Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERJADINYA PERITONITIS PADA PASIEN CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS (CAPD) DI RUMAH SAKIT UMUM Dr SAIFUL ANWAR MALANG Supono .
Jurnal Keperawatan Vol. 1 No. 2 (2010): Juli
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.542 KB) | DOI: 10.22219/jk.v1i2.403

Abstract

Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Terjadinya Peritonitis pada Pasien Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) di Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar MalangContributing Factors For Peritonitis Incidence On Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) Patients In Dr Saiful Anwar Malang HospitalSuponoProgram Studi Keperawatan Lawang Poltekkes Kemenkes MalangJl. A. Yani No 1 Lawang 65218e-mail: onop_kmb@yahoo.comABSTRAKContinuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) adalah dialisis yang dilakukan melalui rongga peritonium (rongga perut) dengan selaput atau membran perutonium berfungsi sebagai filter. Tindakan CAPD dilakukan dengan insisi kecil pada dinding abdomen untuk pemasangan kateter, risiko komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi pada peritonium (peritonitis). Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang berkontribusi terjadinya peritonitis pada pasien CAPD di Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang Jawa Timur. Jenis penelitian deskkriptif korelasi dengan rancangan cross sectional study. Jumlah sampel penelitian 22 pasien peritonitis CAPD dan 13 perawat dialisis, dengan tehnik pengambilan sample menggunakan total sampling. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang signifikan antara status nutrisi (p = 0,032), kemampuan perawatan (p = 0,024) dengan kejadian peritonitis pada pasien CAPD. Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur (p = 0,702), jenis kelamin (p = 0,669), tingkat pendidikan (p = 0,771), penghasilan (p = 1,000), personal hygine (p = 0,387), support system (p = 1,000), fasilitas perawatan (p = 0,088), standar struktur (p = 0,203), standar proses (p = 0,559) dengan kejadian peritonitis pada pasien CAPD. Rekomendasi untuk perawat meningkatkan kunjungan rumah untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan dialisis dan pengeloaan nutrisi seimbang. Saran untuk pasien diharapkan mengikuti prosedur standar perawatan yang telah diajarkan.Kata kunci: peritonitis, CAPD, perawat, pasien CAPDABSTRACTContinuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) is a dialysis conducted through peritonium with perutonium membrane functions as a filter. CAPD procedure is conducted by making small incision on abdomen wall to insert catheter. Complication risk which often happens is the infection on peritoneum (peritonitis). The purpose of this research was to find out the relationship between contributing factors for peritonitis incidence on CAPD patients in Dr Saiful Anwar hospital in Malang, East Java. The type of this research was correlation descriptive cross sectional study design. The number of the sample were 22 peritonitis CAPD patients and 13 dialysis patients, using total sampling technique. The result showed that there was significant relationship between nutrition status (p = 0,032), treatment capability (p = 0,024) with peritonitis incidence on CAPD patients. There was no significant relationship between age (p = 0,702), sex or gender (p = 0,669), level of education (p = 0,771), income (p = 1,000), personal hygiene (p = 0,387), support system (p = 1,000), treatment facilities (p = 0,088), structure standard (p = 0,203), process standard (p = 0,559) with peritonitis incidence on CAPD patients. It is recommended to nurses to increase home visit to give health education about dialysis treatment and balanced nutrition management. It is also suggested to the patients to follow procedure for standard treatment which had been taught to them.Keywords: peritonitis, CAPD, nurse, CAPD patient
THE EFFECT OF DIFFERENT C:N AND C:P RATIO OF MEDIA ON THE CONTENT OF POLYHYDROXYBUTYRATE IN BIOFLOC INOCULATED WITH BACTERIUM Bacillus cereus Supono .; Johannes Hutabarat; Slamet Budi Prayitno; YS Darmanto
JOURNAL OF COASTAL DEVELOPMENT Vol 16, No 2 (2013): VOLUME 16, NUMBER 2, YEAR 2013
Publisher : JOURNAL OF COASTAL DEVELOPMENT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.564 KB)

