Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

ARBUSCULAR MYCORRHIZA FUNGI AS AN INDICATOR OF SOIL FERTILITY Muhibuddin, Anton; Djauhari, Syamsuddin; Syibli, Muhammad Akhid
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 35, No 1 (2013)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya and Indonesian Agronomic Assossiation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) are ubiquitous organism that forms association with the root of most terrestrial plants. AMF association also influence soil fertility through the enhancement of chemical, biological and physical content. In this study, we enumerated AMF spores from rhizosphere of Tithonia difersivolia as an indicator of soil fertility. The results showed that the most fertile soil had the highest AMF spores density. This research has confirmed that AMF has high interaction with organic carbon, organic matter, total phosphorus, cation exchange capacity, water level, soil fungi and soil bacteria. Partial regression analysis revealed the mathematic equation for their interaction. This equation used the abundant of AMF spores as an indicator for chemical, biological and physical fertility of the soil.                 Keywords: Arbuscular mycorrhiza fungi (AMF), indicator, soil fertility, Tithonia difersivolia  
Sclerotium rolfsii, Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Hippeastrum sp. Antok Wahyu Sektiono; Syamsuddin Djauhari; Putri Devinta Pertiwi
Jurnal Fitopatologi Indonesia Vol 15 No 2 (2019)
Publisher : The Indonesian Phytopathological Society (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1163.642 KB) | DOI: 10.14692/jfi.15.2.53-58

Abstract

Sclerotium rolfsii, a the Causal Agent of Stem Rot Disease on Hippeastrum sp.Symptoms of stem rot that cause Hippeastrum sp. or red lily wither, leaves turn yellow, and eventually die found at Mangliawan Village, District of Pakis, Malang - East Java. The purpose of this study was to identify the pathogens that cause root rot disease on lily plants and find out their host range. Sclerotium from the symptomatic base of the plant was isolated on potato dextrose agar medium. Fungus was identified based on the morphological characteristics of the colonies and mycelium. Host range test of pathogen was carried out by manual inoculation on Rain lily (Zephyranthes) St. Bernard's lily (Chlorophytum) and Beach Spider lily (Hymenocallis). The results of the identification showed that the fungus had white mycelium and formed sclerotium. Sclerotium is irregularly rounded, white when young, and dark brown when ripe, and forms 10 days after incubation. In hyphae, there are branching, septa, and clam connections. Based on the morphological characteristics of the disease the fungus was identified as Sclerotium rolfsii. In the host range test, the fungus was able to infect rain lilies and paris lilies, but not in spider lilies. This is the first report of S. rolfsii infection in lily in Indonesia.
The Effect of Inoculum Type and Mycorrhiza Dosage on Growth and Production of Mung Bean Vigna Radiata L. Syamsuddin Djauhari; Jami'at Dwi Elriyono; Bambang Tri Rahardjo
Journal of Tropical Plant Protection Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtpp.2021.002.1.4

