Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENENTUAN KOEFISIEN IMBUHAN (RC) AIR TANAH SUNGAI CISADANE HULU – SUB DAS CISADANE MUHAMMAD AGUS KARMADI
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 20, No 2 (2019): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (964.303 KB) | DOI: 10.33751/teknik.v20i2.1969

Abstract

Imbuhan air tanah alami yang dimanifestasikan oleh lengkung penyusutan (recession curve) aliran dasar (base flow) adalah komponen yang sangat penting dari aliran sungai yang dihasilkan oleh aliran masuk melalui proses infiltrasi curah hujan menjadi perkolasi dan akhirnya menyumbang ke simpanan air tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran tentatif Koefisien Imbuhan Air Tanah Alami Sub DAS Cisadane hulu dengan luas 842.69 Km², di mana besaran imbuhan ini bisa dipakai sebagai dasar untuk penetapan pengambilan air tanah yang di izinkan pada daerah yang bersangkutan berbasis lingkungan yang bersifat sustainable/berkelanjutan, agar pemanfaatan air tanah tetap lestari. Selain itu nilai koefisien imbuhan ini juga dapat dipakai untuk menetapkan secara tak langsung besarnya imbuhan air tanah di DAS sekitarnya dalam proses regionalisasi. Karakteristik DAS yang paling umum yang mempengaruhi besar imbuhan yang meliputi curah hujan, variabel geologi, tingkat infiltrasi tanah, faktor aliran dasar, dan tutupan lahan. Kajian yang dilaksanakan untuk mendapatkan estimasi rata rata nilai imbuhan menggunakan Kurva Resesif (lengkung penyusutan/recession curve) dari data debit harian periode tahun 1980 – 2015 yang diperoleh dari Pusat Litbang Sumber Daya Air, Bandung. Nilai curah hujan rata-rata dicari dengan metode Isohyet kemudian dapat ditentukan nilai koefisien imbuhan (Recharge Coefficien) yakni besar nilai imbuhan dibagi dengan curah hujan rata-rata serta di bagi luas wilayah DAS maka diperoleh Nilai Koefisien Imbuhan (RC) yang di peroleh berdasarkan perhitungan sebesar 0.14 %. Sedangkan berdasarkan perhitungan Imbuhan yang terjadi pada Formasi Batuan di dapatkan Nilai Koefisien Imbuhan (RC) sebesar : 742.11 x 106 m3/tahun. Besarnya tampungan air tanah yang dapat dilepaskan atau dialirkan selama musim kering/kemarau sebesar : 172.70 x 106 m3/tahun, atau sekitar 98.27 %. Penurunan kontribusi imbuhan di daerah aliran sungai Cisadane Hulu dapat berdampak pada berkurangnya sumber air pada musim kemarau. Oleh karena itu, perlu pengelolaan sumber daya air dan upaya konservasi DAS terpadu dan berkelanjutan sebagai solusi penurunan imbuhan, sehingga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas sumber daya air pada Sub DAS Cisadane Hulu dapat terjaga.  Kata kunci: imbuhan, koefisien imbuhan, kurva resesif, sub DAS Cisadane Hulu  ABSTRACT Recharge groundwater naturally manifested by curved shrinkage (recession curve) elementary streams (base flow) is a very important component of the flow stream produced by the inflow through the process of rainfall infiltration into percolation and finally donated to soil water deposits.This research aims to know the quantity of groundwater Coefficient Recharge tentative Natural Cisadane River Watershed with an area of 842.69 Km², where the magnitude of the suffixes can be used as the basis for the determination of soil water uptake in the region allow question-based environment that is sustainable, so that sustainable utilization/groundwater remain sustainable.In addition the value of the coefficient of the term can also be used to indirectly set the magnitude of the numerical groundwater in surrounding watershed in the process of regionalization.The most common watershed characteristics affecting large affixes which include variable rainfall, geology, soil infiltration rates, factor flow base, and land cover.The study was carried out to obtain the estimated average value of affix using Recessive Curves (curvilinear depreciation/recession curve) of the daily discharge data for the period 1980 – 2015 acquired from Water Resources R D Center in Bandung. The average rainfall value is sought by the Isohyet method and then the value of the additive coefficient (Recharge Coefficien) can be determined, by dividing recharge value and rainfall avarage of the watershed area. The Value of the Recharge Coefficient (RC) obtained based on a calculation of  0.14 %. While based on the calculation of the benefits that occur in rock formations get the value of the Recharge Coefficient (RC) of: 742.11 x 106 m3/year. The amount of groundwater that can be released or flowed during the dry/dry season is: 172.70 x 106 m3/year, or about 98.27 %. The decline in the contribution of the suffixes in the Cisadane River Watershed can impact on the depletion of water sources during the dry season.Therefore, the need to management of water resources and integrated watershed conservation efforts and sustainable as a solution decrease the suffixes, so that quality, quantity, and continuity of water resources on a watershed Cisadane can awake. Key words : recharge,  coefficient recharge, curve is recessive, Cisadane River Watershed
ANALISIS LAHAN KRITIS KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR, JAWA BARAT Helmi Setia Ritma Pamungkas; Muhammad Agus Karmadi
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 16, No 1 (2015): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.199 KB) | DOI: 10.33751/teknik.v16i1.356

