Raden Besthadi Sukmono
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Blok Fascial Pecto-intercostal Bilateral sebagai Analgesia untuk Median Sternotomi pada Anak A A Gde Putra Semara Jaya; Raden Besthadi Sukmono; Aries Perdana
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 38 No 2 (2020): Juni
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (658.825 KB) | DOI: 10.55497/majanestcricar.v38i2.189

Abstract

Median sternotomi pada anak mengakibatkan nyeri akut pascabedah dengan derajat sedang hingga berat, yang berhubungan dengan berbagai efek samping pascabedah. Blok fascia pecto-intercostal yang dipandu ultrasonografi memiliki potensi analgesia untuk median sternotomi sehingga dapat bermanfaat pada populasi anak. Kami melaporkan satu kasus anak laki-laki berusia tiga setengah tahun dengan tumor mediastinum anterior, yang akan menjalani median sternotomi dan eksisi tumor. Pasien dengan status fisik American Society of Anesthesiologists (ASA) 2, fibrosis segmen 2 dan 3 paru kanan dengan riwayat tuberkulosis paru. Eksisi tumor mediastinum anterior melalui median sternotomi berhasil dilakukan dengan fasilitasi kombinasi anestesi umum dan blok fascia pecto-intercostal bilateral. Pemulihan pascabedah juga berjalan dengan lancar. Penggunaan blok fascia pecto-intercostal bersama modalitas lainnya dapat memberikan analgesia yang memadai untuk median sternotomi. Kata Kunci: blok fascia pecto-intercostal; sternotomi; manajemen nyeri
Perbandingan Pengajaran Menggunakan Laringoskop Video dengan Laringoskop Konvensional Terhadap Keterampilan Mahasiswa Kedokteran dalam Melakukan Intubasi pada Manikin Rudyanto Sedono; Raden Besthadi Sukmono; Nurul Huda El Muhammady
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 38 No 3 (2020): Oktober
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.853 KB) | DOI: 10.55497/majanestcricar.v38i3.194

Abstract

Latar Belakang. Intubasi endotrakea merupakan keterampilan penting yang perlu dikuasai oleh seorang dokter. Saat ini pengajaran intubasi pada mahasiswa kedokteran di Indonesia menggunakan laringoskop konvensional. Dalam beberapa tahun terakhir, laringoskop video mulai digunakan dalam pelayanan dan pendidikan kedokteran di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sarana pengajaran yang lebih baik dalam proses pelatihan keterampilan intubasi mahasiswa kedokteran di Indonesia. Metode. Penelitian ini bersifat eksperimental, acak, tidak tersamar, tidak berpasangan. Penelitian dimulai setelah mendapat persetujuan dari Manajer Pendidikan dan Komite Etik Penelitian Kesehatan FKUI-RSCM. Subjek pada penelitian ini melibatkan 40 mahasiswa kedokteran preklinik FKUI semester 2 yang tidak pernah mendapat kuliah atau pelatihan intubasi sebelumnya. Subjek dibagi menjadi empat kelompok pelatihan, yaitu dua kelompok laringoskop video dan dua kelompok laringoskop konvensional. Setelah dilatih selama 120 menit melakukan intubasi pada maneken, subjek diuji melakukan intubasi menggunakan laringoskop konvensional untuk mendapatkan data waktu intubasi dan jumlah upaya intubasi. Hasil penelitian. Nilai median waktu intubasi kelompok laringoskop video 151,5 (55-383) detik dan kelompok laringoskop konvensional 56,5 (23-251) detik, dengan nilai p<0,001. Jumlah upaya intubasi kelompok laringoskop video 1 (1-3) kali dan kelompok laringoskop konvensional 1 (1-4) kali, dengan nilai p=0,114. Kesimpulan. Pengajaran dengan laringoskop video tidak terbukti lebih baik dibandingkan dengan laringoskop konvensional terhadap keterampilan mahasiswa kedokteran FKUI dalam melakukan intubasi.