Abstract

Mung bean (Vigna radiata L.) is the third most essential legume crop commodity after soybeans and peanuts. Mung bean production faced problems of nutrient-poor land and soil texture that does not support soybean growth. The solution to overcome these obstacles is the application of mycorrhizae in nutrient-poor soils. This study aimed to determine the effect of various inoculums and mycorrhizal doses on growth and production in mung beans. This study used a Completely Randomized Design with nine treatments and three replications. The research included mycorrhizal inoculation with various treatments, as well as observations with variable plant height, plant biomass, number of pods, wet weight and dry weight of pods, the weight of 50 wet and dry seeds, mycorrhizal infection in roots, and number of spores in 100 gr of soil. The data were analyzed by SPSS 15.0 program for ANOVA. The results indicated that granular (30 gr) had the highest plant height of (41.33 cm), crown weight (30.69 gr), number of pods, wet and dry pod weight is 13.66, 9.84 gr, and 8.86 gr, respectively, 50 kg of wet and dry weight (3.82 and 3.20) and the highest effect on the number of spores at 29.33. The 30 gr tablets treatment showed the highest results on root weight (22.98 gr), while the 30 gr mixture showed the highest results on the percentage of infection (73.33%). 
EKSPLORASI JAMUR ENDOFIT PADA TANAMAN JERUK (Citrus sp.) FUSIPROTOPLAS DENGAN KETAHANAN BERBEDA TERHADAP Botriodiplodia theobromae Pat. Yunita Dian Puspita; Liliek Sulistyowati; Syamsuddin Djauhari
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 1 No. 3 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh keanekaragaman jamur endofit pada jaringan tanaman jeruk fusiprotoplas terhadap ketahanan tanaman oleh serangan Botriodiplodia theobromae. Pada penelitian ini, dilakukan eksplorasi terhadap jamur endofit pada daun, ranting dan akar jeruk hasil fusiprotoplas yang telah melewati uji ketahanan terhadap patogen B. theobromaee. Perakitan tanaman jeruk melalui proses fusiprotoplas dengan tetua Satsuma Mandarin dan Siam Madu telah dilakukan oleh Martasari (2009). Ketahanan tanaman jeruk fusiprotoplas tersebut telah diuji terhadap infeksi B. theobromae, kemudian dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu tahan, moderat, dan rentan (Ragayatsu, 2012). Sampel tanaman jeruk diambil dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Batu dan dilakukan penelitian dilaboratorium Bioteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya pada bulan April hingga Juni 2013. Sebanyak 5 tanaman pada masing-masing kategori ketahanan diambil jaringannya untuk dieksplorasi. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa jumlah genus jamur endofit lebih banyak ditemukan pada tanaman jeruk fusiprotoplas kategori tahan yaitu sebanyak 13 genus, kemudian kategori moderat dan rentan masing-masing adalah 11 dan 10 genus. Keanekaragaman genus jamur endofit pada tanaman jeruk fusiprotoplas tersebut, diduga mempengaruhi ketahanan tanaman terhadap serangan B. theobromae. Jamur endofit yang diperoleh berjumlah 94 isolat, terdiri dari genus Microsporium, Fusarium, Cephalosporium, Acremonium, Zygodesmus, Colletotrichum, Curvularia, Botryosporium, Nigrosporum, Mucor, Clyndrophora, Botrytis, Verticillium, Mastigosporium, Humicola, Trichocladium dan Aspergilus, dari jamur tersebut didominasi oleh genus Colletotrichum.Kata kunci: eksplorasi, fusiprotoplas, jamur endofit, jeruk
KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN (Exserohilum turcicum Pass. Leonard et Sugss.) Nur Latifahani; Abdul Cholil; Syamsuddin Djauhari
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 2 No. 1 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Produksi jagung diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 7,38% pada tahun 2012 namun, hingga tahun 2013 impor jagung masih tetap dilakukan. Hal ini dikarenakan masalah kadar air yang dinilai belum sesuai dengan standar industri pakan nasional dan akibat jamur patogen. Salah satu penyakit utama yang dapat mengakibatkan kehilangan hasil hingga 70% yaitu hawar daun yang disebabkan oleh jamur Exserohilum turcicum (Pass.) Leonard et Sugss (Ogliari et al., 2005). Penanaman varietas tahan merupakan cara pengendalian yang paling efektif dan dianjurkan karena aman bagi lingkungan. Pengujian beberapa varietas dilakukan di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari tingkat ketahanan beberapa varietas tanaman jagung terhadap serangan penyakit hawar daun dan varietas yang paling tahan terhadap serangan penyakit hawar daun. Varietas yang diuji adalah Lokal Batu, P12, P23, P29, P31, P21, P27, NK 33, NK 22 dan PERTIWI 3 masing-masing diulang 3 kali dengan menggunakan Rancangan acak kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Lokal Batu, P12, P29, P31, NK 33, NK 22 dan Pertiwi 3 merupakan varietas agak tahan, varietas P23, P21 dan P27 merupakan varietas rentan. Tidak ada varietas tahan namun, varietas P29 merupakan varietas yang paling tahan di antara kesembilan varietas yang telah diuji karena rata-rata intensitas serangan paling rendah. Masa inkubasi yang lama menampakkan tingkat ketahanan tanaman yang lebih baik.   Keyword : ketahanan, hawar daun, Exserohilum turcicum, penyakit jagung
PENGARUH SITRONELAL SERAI WANGI (Cymbopogon winterianus Linn) TERHADAP PENEKANAN SERANGAN Colletotrichum sp. PADA TANAMAN BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) Ria Kurniasih; Syamsuddin Djauhari; Anton Muhibuddin; Edi Priyo Utomo