Abstract

Untuk menuju kota berkelanjutan, maka perlu upaya rehabilitasi lahan kritis menjadi lebih hijau dan bermanfaat bagi warga sekitar. Kota Bogor sendiri ditetapkan sebagai kawasan hulu, dan menjadi penyangga kawasan ibukota dan kota-kota di bawahnya, sebagai daerah resapan air, dan daerah konservasi menurut Peraturan Presiden tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur. Sebelum adanya pelaksanaan penanggulangan lahan kritis, maka perlu ada upaya identifikasi lahan kritis yang berada di Kota Bogor, terutama di Kecamatan Bogor Timur. Metodologi penentuan lahan kritis berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.32/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Daerah Aliran Sungai (RTKRHL-DAS). Berdasarkan hasil penelitian, kategori kawasan budidaya untuk pertanian didapatkan luasan lahan kritis yaitu 98,21 ha dan luas lahan agak kritis 111,2 ha; dan kategori kawasan lindung didapatkan luasan lahan sangat kritis yaitu 7,99 ha, kritis seluas 18,94 ha, dan luas lahan agak kritis 3,2 ha. Nilai dukungan apek sosial ekonomi yakni 11,06 yang berarti kurang.Kata Kunci : Lahan Kritis, Bogor Timur
STUDI POTENSI DAN KUALITAS BATUBARA DI WILAYAH TENGGARONG SEBERANG IIT ADHITIA dan MUHAMMAD AGUS KARMADI
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 21, No 1 (2020): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.303 KB) | DOI: 10.33751/teknik.v21i1.2639

Abstract

Daerah penelitian berada di wilayah Tenggarong Seberang termasuk bagian dari Cekungan Kutai diindikasikan mengandung formasi pembawa batubara yang diwakili oleh Formasi Pulaubalang dan Formasi Balikpapan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi secara ekonomis dari keterdapatan endapan batubara, baik mengenai estimasi besarnya sumberdaya (resource estimation) maupun kualitas batubara yang merupakan sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi kegunaannya. Estimasi sumberdaya batubara dilakukan dengan metode USGS-Circular 891, sehingga dapat diketahui tonasenya. Selain itu dilakukan analisa kimia dengan menggunakan beberapa sampel batubara yang diambil dari singkapan batubara di permukaan dengan menggunakan klasifikasi menurut ASTM (American Society for Testing and Materials) untuk menentukan peringkat batubara. Disamping itu penting untuk mengetahui berapa nilai Fuel Ratio dari batubara tersebut untuk penggunaannya di beberapa industri. Berdasarkan perhitungan estimasi sumber daya batubara dengan metode USGS- Circular 891 untuk sampai kedalaman 25 meter yaitu  1,126,141 ton, begitu juga untuk kedalaman 50 meter yaitu 1,601,370 ton. Hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa Inherent Moisture (IM) bervariasi antara 5.04% adb sampai 10.78% adb, kandungan abu (Ash) berkisar antara 0.86% adb sampai 14.44% adb, kandungan sulfur (TS) berkisar antara 1.18% adb sampai 2.98% adb, dan nilai kalori (CV) bervariasi antara 5,774 Kcal/Kg adb sampai 7,105 Kcal/Kg adb. Berdasarkan nilai kalori maka batubara di daerah penelitian termasuk dalam peringkat Sub-Bittuminus B – High Volatile   Bittuminus C. Berdasarkan nilai Fuel Ratio, batubara daerah penelitian termasuk lignit – high volatile bitumen. Pemanfaatan batubara dapat disesuaikan penggunaannya untuk beberapa industri seperti pembangkit listrik, industri semen, pengolahan logam, dan lainnya, berdasarkan nilai Fuel Ratio dan standar klasifikasi peringkat batubara menurut ASTM. Eksplorasi lanjutan perlu dilakukan hingga studi kelayakan untuk mendapatkan cadangan terbukti. Kata Kunci : cekungan kutai, USGS-Circular 891, ASTM, fuel ratio
STUDI POTENSI PANAS BUMI DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR DITINJAU DARI GEOLOGI DAN GEOKIMIA IIT ADHITIA, MUHAMMAD AGUS KARMADI
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 22, No 1 (2021): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.469 KB) | DOI: 10.33751/teknik.v22i1.3733

