Permasalahan utama drainase kota Semarang diantaranya, (1) Topografi wilayahSemarang yang terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi; (2) Alih fungsi lahan(khususnya di kawasan hulu) yang tidak terkontrol (diperkirakan 10 tahun kedepandaerah banjir semakin meluas) menyebabkan meningkatkan limpasan permukaan(beban drainase) dan meningkatkan laju erosi, sedimentasi saluran sehinggamenurunkan kapasitas saluran/sistem drainase; (3) Penambangan galian C yang tidakmemperhatikan kondisi lingkungan, dan tidak dilakukan dengan benar menimbulkanlongsor, erosi, banjir lumpur, sedimentasi saluran dan sungai, polusi, dll; (4) Penurunanmuka tanah atau land subsidence karena pengambilan air bawah tanah yang berlebihan,konsolidasi lapisan tanah lunak atau tanah hasil urugan, atau penyebab lain; (5) Sampahmenjadi salah satu permasalahan drainase karena anggapan masyarakat bahwa badan airmerupakan tempat pembuangan sampah; (6) Penyerobotan lahan umum, bantaransungai, saluran drainase jalan raya, dll.Dengan demikian apabila ditilik kembali dari perencanaan, pengorganisasian,pengarahan dan pengawasan maka dapat disimpulkan sementara bahwa manajemendrainase rob Kota Semarang dapat dikatakan kurang efektif karena masih ada beberapayang belum terlaksana dengan baik seperti misalnya dalam tahap pengawasan yangmasih perlu meningkatkan lagi partisipasi masyarakat dalam penyusunan masterplan.Selain itu untuk tahapan perenacanaan, pengorganisasian serta pengarahan sudahberjalan dengan sebagaimana mestinya. Namun jika dilihat secara keseluruhan untukmanajemen drainase rob Kota Semarang sudah berjalan efektif.Langkah yang perlu dilakukan dalam rangka mewujudkan efektivitasmanajemen drainase rob Kota Semarang adalah, (1) Perlu adanya koordinasi dankerjasama yang baik dalam pemeliharaan maupun perencanaan sistem drainase antarsektor yang terkait; (2) Penglibatan partisipasi masyarakat; (3) Perlunya dibuatperaturan daerah yang resmi tentang sistem drainase kota; (4) Sumber Daya Manusia;(5) Sarana dan Prasaran; (6) Pendanaan.