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 2 No. 4 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sitronelal serai wangi (Cymbopogon winterianus Linn.) terhadap penekanan serangan Colletotrichum sp. pada tanaman bawang daun (Allium fistulosum L.). Pada penelitian ini pemisahan senyawa sitronelal serai wangi dilakukan dengan cara destilasi fraksinasi pengurangan tekanan. Pengujian aktivitas sitronelal sebagai anti jamur dilakukan berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) baik in vitro maupun in vivo. Aktivitas penghambatan in vitro dilakukan dengan 2 metode yaitu peracunan makanan dan penguapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil destilasi fraksinasi sitronelal pada suhu 400C dan tekanan 20 mmHg dengan kemurnian 70,60%. Persentase penghambatan pada pengujian in vitro metode peracunan makanan sebesar 36,30% sedangkan pada metode penguapan sebesar 9,63%. Berdasarkan pengujian secara in vivo disimpulkan bahwa semakin besar pemberian konsentrasi sitronelal pada bawang daun maka intensitas serangan colletotrichum sp. akan semakin kecil. Kata kunci: Sitronelal, Colletotrichum sp., bawang daun
EKSPLORASI JAMUR TANAH PADA RIZOSFIR TOMAT DI LAHAN ENDEMIS DAN NON ENDEMIS Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici Ahmad Ilham Tanzil; Anton Muhibuddin; Syamsuddin Djauhari
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 3 No. 1 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang dan Laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya pada bulan Maret sampai Agustus 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode survei, komparasi, dan ekplorasi. Jamur tanah yang diperoleh dari lahan endemis sebanyak 15 isolat jamur dan terdiri 4 genus yang terdeterminasi antara lain Aspergillus sp., Fusarium sp., Gonatobotryum sp., Humicola sp., dan 2 jamur yang tidak terdeterminasi. Sedangkan dari lahan non endemis sebanyak 22 isolat jamur dan terdiri 11 genus yang terdeterminasi antara lain Acremonium sp., Aspergillus sp., Aureobasidium sp., Cephalosporium sp., Chrysosporium sp., Fusarium sp., Gonatobotryum sp., Humicola sp., Mucor sp., Penicillium sp., Rhizopus sp., dan 2 jamur yang tidak terdeterminasi. Nilai keanekaragaman jamur tanah lahan endemis dan non endemis >3 yakni 5,100 dan 5,455 yang termasuk kategori keanekaragaman tinggi. Nilai dominasi jamur tanah lahan endemis dan non endemis <0,5 yakni 0,248 dan 0,337 yang termasuk kategori dominasi rendah.  Nilai keseragaman jamur tanah lahan endemis dan non endemis > 1 yakni 1,883 dan 1,765 yang termasuk kategori keseragaman tinggi. Kata Kunci: Jamur tanah, keanekaragaman, lahan endemis, Fusarium oxysporum, tomat.
PENGARUH APLIKASI PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA (PGPR) DALAM MENGHAMBAT PENYAKIT REBAH KECAMBAH YANG DISEBABKAN OLEH JAMUR Sclerotium rolfsii PADA KEDELAI Mariana Sofiani; Syamsuddin Djauhari; Luqman Qurata Aini
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 4 No. 1 (2016)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu kendala penting yang mempengaruhi produksi kedelai adalah gangguan penyakit rebah kecambah pada tanaman kedelai disebabkan oleh Sclerotium rolfsii. Pengendalian menggunakan fungisida umumnya menghasilkan dampak negatif terhadap lingkungan sehingga diperlukan cara pengendalian lain yang ramah lingkungan. Pendekatan yang bisa dikembangkan dan relatif aman adalah pemanfaatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) seperti Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi PGPR dalam menghambat penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh jamur S.  rolfsii pada kedelai. Semua perlakuan aplikasi PGPR baik tunggal maupun kombinasi mampu menghambat pertumbuhan S. rolfsii dan mengurangi persentase kejadian penyakit rebah kecambah.  Kombinasi dua jenis PGPR dan peningkatan konsentrasi tidak konsisten dapat meningkatkan penghambatan pertumbuhan S. rolfsii dan mengurangi tingkat kejadian rebah kecambah. Aplikasi PGPR dapat meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman kedelai.
STUDI IDENTIFIKASI DAN CARA INOKULASI PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA TANAMAN Sansevieria trifasciata Moch. Yani Firmansyah; Ika Rochdjatun Sastrahidayat; Syamsuddin Djauhari
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 4 No. 3 (2016)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Antraknosa merupakan jenis penyakit tular udara yang dapat menyerang berbagai komoditas tumbuhan seperti buah-buahan, pepohonan, tanaman semak, rerumputan, dan tanaman hias. Patogen penyebab antraknosa adalah Colletotrichum sp.. Sansevieria trifasciata adalah jenis tanaman yang mampu tumbuh diberbagai kondisi lingkungan. Estetika S. trifasciata dapat ditinjau dari keindahan daun dan coraknya. Penurunan kualitas S. trifasciata dapat disebabkan karena kerusakan daun oleh patogen tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi dan perkembangan penyakit antraknosa dengan beberapa cara inokulasi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penyebab penyakit antraknosa pada S. trifasciata adalah Colletotrichum sansevieriae. Terdapat perbedaan persentase perkecambahan dan pembentukan apresoria C. sansevieriae pada permukaan daun lima varietas Sansevieria. Rerata perkecambahan tertinggi pada S. trifasciata var Golden hahnii sebesar 52,73%. Namun persentase pembentukan apresoria tertinggi pada S.trifasciata var Hahnii sebesar 10,16%. Perbedaan cara inkulasi mempengaruhi masa inkubasi, perkembangan penyakit, dan persentase tingkat kejadian penyakit. Cara inokulasi tusuk semprot lebih efektif dalam menimbulkan penyakit daripada yang lainnya. dengan masa inkubasi selama 2,3 hsi dan tingkat kejadian penyakit sebesar 62,4%.
PEMANFAATAN KHAMIR SEBAGAI BIOREMEDIATOR FUNGISIDA BERBAHAN AKTIF MANKOZEB Dinnar Kusumaningtyas; Liliek Sulistyowati; Syamsuddin Djauhari
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 9 No. 3 (2021)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jurnalhpt.2021.009.3.3

