Rachel Dwi Wilujeng
Unknown Affiliation

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENYULUHAN TENTANG KEPUTIHAN Wilujeng, Rachel Dwi; Putu, Niluh
D3 Kebidanan Vol 3, No 1 (2014): Kebidanan
Publisher : D3 Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (11.62 KB)

Abstract

Pendahuluan : Fluor Albus merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagaian besar wanita. Berdasarkan data penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan 75% wanita Indonesia pasti mengalami keputihan minimal 1 kali dalam hidupnya. Dan lebih dari 70% wanita Indonesia yang mengalami Fluor Albus disebabkan oleh jamur dan parasit seperti cacing kremi atau protozoa (Trichomonas Vaginalis). Dari hasil survey pendahulan yang dilakukan pada 15 orang siswa responden di SMA GIKI I menunjukkan hasil rata-rata (mean) pengetahuan mereka tentang Keputihan adalah kurang dengan skor 57,9%. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui tingkat pengetahuan remaja mengenai keputihan di SMA GIKI I Surabaya sebelum dan sesudah di berikan penyuluhan tentang Fluor Albus. Metode : Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode eksperimental type pre-post test design  yang pengambilan sampelnya dilakukan secara probability sampling dan teknik yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Besar populasi sebanyak 263 dan sampel yang diambil sebanyak 105 orang, data diperoleh dari data primer melalui kuesionar dan hasil diolah dalam tabel distribusi frekuensi, tabulasi silang dan analisis, menggunakan Uji T-pair. Hasil : Dari hasil penelitian didapatkan pengetahuan seluruh responden sebelum diberikan penyuluhan yang mempunyai pengetahuan kurang (71,4%). Sedangkan sesudah diberikan penyuluhan menjadi berpengetahuan cukup (58,09%).Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan setelah dilakukan uji T-pair secara keseluruhan rata-rata nilai pada 105 responden dengan taraf signitif p=0,000<0,05 maka menunjukkan ada perbedaan bermakna sebelum dan setelah diberi penyuluham. Diksusi : Sebagai tenaga kesehatan mampu memberi informasi melalui penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri  sehingga dapat memperluas pengetahuan remaja putri mengenai Flour Albus. Kata Kunci : Pengetahuan, Penyuluhan Flour Albus
PARITAS IBU BERSALIN DAN LETAK JANIN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI Wilujeng, Rachel Dwi
Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Vol 4 No 1 (2017): Midwifery Journals
Publisher : Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.063 KB)

Abstract

Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecah ketuban sebelum permulaan persalinan, tanpa memperhatikan usia gestasi  Ketuban pecah dini dapat disebabkan oleh paritas dan letak janin. Paritas ibu multipara dan grandemultipara lebih beresiko untuk terjadi KPD dibanding ibu primipara. Sedangkan pada letak janin tidak normal lebih beresiko terjadi KPD dibanding latak janin normal. Kejadian KPD di RS.UTS dari tahun 2012-2014 rata-rata adalah 19,78% dan lebih dari angka insiden KPD. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara paritas ibu bersalin dan letak janin dengan kejadian KPD di RS UTS Tahun 2015. Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel secara systematic random sampling dengan sampel 110 orang. Pengambilan data secara sekunder dari register persalinan di RS UTS. Hasil penelitian dibuat tabel frekuensi, tabulasi silang dan dianalisa dengan uji Chi-Square dengan ketentuan c2tabel 3,84 (a = 0,05). Hasil: Dari hasil penelitian menunjukkan ibu bersalin yang mengalami KPD mayoritas adalah pada multipara (52,38%) serta pada letak janin tidak normal (80,77%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada paritas didapatkan c2hitung > c2tabel,  6,67 > 3,84 dan letak janin didapatkan 21,24 > 3,84 sehingga H0 ditolak.. Diskusi: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas ibu bersalin dan letak janin dengan kejadian KPD. Oleh karena itu untuk menurunkan angka insiden KPD, bidan hendaknya melakukan deteksi dini terhadap kehamilan dan penyuluhan selama kehamilan pada pasangan suami istri mengenai paritas yang aman untuk menjalani kehamilan dan persalinan serta diharapkan mampu memberikan tindakan terhadap masalah yang dialami ibu sesuai dengan kewenangannya terutama dalam kejadian KPD.
PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TERHADAP SEKS BEBAS Wilujeng, Rachel Dwi
Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Vol 4 No 2 (2017): Midwifery Journals
Publisher : Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.229 KB)