Abstract

Biofloc technology  has  added values in aquaculture management, both in water quality  management and feeding  management.  As an optional feed, biofloc is capable to enhance growth due to high protein content.  Bacteria, main component biofloc, can produce polyhydroxybutyrate (PHB) as reserve of energy and growth accelerator for fish. The aim of the research were to study the effect of the different C:N and C:P ratio of media on the content of polyhydroxybutyrate in biofloc and to determine optimum media to produce high polyhydroxybutyrate content in biofloc. The experiment was arranged in factorial  with completely randomized design  in  three replications.  Treatments were C:N ratio of 15, 20, 25 and C:P ratio of 75, 100, and 125. The result showed that C:N ratio and C:P ratio of media and their interaction  affect the content of polyhydroxybutyrate in biofloc.  C:N ratio of 20 and C:P ratio of 125 resulted in most polyhydroxybutyrate (29.25±7.376 mg g-1 biofloc dry weight). Ratio of  C:N  of media gave linier and quadratic responses and C:P ratio of media gave linier one. Optimum polyhydroxybutyrate production was obtained at C:N ratio of 20.9 and C:P ratio of  125 resulting in 29.66 mg  g-1 biofloc dry weight (2,97%)
PEMANFAATAN TEPUNG Spirulina sp. UNTUK MENINGKATKAN KECERAHAN WARNA IKAN SUMATRA (Puntius tetrazona) Nuron Nafsihi; Siti Hudaidah; Supono .
e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.566 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh penambahan tepung Spirulina sp. dalam pakan terhadap peningkatan kecerahan warna ikan Sumatra. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima perlakuan (penambahan tepung Spirulina sp. sebanyak 0%, 0,3%, 0,6%, 0,9%, dan 1,2% dalam pakan) dan tiga kali ulangan. Pakan diujikan pada ikan sumatra berukuran panjang ± 3 - 5 cm yang dipelihara di akuarium berukuran 50x40x40 cm3. Parameter yang diukur meliputi peningkatan kecerahanwarna, pertumbuhan panjang, pH, suhu dan DO. Hasil penelitian menunjukkan penambahan tepung Spirulina sp. dalam pakan berpengaruh terhadap peningkatan kecerahan warna ikan Sumatra (Puntius tetrazona). Parameter kualitas air dalam penelitian menunjukan perkembangan yang normal dengan berkisar DO 3-5 mg/L, suhu 25-29 0 C, dan pH 6-8.
KERAGAAN UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) PADA DENSITAS YANG BERBEDA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA FASE PENDEDERAN Rini Lian Agustina; Siti Hudaidah; Supono .
e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.343 KB)

Abstract

Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Budidaya udang putih umumnya dilakukan dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Faktor utama yang menghambat dalam peningkatan jumlah produksi udang putih adalah menjaga kualitas air yang disebabkan oleh akumulasi senyawa amonia dan nitrit yang bersifat toksik. Aplikasi teknologi bioflok diharapkan mampu menurunkan limbah (amonia dan nitrit) dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan nutrien.Teknik ini memproses limbah budidaya secara langsung di dalam wadah budidaya dengan mempertahankan kecukupan oksigen, mikroorganisme dan rasio C/N dalam tingkat tertentu.Tujuan dari penelitian adalah mempelajari pengaruh kepadatan penebaran yang berbeda terhadap pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup, dan biomassa udang putih dengan sistem bioflok pada fase pendederan. Penelitian menggunakan benih post larva (PL) 15 yang ditebar pada wadah berkapasitas 10 liter dengan 3 tingkat kepadatan(10, 15, 20 ekor/wadah). Parameter yang diamati adalah tingkat pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup (survival rate) dan kualitas air (oksigen terlarut, suhu, pH dan amonia). Hasil penelitian menunjukan bahwa kepadatan pemeliharaan udang putih dengan sistem bioflok berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup, akan tetapi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan, dan biomassa udang putih. Perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan dengan padat tebar 15 ekor/wadah diikuti dengan perlakuan padat tebar 10 ekor/wadah dan perlakuan 20 ekor/wadah.
IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN Frisca Pakpahan; Supono .; Yudha Trinoegraha Adiputra
e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.659 KB)