Abstract

Kenaikan permintaan bahan pangan menyebabkan petani berusaha untuk meningkatkan dan juga mempertahankan hasil panen agar tidak mengalami kerugian. Salah satu upaya yang dilakukan oleh petani adalah penggunaan fungisida sebagai teknik pengendalian patogen penyebab penyakit tanaman yang efektif dan efisien. Salah satu jenis fungisida yang banyak digunakan adalah mankozeb. Penggunaan fungisida dalam jangka panjang dan skala luas memberikan efek negatif karena menumpuknya residu berupa senyawa racun di lingkungan. Teknik pengurangan residu di alam yang mulai banyak dikembangkan adalah pemanfaatan mikroba yang memiliki daya adaptasi di lingkungan tercemar dengan memanfaatkan senyawa beracun tersebut untuk metabolismenya. Mekanisme alami dari mikroba ini dapat mengurangi tingkat toksisitas residu fungisida yang tertinggal di alam dari hasil kegiatan pertanian. Khamir merupakan salah satu mikroba yang memiliki potensi sebagai agen bioremediasi fungisida. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya pada bulan Juli 2018 sampai dengan Maret 2019. Tahapan dari penelitian ini adalah eksplorasi khamir pada lahan tercemar fungisida mankozeb, identifikasi khamir, uji adaptasi khamir pada berbagai konsentrasi fungisida serta uji degradasi fungisida oleh khamir. Isolat khamir yang ditemukan adalah M. caribbica, W. anomalus VIT-ASN01, W. anomalus P42B001, C. intermedia, dan C. parapsilosis. Dari hasil uji adaptasi dan uji degradasi diketahui bahwa khamir C. parapsilosis memiliki potensi terbaik sebagai agen bioremediator fungisida mankozeb dibandingkan keempat isolat lainnya.