Abstract

Seks bebas adalah hubungan seks yang dilakukan oleh remaja sebelum ada ikatan pernikahan. Data yang diperoleh dari BK di SMA Negeri 1 Grati pada Tahun 2014 ? 2016 ± 20 orang siswa hamil di luar nikah, 3 orang aborsi dan 30 orang putus sekolah karena alasan menikah atau tidak jelas. Sikap Remaja terhadap seks bebas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor Internal meliputi usia, pendidikan, pengetahuan, kepribadian, pekerjaan, emosional, agama. Disamping itu dipengaruhi oleh faktor Eksternal yaitu media massa, lingkungan, kebudayaan, modernisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja terhadap seks bebas.. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik jenis Cross Sectional. Populasinya adalah seluruh siswa kelas 1 dan 2 SMA Negeri 1 Grati Pasuruan yang berjumlah 640 siswa dan sampel berjumlah 87 siswa yang diambil dengan teknik Probability Sampling. Data diperoleh dari data primer (kuesioner) kemudian diolah dengan tabel frekuensi, tabulasi silang dan dianalisis dengan uji Chi Square(? = 0,05). Hasil: Hasil penelitian didapatkan, bahwa sebagian besar siswa berpengetahuan cukup sebanyak 33 siswa (37,94%) dan sebagian besar siswa Tidak setuju terhadap Seks Bebas (56,32%). Hasil Tabulasi silang didapatkan siswa yang berpengetahuan kurang mayoritas setuju terhadap seks bebas yaitu (81,48%) dibandingkan dengan yang berpengetahuan baik mayoritas tidak setuju terhadap seks bebas yaitu (73,33%). Hasil perhitungan Chi-Square didapatkan ?²hitung (22,74) > ?²tabel (3,84) maka H0 ditolak.. Diskusi: Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja terhadap seks bebas. Oleh karena itu diharapkan Guru dapat memberikan informasi yang lebih jelas tentang seks bebas serta bekerja sama dengan petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang seks bebas serta kesehatan reproduksi. Disamping itu diperlukan kerjasama dengan orang tua dalam pengawasan anak dalam keluarga serta memberikan kegiatan positif dalam masyarakat.
TINGKAT UMUR DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMPSIA Wilujeng, Rachel Dwi
Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Vol 5 No 1 (2018): Midfiwery journal
Publisher : Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.884 KB)

Abstract

Pre - eklamsia adalah penyakit dengan tanda ? tanda hipertensi, edema dan proteinuri yang timbul karena kehamilan yang terjadi dalam triwulan 3 (Hanifa,2002). Dalam 3 tahun terakhir ini kejadian pre ? eklamsia di RS Brawijaya Surabaya pada tahun 2014 - 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,84% dan terjadi peningkatan dari tahun 2015 ? 2016 sebesar 1,12%. Kejadian pre - eklamsia pada tahun 2017 menggambarkan kejadian pre ? eklamsia pada ibu hamil berdasarkan umur dan paritas periode Januari ? Juni 2017 dan angka toleransi menurut Dinkes Jatim yaitu sebesar 5% bisa berdampak pada partus prematurus sampai dengan kematian janin dalam rahim, sedangkan pada ibu bisa terjadi inpending eklamsia sampai dengan eklamsia, dan bisa menjadi kematian pada ibu. Faktor yang dapat meningkatkan kejadian pre eklamsia yaitu pada umur <20 tahun maupun > 35 tahun cenderung mengalami pre eklamsia dan pada multigravida dapat terjadi pre eklamsia karena semula rahim ibu kosong tanpa ada janin kemudian terjadi kehamilan.  Metode: Penelitian menggunakan metode deskriptif populasi penelitian adalah semua ibu hamil yang periksa bulan Januari ? Juni 2017sebanyak 530 orang sampel penelitian sebanyak 86 orang penelitian secara sistematik random sampling. Hasil: Hasil penelitian didapatkan kejadian pre-eklamsia sebanyak 15 orang (17,44%) ibu hamil mayoritas > 35 sebanyak 12 orang ( 27,27%) dengan grandemulti sebanyak 6 orang (27,27%). Pada umur didapatkan mayoritas kejadian ibu hamil yang mengalami pre-eklamsia terjadi pada umur ? 35 tahun sebanyak 12 orang (27,27%). Sedangkan pada paritas didapatkan mayoritas kejadian ibu hamil yang mengalami pre-eklamsia terjadi pada grademulti sebanyak 6 orang (27,27%). Diskusi: Hal ini dapat disimpulkan bahwa kejadian pre-eklamsia dipengaruhi umur dan paritas. Oleh karena itu, untuk menurunkan kejadian pre - eklamsia diperlukan pemeriksaan sejak dini dan rutin pada kehamilan, sehingga dapat dideteksi dini adanya komplikasi dan segera mengobatinya, mengatur diet makanan dan diharapkan kehamilan pada umur reproduksi (20-35 tahun) sehingga pre-eklamsia pada ibu hamil dapat ditangani dengan cepat dan tepat.
PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN USIA MENOPAUSE DI BPS KISWORO PRATIWI SURABAYA Wilujeng, Rachel Dwi
Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Vol 5 No 2 (2018): Midfiwery journal
Publisher : Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.771 KB)