Abstract

Lele masamo (Clarias sp.) merupakan lele varian baru dan banyak diminati oleh petani ikan di Indonesia. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi budidaya intensif lele masamo dapat dilakukan dengan penambahan dasar kolam buatan, penggunaan imunostimulan berupa vitamin C dalam pakan dan probiotik termodifikasi. Penggunaan dasar kolam buatan pada budidaya lele masamo berdampak pada perubahan imunitas non-spesifik berupa stres akibat perubahan lingkungan budidaya dan perubahannya  teramati melalui pengamatan profil darah. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh penambahan dasar kolam buatan terhadap kadar hematokrit, total leukosit, diferensial leukosit: limfosit, monosit dan neutrofil lele masamo yang diberi imunostimulan berupa probiotik dan vitamin C. Penelitian dilakukan selama 45 hari dan pengamatan profil darah dilakukan pada hari ke-0, hari ke-15, hari ke-30 dan hari ke-45. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan dasar kolam buatan berpengaruh terhadap kadar  total leukosit dan monosit lele masamo (P<0,05). Penambahan dasar kolam buatan  tidak berpengaruh nyata terhadap kadar hematokrit, limfosit dan neutrofil lele masamo (P>0,05). Sintasan selama budidaya menunjukan penambahan dasar kolam buatan lebih baik dibandingkan tanpa dasar kolam buatan tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05).
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BEBERAPA SUMBER BAKTERI DALAM SISTEM BIOFLOK TERHADAP KERAGAAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Bestania Putri; Wardiyanto .; Supono .
e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (473.528 KB)

Abstract

Ikan nila merupakan ikan konsumsi air tawar dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi, sehingga nila banyak dibudidayakan secara intensif untuk meningkatkan nilai produksi. Pakan buatan berupa pelet menjadi sumber nutrisi utama bagi ikan untuk mempercepat laju pertumbuhan. Pelet yang tidak dimanfaatkan oleh ikan menjadi limbah ammonia di perairan yang dapat menurunkan kualitas air. Teknologi bioflok diaplikasikan untuk mengubah limbah ammonia menjadi biomassa mikroba yang dapat dijadikan sebagai pakan alami di perairan dengan bantuan bakteri heterotrof. Setiap spesies bakteri memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam membentuk flok dan mensintesis senyawa PHB (polyhidroksibutirat). Kecepatan aktivitas bioflokulasi dalam teknologi bioflok ditentukan oleh penggunaan inokulasi bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas penggunaan sumber bakteri berbeda dalam budidaya sistem bioflok terhadap keragaan ikan nila seperti laju pertumbuhan, survival rate (SR) dan feed conversion ratio (FCR). Penelitian menggunakan RAL dengan 4 perlakuan (Tanpa BFT, BFT limbah lele, BFT Lactobacillus casei, BFT Bacillus sp) dan 3 ulangan. Perlakuan diberikan pada ikan nila berukuran 3-5 cm yang dipelihara pada kolam terpal berukuran 0,5x0,5x0,5m selama 40 hari dengan FR 3%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan sumber bakteri yang berbeda dalam sistem bioflok memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan harian  ikan nila (P>0,5)  namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap FCR dan SR (P<0,5). Penggunaan bakteri Lactobacillus casei dalam pembentukan bioflok memberikan hasil yang terbaik dengan pertumbuhan berat mutlak tertinggi (3,89 gr±0,19), FCR (1,05± 0,11) dan  SR (88%± 0,05).
PENAMBAHAN TEPUNG BIOFLOK SEBAGAI SUPLEMEN PADA PAKAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Cindy Ria Nuari; Supono .; Wardiyanto .; Siti Hudaidah
e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (536.979 KB)

Abstract

Ikan lele membutuhkan pakan dengan kandungan protein sebesar 35-40% untuk menunjang pertumbuhan. Dari total pakan yang diberikan, 25 % pakan dapat dikonversi menjadi biomassa ikan, sisanya menjadi limbah (ammonia dan feses). Limbah hasil budidaya dapat diubah menjadi bioflok oleh bakteri heterotrof. Bioflok mengandung protein dalam biomassa bakteri dan polyhydroxybutyrate yang bermanfaat sebagai sumber energi dan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Aplikasi bioflok selama ini digunakan untuk perbaikan kualitas air. Bioflok yang dimanfaatkan menjadi tepung sebagai suplemen pakan belum banyak diaplikasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penambahan tepung bioflok sebagai suplemen terhadap pertumbuhan lele sangkuriang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan berupa pemberian pakan dengan penambahan tepung bioflok yang berbeda (0%, 5%, 10%, dan 15%). Pakan diujikan pada benih ikan lele sangkuriang ukuran 5-6 cm dengan bobot 2-2,5 gram yang dipelihara di kolam terpal berukuran 0,5x0,5x0,5 m selama 35 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung bioflok berpengaruh terhadap pertumbuhan. Semakin banyak penambahan tepung bioflok maka pertumbuhan ikan lele semakin meningkat.