, karena berdasarkan SNI 7758 :2013 pesyaratan mutu nugget ikan untuk kadar air yang dikandung maksimal 60%. Red snakehead is known as a fish similar to cork / haruan. Red snakehead is also less popular with the public because of the taste of the meat that is less savory than fish of the like such as cork / haruan. Overcoming this, the processing of toman fish products is Nugget. Toman fish meat is added to nugget processing which is generally only from ground meat and chicken meat. In general toman fish only as fish consumption. Then, the processing of red snakehead nuggets. Generally processing nuggets with the addition of tapioca flour as a binder of fish meat and seasoning, but the texture is less preferred because it is very tough, so in the study replaced with the addition of wheat flour substituted with potatoes. The best treatment for organoleptics is the processing of nuggets with a ratio of red snakeheadtoman and potatoes versus 1:4. The moisture content of fish nuggets with the addition of potatoes meets the standard, because based on SNI 7758: 2013 the quality requirements of fish nuggets for the maximum water content contained are 60%