Abstract

Menopause adalah berhentinya haid terakhiratau saat terjadinya haid terakhir setelah mendapat amenorhoe ± 1 tahun, terjadi pada usia antara 40-60 tahun. Hal ini berarti semakin lama atau cepat ibu mengalami menopuse maka semakin besar dampak yang terjadi pada ibu. Menurut data yang diperoleh dari BPS Kisworo Pratiwi Surabaya periode Mei-Juni 2018 menunjukkan bahwa didapatkan 3 orang (20%) mengalami menopause di usia < 45 tahun, dan 4 orang (26,6%) yang memasuki menopause pada usia > 50 tahun. Berdasarkan masalah diatas maka dilakukan penelitian dengan tujuan menganalisis adakah hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause  Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan desain penelitian cross sectional dan tipe yang digunakan adalah systematic random sampling, jumlah populasi 80 orang dan sampelnya 45 orang. Pengumpulan data dengan wawancara. Data kemudian diolah dengan tabel frekuensi, tabulasi silang kemudian dianalisa dengan uji Chi-Square Hasil: Hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas penggunaan kontrasepsi non hormonal 64,44% dan mayoritas mengalami usia menopause cepat 57,78%. Dari hasil tabulasi silang, penggunaan kontrasepsi non hormonal mayoritas mengalami menopause cepat 75,86%, sedangkan penggunaan kontrasepsi hormonal mayoritas mengalami menopause lambat 68,75% . Dan dari hasil Chi-Square,   (?2) hitung >  (?2 ) tabel (8,55 > 3,84). Diskusi: Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause. Sebaiknya dalam menghadapi masa menopause diperlukan kesiapan diri, pemahaman ibu tentang menopause dan gejala gejala yang akan timbul pada masa menopause, serta mempersiapkan fisik dan psikologis untuk memasuki masa menopause mengingat kontrasepsi dapat mempengaruhi usia menopause.
PARITAS IBU BERSALIN DAN LETAK JANIN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI Wilujeng, Rachel Dwi
Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Vol 4 No 1 (2017): Midwifery Journals
Publisher : Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.063 KB)

Abstract

Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecah ketuban sebelum permulaan persalinan, tanpa memperhatikan usia gestasi  Ketuban pecah dini dapat disebabkan oleh paritas dan letak janin. Paritas ibu multipara dan grandemultipara lebih beresiko untuk terjadi KPD dibanding ibu primipara. Sedangkan pada letak janin tidak normal lebih beresiko terjadi KPD dibanding latak janin normal. Kejadian KPD di RS.UTS dari tahun 2012-2014 rata-rata adalah 19,78% dan lebih dari angka insiden KPD. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara paritas ibu bersalin dan letak janin dengan kejadian KPD di RS UTS Tahun 2015. Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel secara systematic random sampling dengan sampel 110 orang. Pengambilan data secara sekunder dari register persalinan di RS UTS. Hasil penelitian dibuat tabel frekuensi, tabulasi silang dan dianalisa dengan uji Chi-Square dengan ketentuan c2tabel 3,84 (a = 0,05). Hasil: Dari hasil penelitian menunjukkan ibu bersalin yang mengalami KPD mayoritas adalah pada multipara (52,38%) serta pada letak janin tidak normal (80,77%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada paritas didapatkan c2hitung > c2tabel,  6,67 > 3,84 dan letak janin didapatkan 21,24 > 3,84 sehingga H0 ditolak.. Diskusi: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas ibu bersalin dan letak janin dengan kejadian KPD. Oleh karena itu untuk menurunkan angka insiden KPD, bidan hendaknya melakukan deteksi dini terhadap kehamilan dan penyuluhan selama kehamilan pada pasangan suami istri mengenai paritas yang aman untuk menjalani kehamilan dan persalinan serta diharapkan mampu memberikan tindakan terhadap masalah yang dialami ibu sesuai dengan kewenangannya terutama dalam kejadian KPD.
PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TERHADAP SEKS BEBAS Wilujeng, Rachel Dwi
Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Vol 4 No 2 (2017): Midwifery Journals
Publisher : Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.229 KB)