Abstract

Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan peta sebaran manisfestasi panas bumi Jawa Barat, ada beberapa lokasi yang merupakan potensi sumber daya panas bumi di Kabupaten Bogor, sekaligus merupakan lokasi penelitian, yaitu daerah puncak Awi Bengkok Gunung Salak, daerah Gunung Pancar, dan daerah Ciseeng. Penelitian tersebut dilakukan berkaitan dengan potensi keekonomian ditinjau dari kajian geologi dan geokimia. Berdasarkan peta geologi regional Lembar Bogor, dan Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu, daerah penelitian tersusun oleh batuan Tersier dengan formasi batuan yang dominan dari Formasi Jatiluhur (Tmj) berumur Miosen Awal, hingga endapan aluvium (Qa) berumur Holosen. Struktur geologi di daerah penelitian didominasi oleh struktur yang diakibatkan proses vukanik-tektonik gaya kompresi lokal dan kompresi regional arah utara-selatan yang berhubungan dengan penunjaman Busur Kepulauan Sunda. Manifestasi mata air panas bumi daerah penelitian berada pada lokasi struktur geologi yang merupakan zona lemah, mengakibatkan mata air panas bumi dari reservoir muncul ke permukaan, dan air meteorik dapat masuk ke dalam reservoir. Berdasarkan analisis potensi keekonomian mengenai keterdapatan manifestasi panas bumi sebagai fungsi suhu di daerah penelitian, dilakukan penyesuaian ke dalam diagram Lindal maka masuk ke kategori pemanfaatan tidak langsung, yaitu pemanfaatan sebagai pembangkit tenaga listrik panas bumi, yaitu dari Flashed Steam Power Plant, Dry Steam Power Plant, sampai Binary Steam Power Plant. Untuk pemanfaatan manifestasi panas bumi daerah Ciseeng secara khusus, dari diagram Lindal juga dimasukkan ke pemanfaatan langsung yaitu digunakan di industri refrigeration and ice making, pulp and paper processing, lumber drying, cement and aggregate drying, ethanol biofuels production, and beet sugar evaporation and pulp drying. Selain itu, jenis air manifestasi panas bumi di 3 lokasi daerah penelitian merupakan campuran air klorida, air sulfat, dan air bikarbonat, serta kesetimbangan fluida bersifat immature waters hingga partial equilibrium.  Kata Kunci : potensi keekonomian, kajian geologi dan geokimia, diagram Lindal
PENENTUAN AKTIFITAS TEKTONIK RELATIF DENGAN ANALISIS KUANTITATIF DAERAH BANEMO DAN SEKITARNYA IIT ADHITIA dan MUHAMMAD AGUS KARMADI
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 23, No 2 (2022): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33751/teknik.v23i2.6868

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bermaksud menggambarkan tahap aktifitas tektonik DAS (Daerah Aliran Sungai)  dan Non DAS (Daerah Aliran Sungai). Penggambaran aktifitas tektonik  di daerah penelitian ini dengan pendekatan analisis  kuantitatif (analisis morfometri). Analisis morfometri yang dipakai untuk menggambarkan indeks aktifitas tektonik relatif di daerah Banemo dan sekitarnya menggunakan 5 parameter berdasarkan analisis morfometri yang berupa Faktor Asimetri DAS (Drainage Basin Asymmetry / AF), Indeks Bentuk DAS (Basin Shape Index / BS), Kerapatan DAS (Drainage Density / DD), Rasio Dasar Lembah (Valley Floor / VF), dan Sinusitas Muka Pegunungan (Mountain Front Sinuosity / MFS). Daerah aliran sungai di daerah penelitian terdiri dari 3 sub-DAS, dan berdasarkan distribusi indeks aktifitas tektonik relatif pada 3 subdas seluas ±35.8 km2 terdapat satu tingkatan aktifitas tektonik yaitu kelas 4 merupakan tingkatan aktifitas tektonik rendah tersebar di keseluruhan pada ketiga subdas (±35.8 km2) ditandai dengan warna biru meliputi sub-DAS Sungai Fon, sub-DAS Sungai Midolafi, dan sub-DAS Sungai Wosia. Berdasarkan hasil pengamatan, dimana indeks aktifitas tektonik relatif kelas 4 lebih landai akibat pengaruh erosi. Hubungan yang kuat antara keadaan geologi dengan distribusi indeks aktifitas tektonik relatif, dimana daerah yang mempunyai hasil  indeks aktifitas tektonik relatif kelas 4 (rendah) terdiri dari batuan yang kurang resisten dan terefleksikan pada topografi lebih datar dikarenakan pengaruh erosi jauh lebih kuat dibanding pengaruh deformasi. Kata Kunci: indeks aktifitas tektonik relatif, morfometri, sub-DAS, topografi  ABSTRACT This study intends to describe the stages of tectonic activity in DAS (watershed) and non-DAS (non-watershed) areas. The description of tectonic activity in the study area is based on a quantitative analysis approach (morphometric analysis). Morphometric analysis used to describe the relative tectonic activity index in the Banemo area and its surroundings uses five parameters based on morphometric analysis: the DAS Asymmetry Factor (Drainage Basin Asymmetry, AF), Basin Shape Index (BS), DAS Density (Drainage Density, DD), Valley Floor Ratio (VF), and Mountain Front Sinuosity (MFS). The watershed in the study area consists of 3 sub-watersheds, and based on the relative tectonic activity index distribution in the 3 sub-watersheds covering an area of 35.8 km2, there is one level of tectonic activity, namely class 4, which is the level of low tectonic activity spread throughout the three sub-watersheds (35.8 km2) marked with blue, including the Fon River sub-watershed, the Midolafi River sub-watershed, and the Wosia River sub-watershed Based on the results of observations, the relative tectonic activity index class 4 is more sloping due to erosion. There is a strong relationship between geological conditions and the distribution of relative tectonic activity indices, where areas with class 4 (low) relative tectonic activity indices consist of rocks that are less resistant and are reflected in flatter topography due to much stronger erosion than deformation. Keywords: relative tectonic activity index, morphometry, sub-watershed, topography
PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PENATAAN KAWASAN DAN PEMBANGUNAN MENARA PADA FLYOVER CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR Muhammad Agus Karmadi; Heny Purwanti; Evyta Wismiana; Faishol Arif
Rudence: Rural Development for Economic Resilience Vol. 3 No. 1 (2024): Vol. 3 No. 1 (2024)
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53698/rudence.v3i1.67

Abstract

ABSTRAK Flyover Cileungsi merupakan persimpangan jalur perlintasan jalan raya tak sebidang (bertingkat) yang berada di Desa Cileungsi Kidul, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kondisi terkini di kawasan sekitar Flyover Cileungsi menunjukkan adanya ketidakteraturan penataan dan fungsi dari Flyover tersebut, terutama pada area di bawah Flyover dan di kanan kirinya yang digunakan untuk pasar/ tempat perdagangan liar, terminal bayangan dan tempat pembuangan sampah. Kondisi tersebut di atas sangat mengganggu kenyamanan bagi masyarakat Cileungsi, khususnya Forum Masyarakat Peduli Cileungsi. Selain itu, kondisi tersebut juga mengakibatkan kemacetan yang luar biasa di area bawah Flyover Cileungsi, sehingga diperlukan penataan kawasan Flyover Cileungsi untuk mengembalikan dan mengoptimalkan fungsi utama dari titik persimpangan tersebut dan sekaligus menambah area hijau pada kawasan tersebut. Selain itu juga direncanakan Menara di titik center dari Flyover Cileungsi dengan desain yang kekinian dan futuristik, sehingga diharapkan Menara tersebut akan menjadi landmark/ icon Kota Cileungsi yang tetap bertahan sampai beberapa puluh tahun mendatang. Dari permasalahan yang dijabarkan maka kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk membantu Kecamatan Cileungsi dalam Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Penataan Kawasan dan Pembangunan Menara pada Flyover Cileungsi. ABSTRACT The Cileungsi Flyover is a non-level (level) highway crossing located in Cileungsi Kidul Village, Cileungsi District, Bogor Regency, West Java. Current conditions in the area around the Cileungsi Flyover show that there is irregularity in the arrangement and function of the Flyover, especially in the area under the Flyover and on either side of it which is used for markets/illegal trading places, shadow terminals and rubbish dumps. The conditions mentioned above are very disturbing for the comfort of the people of Cileungsi, especially the Cileungsi Concerned Community Forum. Apart from that, this condition also results in extraordinary traffic jams in the area under the Cileungsi Flyover, so it is necessary to organize the Cileungsi Flyover area to restore and optimize the main function of the intersection point and at the same time add green areas to the area. Apart from that, it is also planned that the Tower will be at the center point of the Cileungsi Flyover with a contemporary and futuristic design, so it is hoped that the Tower will become a landmark / icon of Cileungsi City that will last for decades to come. Based on the problems described, this community service activity aims to assist Cileungsi District in calculating the budget plan for area planning and tower construction on the Cileungsi Flyover.