Abstract

Seks bebas adalah hubungan seks yang dilakukan oleh remaja sebelum ada ikatan pernikahan. Data yang diperoleh dari BK di SMA Negeri 1 Grati pada Tahun 2014 ? 2016 ± 20 orang siswa hamil di luar nikah, 3 orang aborsi dan 30 orang putus sekolah karena alasan menikah atau tidak jelas. Sikap Remaja terhadap seks bebas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor Internal meliputi usia, pendidikan, pengetahuan, kepribadian, pekerjaan, emosional, agama. Disamping itu dipengaruhi oleh faktor Eksternal yaitu media massa, lingkungan, kebudayaan, modernisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja terhadap seks bebas.. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik jenis Cross Sectional. Populasinya adalah seluruh siswa kelas 1 dan 2 SMA Negeri 1 Grati Pasuruan yang berjumlah 640 siswa dan sampel berjumlah 87 siswa yang diambil dengan teknik Probability Sampling. Data diperoleh dari data primer (kuesioner) kemudian diolah dengan tabel frekuensi, tabulasi silang dan dianalisis dengan uji Chi Square(? = 0,05). Hasil: Hasil penelitian didapatkan, bahwa sebagian besar siswa berpengetahuan cukup sebanyak 33 siswa (37,94%) dan sebagian besar siswa Tidak setuju terhadap Seks Bebas (56,32%). Hasil Tabulasi silang didapatkan siswa yang berpengetahuan kurang mayoritas setuju terhadap seks bebas yaitu (81,48%) dibandingkan dengan yang berpengetahuan baik mayoritas tidak setuju terhadap seks bebas yaitu (73,33%). Hasil perhitungan Chi-Square didapatkan ?²hitung (22,74) > ?²tabel (3,84) maka H0 ditolak.. Diskusi: Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja terhadap seks bebas. Oleh karena itu diharapkan Guru dapat memberikan informasi yang lebih jelas tentang seks bebas serta bekerja sama dengan petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang seks bebas serta kesehatan reproduksi. Disamping itu diperlukan kerjasama dengan orang tua dalam pengawasan anak dalam keluarga serta memberikan kegiatan positif dalam masyarakat.
TINGKAT UMUR DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMPSIA Wilujeng, Rachel Dwi
Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Vol 5 No 1 (2018): Midfiwery journal
Publisher : Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.884 KB)

Abstract

Pre - eklamsia adalah penyakit dengan tanda ? tanda hipertensi, edema dan proteinuri yang timbul karena kehamilan yang terjadi dalam triwulan 3 (Hanifa,2002). Dalam 3 tahun terakhir ini kejadian pre ? eklamsia di RS Brawijaya Surabaya pada tahun 2014 - 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,84% dan terjadi peningkatan dari tahun 2015 ? 2016 sebesar 1,12%. Kejadian pre - eklamsia pada tahun 2017 menggambarkan kejadian pre ? eklamsia pada ibu hamil berdasarkan umur dan paritas periode Januari ? Juni 2017 dan angka toleransi menurut Dinkes Jatim yaitu sebesar 5% bisa berdampak pada partus prematurus sampai dengan kematian janin dalam rahim, sedangkan pada ibu bisa terjadi inpending eklamsia sampai dengan eklamsia, dan bisa menjadi kematian pada ibu. Faktor yang dapat meningkatkan kejadian pre eklamsia yaitu pada umur <20 tahun maupun > 35 tahun cenderung mengalami pre eklamsia dan pada multigravida dapat terjadi pre eklamsia karena semula rahim ibu kosong tanpa ada janin kemudian terjadi kehamilan.  Metode: Penelitian menggunakan metode deskriptif populasi penelitian adalah semua ibu hamil yang periksa bulan Januari ? Juni 2017sebanyak 530 orang sampel penelitian sebanyak 86 orang penelitian secara sistematik random sampling. Hasil: Hasil penelitian didapatkan kejadian pre-eklamsia sebanyak 15 orang (17,44%) ibu hamil mayoritas > 35 sebanyak 12 orang ( 27,27%) dengan grandemulti sebanyak 6 orang (27,27%). Pada umur didapatkan mayoritas kejadian ibu hamil yang mengalami pre-eklamsia terjadi pada umur ? 35 tahun sebanyak 12 orang (27,27%). Sedangkan pada paritas didapatkan mayoritas kejadian ibu hamil yang mengalami pre-eklamsia terjadi pada grademulti sebanyak 6 orang (27,27%). Diskusi: Hal ini dapat disimpulkan bahwa kejadian pre-eklamsia dipengaruhi umur dan paritas. Oleh karena itu, untuk menurunkan kejadian pre - eklamsia diperlukan pemeriksaan sejak dini dan rutin pada kehamilan, sehingga dapat dideteksi dini adanya komplikasi dan segera mengobatinya, mengatur diet makanan dan diharapkan kehamilan pada umur reproduksi (20-35 tahun) sehingga pre-eklamsia pada ibu hamil dapat ditangani dengan cepat dan tepat.
PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN USIA MENOPAUSE DI BPS KISWORO PRATIWI SURABAYA Wilujeng, Rachel Dwi
Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Vol 5 No 2 (2018): Midfiwery journal
Publisher : Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.771 KB)

Abstract

Menopause adalah berhentinya haid terakhiratau saat terjadinya haid terakhir setelah mendapat amenorhoe ± 1 tahun, terjadi pada usia antara 40-60 tahun. Hal ini berarti semakin lama atau cepat ibu mengalami menopuse maka semakin besar dampak yang terjadi pada ibu. Menurut data yang diperoleh dari BPS Kisworo Pratiwi Surabaya periode Mei-Juni 2018 menunjukkan bahwa didapatkan 3 orang (20%) mengalami menopause di usia < 45 tahun, dan 4 orang (26,6%) yang memasuki menopause pada usia > 50 tahun. Berdasarkan masalah diatas maka dilakukan penelitian dengan tujuan menganalisis adakah hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause  Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan desain penelitian cross sectional dan tipe yang digunakan adalah systematic random sampling, jumlah populasi 80 orang dan sampelnya 45 orang. Pengumpulan data dengan wawancara. Data kemudian diolah dengan tabel frekuensi, tabulasi silang kemudian dianalisa dengan uji Chi-Square Hasil: Hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas penggunaan kontrasepsi non hormonal 64,44% dan mayoritas mengalami usia menopause cepat 57,78%. Dari hasil tabulasi silang, penggunaan kontrasepsi non hormonal mayoritas mengalami menopause cepat 75,86%, sedangkan penggunaan kontrasepsi hormonal mayoritas mengalami menopause lambat 68,75% . Dan dari hasil Chi-Square,   (?2) hitung >  (?2 ) tabel (8,55 > 3,84). Diskusi: Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause. Sebaiknya dalam menghadapi masa menopause diperlukan kesiapan diri, pemahaman ibu tentang menopause dan gejala gejala yang akan timbul pada masa menopause, serta mempersiapkan fisik dan psikologis untuk memasuki masa menopause mengingat kontrasepsi dapat mempengaruhi usia menopause.
INDEKS MASSA TUBUH Wilujeng, Rachel Dwi
Jurnal Kebidanan Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya Vol 6 No 2 (2019): Journal Midwifery
Publisher : Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahulaun: Awal pubertas pada remaja putri ditandai dengan datangnya menstruasi  pertama yang disebut menarche. Hal ini dapat terjadi pada usia 9-13 tahun. Dari survey pendahuluan di SMP Walisongo Gempol Pasuruan, diperoleh data dari 10 responden remaja putri, ditemukan 40% remaja putri mengalami menarche pada usia > 13 tahun. Terjadinya penurunan usia dalam mendapatkan menarche sebagian besar dipengaruhi oleh status gizi yang dapat diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan usia menarche pada remaja putri di SMP Walisongo Gempol Pasuruan.. Metode : Metode penelitian yang dipakai bersifat Cross Sectional dengan populasi penelitian kelas 8 dan 9 berjumlah 232 siswi. Pengambilan sampel dilakukan secara Sistimatic Random Sampling dan didapatkan sampel sebanyak 45 siswi. Kemudian dibuat tabel frekuensi, tabulasi silang dan dianalisis dengan Uji Spearman Rank. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar remaja putri mempunyai IMT < 18,5 yaitu sebanyak 25 orang (55,56%). Dari remaja putri yang mempunyai IMT < 18,5 yang mendapatkan menarche pada usia < 13 tahun sebanyak 4 orang (16,67%) dan yang mendapatkan menarche pada usia > 13 tahun sebanyak 21 orang (84,0%). Dari hasil Uji Spearman Rank didapatkan bahwa p (0,00) < ? (0,05) maka H0 ditolak yang berarti ada hubungan antara IMT dengan usia menarche. Diskusi: ada hubungan antara IMT < 18,5 dengan usia menarche pada remaja putri. Semakin tinggi nilai IMT maka semakin rendah usia menarche. Sehingga perlu penanganan untuk meningkatkan kesehatan remaja putri, mengenai pemantauan status gizi dan pendidikan tentang kesehatan remaja.